
Suasana mencekam terjadi ketika polisi menggelar rekonstruksi kasus Tiara Angelina Saraswati di sebuah rumah kos kawasan Lidah Wetan, Surabaya. Dalam proses itu, ada peristiwa janggal yang membuat bulu kuduk merinding: pintu kos tiba-tiba menutup sendiri dengan keras hingga tiga kali.
Momen ganjil tersebut muncul saat pelaku, Alvi Maulana, memperagakan salah satu adegan penting dalam rekonstruksi. Awalnya, reka ulang berjalan normal sesuai urutan, namun begitu masuk adegan kedelapan, yakni saat Alvi menusuk Tiara di lantai dua, tiba-tiba terdengar suara pintu di lantai satu yang menghentak menutup.
Petugas yang berjaga sontak terkejut. Mereka bahkan sempat mengira pintu tertiup angin. Namun, setelah dibuka kembali, pintu kos itu kembali menutup dengan keras seolah digerakkan oleh kekuatan tak terlihat.
Pintu Kos ‘Menutup Sendiri’ hingga Tiga Kali, saat Rekonstruksi Kasus Tiara
Fenomena pintu kos ‘menutup sendiri’ saat rekonstruksi kasus Tiara membuat polisi, warga, hingga wartawan yang hadir tak habis pikir.
- Penutupan pertama terjadi ketika Alvi memperagakan adegan penusukan. Suara hentakan pintu membuat petugas kaget.
- Penutupan kedua muncul tidak lama setelah pintu dibuka kembali. Anggota kepolisian bahkan sempat menggerutu bahwa tidak ada angin sama sekali di area itu.
- Penutupan ketiga makin menguatkan rasa heran. Sebab, lokasi kosan berada di gang sempit dan tertutup bangunan lain, sehingga kecil kemungkinan ada hembusan angin kuat.
Seorang anggota Sat Reskrim Polres Mojokerto terdengar berkata dalam logat Jawa, “Gak onok angin lho padahal. Kok nutup dewe ngene,” yang berarti, “Tidak ada angin, kok pintunya bisa menutup sendiri begini.”
Setelah kejadian ketiga, pintu itu akhirnya tidak lagi bergerak. Banyak yang mengaitkannya dengan kejanggalan mistis, apalagi proses reka ulang dilakukan di lokasi asli pembunuhan sadis tersebut.
Emosi Warga Saat Lihat Pelaku
Selain momen horor, rekonstruksi Kasus Tiara juga diwarnai amarah warga sekitar. Sejak pagi, akses gang menuju rumah kos sudah ditutup polisi, namun warga tetap berkerumun di luar pagar untuk menyaksikan jalannya rekonstruksi.
Begitu Alvi hadir mengenakan baju tahanan oranye dengan kepala plontos, emosi warga memuncak. Teriakan bernada umpatan pun terdengar.
- “Bajingan!”
- “Hukum mati saja!”
Petugas berusaha menenangkan massa agar proses tetap berjalan kondusif. Dengan pengawalan ketat, polisi pun memulai reka ulang adegan demi adegan.
Rekonstruksi Kasus Tiara 33 reka Adegan diperagakan
Dilansir dari detik.com, Kasat Reskrim Polres Mojokerto, AKP Fauzy Pratama, menjelaskan bahwa total ada 33 adegan yang diperagakan oleh Alvi Maulana. Adegan itu dimulai dari kedatangan pelaku menjemput Tiara, cekcok di kamar kos, hingga proses mutilasi yang dilakukan dengan sadis.
Baca Juga: Seorang Wanita di Mojokerto Jadi Korban Mutilasi, Pelaku Ditangkap Polisi
Dalam salah satu adegan, Alvi memperagakan bagaimana ia membunuh Tiara dengan menusuk lehernya. Setelah korban tewas, ia memutilasi tubuh sang kekasih di kamar mandi lantai satu. Bagian kepala disembunyikan di balik lemari kamar, sedangkan potongan tubuh lain dibuang ke kawasan Pacet, Mojokerto.
Kronologi Kasus Mutilasi Tiara
Kapolres Mojokerto, AKBP Ihram Kustarto, sebelumnya telah memaparkan kronologi kasus ini.
- 31 Agustus 2025, dini hari: Alvi dan Tiara cekcok di kamar kos.
- Pertengkaran memuncak: Alvi menusuk leher Tiara hingga meninggal.
- Mutilasi dilakukan: tubuh korban dipotong-potong di kamar mandi.
- Penyembunyian jasad: kepala korban disimpan di balik lemari, sementara potongan tubuh lain dibuang ke luar kota.
Kasus ini sontak membuat geger Surabaya dan Mojokerto, bukan hanya karena kebrutalannya, tetapi juga karena hubungan keduanya yang awalnya dikenal cukup dekat.
Fenomena Mistis di TKP
Peristiwa pintu kos menutup sendiri saat rekonstruksi kasus Tiara memunculkan beragam spekulasi. Sebagian pihak meyakini hal itu hanyalah kebetulan, mungkin karena faktor teknis atau struktur pintu. Namun, tidak sedikit yang mengaitkannya dengan hal-hal gaib, apalagi tempat tersebut menjadi lokasi tewasnya Tiara secara mengenaskan.
Bagi masyarakat, fenomena semacam ini sering dianggap sebagai tanda bahwa arwah korban belum tenang dan masih meminta keadilan. Kalimat petugas yang sempat terdengar, “Mbak kita mau mencari keadilan buat mbaknya (Tiara),” semakin menegaskan suasana haru bercampur horor di lokasi.
Kesimpulan
Rekonstruksi kasus Tiara yang berlangsung di Surabaya tak hanya memperlihatkan sisi kejam perbuatan pelaku, tetapi juga meninggalkan kisah mistis yang bikin merinding. Pintu kos yang menutup sendiri hingga tiga kali menjadi cerita tersendiri bagi polisi, wartawan, maupun warga yang menyaksikan.
Terlepas dari fenomena horor itu, kasus ini tetap menjadi pengingat betapa pentingnya penegakan hukum agar korban mendapat keadilan dan masyarakat bisa merasa aman dari tindak kriminal sadis.

