.webp?updatedAt=1754385346911&ik-s=070f920f6454ac7b6965054917283404d1c84bb5)
kornet.co.id – Pada suatu sore yang biasa di Kabupaten Subang, Jawa Barat, mendadak langit dihiasi oleh kepulan asap pekat. Aroma menyengat dan suara menggelegar memecah keheningan. Sebuah ledakan hebat berasal dari salah satu titik eksplorasi milik Pertamina, menggemparkan warga dan memicu kepanikan massal.
Peristiwa ini terjadi di area sumur gas milik PT Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI), anak perusahaan BUMN migas Pertamina. Lokasi kejadian tepatnya berada di Desa Cibuluh, Kecamatan Tanjungsiang, Subang.
Kronologi Kejadian
Ledakan terjadi pada Minggu malam, saat proses pengeboran gas sedang berlangsung. Sumber api diduga berasal dari tekanan gas berlebih yang tiba-tiba menyembur tanpa terkendali dari sumur bor. Dalam hitungan detik, kobaran api menjulang tinggi, menelan peralatan pengeboran dan membakar sebagian fasilitas operasional.
Warga sekitar melaporkan adanya dentuman keras disusul getaran yang terasa hingga radius beberapa kilometer. Mereka yang bermukim dalam jarak 1–2 km dari lokasi langsung berhamburan keluar rumah. Banyak yang ketakutan akan potensi ledakan susulan dan efek gas beracun yang mungkin menyebar ke pemukiman.
Beruntung, dalam insiden ini tidak ada korban jiwa. Namun beberapa pekerja mengalami luka ringan akibat terkena percikan api dan serpihan peralatan. Semua korban telah dievakuasi dan mendapat perawatan intensif.
Tindakan Darurat Pertamina

Di Lansir Dari cnnindonesia PT Pertamina (Persero) bergerak cepat. Tim tanggap darurat segera diterjunkan ke lokasi bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Subang, TNI, dan Polri. Sekat api (fire blanket) serta foam pemadam diterapkan untuk meredam kobaran, meski api baru benar-benar padam setelah beberapa jam kemudian.
Masyarakat di sekitar lokasi dievakuasi sementara demi keselamatan. Pihak Pertamina juga menetapkan zona aman dan melarang segala aktivitas warga maupun awak media di radius 500 meter dari titik sumur.
Dalam konferensi pers, juru bicara Pertamina menegaskan bahwa pihaknya tengah melakukan investigasi mendalam untuk mengetahui penyebab pasti ledakan. Penanganan lingkungan juga akan dilakukan untuk memastikan tidak ada kontaminasi udara atau tanah akibat gas maupun cairan hidrokarbon.
Subang: Wilayah Potensial yang Rentan
Subang selama ini dikenal sebagai salah satu titik strategis dalam jaringan energi nasional. Di wilayah ini, berbagai eksplorasi energi—terutama gas bumi—dilakukan secara intensif. Namun dengan potensi besar tersebut, datang pula risiko besar.
Peristiwa ini bukanlah insiden pertama terkait aktivitas pengeboran di kawasan ini. Pada tahun-tahun sebelumnya, warga Subang sempat mengeluhkan suara bising, getaran, dan perubahan kualitas air sumur. Hal ini memperkuat argumen bahwa aktivitas energi mesti disertai pengawasan ketat dan keterlibatan masyarakat lokal.
Ledakan** di sumur gas Pertamina kali ini memperbarui kekhawatiran lama tentang risiko lingkungan dan keselamatan kerja yang masih perlu dibenahi secara serius.
BACA JUGA : 4 Pelajar SMK di Jakarta Utara Patungan Beli Air Keras untuk Tawuran, Siswa SMK Lain Jadi Korban
Dampak Sosial dan Ekonomi
Kejadian ini tentu meninggalkan luka kolektif, bukan hanya secara fisik tetapi juga psikologis. Warga setempat mengalami trauma, terutama anak-anak yang ketakutan menyaksikan api raksasa dan suara yang menggelegar. Beberapa keluarga memilih mengungsi ke rumah saudara di kecamatan lain hingga situasi dinyatakan benar-benar aman.
Di sisi lain, aktivitas ekonomi warga terhambat. Beberapa lahan pertanian di sekitar lokasi pengeboran sementara tidak dapat digarap karena berpotensi tercemar. Para petani berharap ada kompensasi atau setidaknya pemeriksaan laboratorium terhadap kondisi tanah mereka pasca ledakan.
UMKM lokal yang biasanya mendapat pesanan rutin dari kontraktor proyek migas pun mengalami penurunan pendapatan karena operasional Pertamina untuk sementara dihentikan.
Tantangan BUMN Migas
Sebagai raksasa energi milik negara, Pertamina menghadapi tantangan berat dalam menjaga keseimbangan antara produktivitas dan keselamatan. Insiden seperti ini mencoreng citra perusahaan sekaligus memperbesar tekanan publik terhadap transparansi dan akuntabilitas.
Kejadian ledakan sumur gas di Subang menyuarakan kembali pentingnya sistem manajemen risiko yang adaptif. Audit keselamatan harus dilakukan lebih ketat, dan protokol darurat harus diperbarui dengan pendekatan teknologi terkini.
Tak kalah penting, edukasi terhadap warga sekitar menjadi keharusan. Mereka adalah pihak paling terdampak, dan sudah semestinya menjadi bagian dari sistem mitigasi bencana.
Reaksi Pemerintah dan Aktivis
Pemerintah daerah Subang langsung melakukan koordinasi lintas sektor. Dinas Lingkungan Hidup melakukan pengambilan sampel udara dan air. Sementara itu, Dinas Sosial turun memberikan bantuan logistik kepada warga terdampak.
Beberapa aktivis lingkungan menyuarakan kritik tajam terhadap lemahnya pengawasan industri ekstraktif. Mereka menuntut audit independen dan keterlibatan lembaga non-pemerintah untuk memverifikasi hasil penyelidikan internal Pertamina.
Sejumlah netizen pun ramai menyuarakan keresahan melalui media sosial. Tagar #LedakanSubang dan #Pertamina sempat trending di platform X (dulu Twitter), memperlihatkan tingginya perhatian masyarakat atas kejadian ini.
Penutup: Pelajaran dari Ledakan

Ledakan di sumur gas Pertamina di Subang bukan hanya sekadar berita bencana industri. Ini adalah cermin bagi semua pihak—pemerintah, korporasi, masyarakat—bahwa pembangunan energi tak bisa hanya soal produksi dan keuntungan.
Keamanan, keberlanjutan, dan keterbukaan informasi menjadi tiga pilar utama yang harus ditanamkan dalam setiap proyek eksplorasi dan produksi migas. Jika tidak, insiden serupa hanya tinggal menunggu waktu.
Dibutuhkan komitmen kolektif agar ledakan seperti ini menjadi pelajaran terakhir, bukan babak awal dari rangkaian tragedi berikutnya.

