
Paris dikejutkan oleh kabar mencengangkan: delapan perhiasan kerajaan Prancis yang tak ternilai harganya raib dari Musée du Louvre hanya dalam waktu beberapa menit. Aksi cepat dan berani itu terjadi di siang bolong, tepat di jantung museum Musée du Louvre paling terkenal di dunia. Kasus ini bukan sekadar pencurian biasa, melainkan simbol rapuhnya keamanan warisan budaya global.
Aksi Kilat yang Mengguncang Dunia Seni
Pada Minggu pagi, sekitar pukul 09.30 waktu setempat, ketika para wisatawan mulai memenuhi lorong-lorong megah Louvre, sekelompok perampok bertopeng melancarkan serangan presisi ke Galeri Apollo, ruang berlapis emas yang menyimpan koleksi permata mahkota Prancis. Dalam waktu kurang dari delapan menit, mereka berhasil menggondol delapan perhiasan bersejarah bernilai lebih dari €88 juta atau sekitar Rp1,6 triliun.
Menurut penyelidikan awal, para pelaku menggunakan alat pengangkat furnitur untuk mencapai balkon luar galeri. Mereka memotong kaca jendela dengan gergaji listrik, masuk ke dalam ruangan, lalu membuka etalase berkeamanan tinggi dengan alat potong khusus. Setelah mengambil perhiasan, komplotan tersebut kabur menggunakan sepeda motor besar yang sudah menunggu di tepi Sungai Seine. Satu mahkota milik Permaisuri Eugénie ditemukan terjatuh di luar Musée du Louvre, diduga terlepas saat pelarian.
Reaksi Cepat Pemerintah dan Pihak Musée du Louvre
Dilansir aljazeera.com, Perampokan heboh di Musée du Louvre — perhiasan kerajaan Prancis dicuri dalam hitungan menit! — segera memicu respons dari pemerintah Prancis. Presiden Emmanuel Macron mengecam keras aksi ini dan menyebutnya sebagai “serangan terhadap warisan yang kita cintai.” Ia menegaskan bahwa semua sumber daya negara akan dikerahkan untuk menangkap para pelaku.
Sementara itu, Laurence des Cars, Direktur Louvre, menutup museum selama dua hari penuh untuk penyelidikan forensik. Ia berjanji akan meningkatkan sistem keamanan, memperluas jangkauan CCTV, dan bahkan mengusulkan pendirian pos polisi di dalam area museum.
Jaksa Paris, Laure Beccuau, menyebut bahwa di lokasi kejadian ditemukan lebih dari 150 jejak DNA dan sidik jari yang diduga milik para pelaku. Barang-barang seperti helm, sarung tangan, gerinda listrik, dan rompi keselamatan turut disita untuk dianalisis di laboratorium. “Kami optimistis bisa segera mengidentifikasi para pelaku,” ujarnya.
Barang-Barang yang Dicuri: Permata Sejarah dari Masa Kekaisaran
Kementerian Kebudayaan Prancis memastikan delapan benda berharga telah hilang, semuanya berasal dari abad ke-19 dan memiliki keterkaitan langsung dengan kekaisaran Napoleon. Di antaranya adalah:
- Tiara berlian milik Ratu Marie-Amélie
- Kalung safir dan anting milik Ratu Hortense
- Kalung dan anting zamrud koleksi Permaisuri Marie-Louise, istri Napoleon I
- Dua bros besar milik Permaisuri Eugénie, istri Napoleon III
Setiap potongan perhiasan tidak hanya memiliki nilai material fantastis, tetapi juga nilai sejarah yang tak tergantikan. “Kerugian sebenarnya bukan pada uangnya, melainkan pada hilangnya bagian penting dari identitas Prancis,” kata Beccuau.
Detik-Detik Aksi Perampokan Kilat
Rekaman CCTV menunjukkan bahwa alarm Musée du Louvre mulai berbunyi pukul 09.34, hanya empat menit setelah para pelaku memanjat balkon menggunakan tangga lipat. Dua petugas keamanan sempat mencoba menghadang, namun mundur setelah salah satu pelaku terlihat membawa benda menyerupai senjata.
Menteri Dalam Negeri Laurent Nunez menyebut pencurian ini dilakukan secara “sangat profesional.” Ia mengatakan, “Operasi itu berlangsung hanya sekitar tujuh menit. Mereka tahu persis celah keamanan, bahkan memanfaatkan titik buta kamera pengawas.”
Sumber dari harian Le Parisien melaporkan bahwa dua dari empat pelaku mengenakan rompi kuning seperti pekerja konstruksi untuk mengelabui petugas. Mereka juga memilih sisi museum yang tengah direnovasi agar tidak mencolok.
Dugaan Keterlibatan Sindikat Internasional
Polisi Prancis kini bekerja sama dengan Interpol untuk melacak keberadaan para pelaku yang diduga melarikan diri ke luar negeri. Seorang perempuan warga negara Tiongkok berusia 24 tahun telah ditangkap di Barcelona karena diduga terkait kasus ini setelah mencoba membuang hampir satu kilogram serpihan emas cair.
Kementerian Dalam Negeri tidak menutup kemungkinan bahwa pencurian ini dilakukan oleh sindikat internasional yang juga terlibat dalam beberapa kasus pencurian karya seni di Eropa dalam dua tahun terakhir. Sebelumnya, potongan emas dan artefak senilai lebih dari US$1,5 juta juga dilaporkan hilang dari Museum Sejarah Alam Paris.
Kritik terhadap Keamanan Museum
Kasus ini membuka kembali perdebatan lama tentang lemahnya sistem keamanan di museum-museum Prancis. Sebuah laporan Pengadilan Auditor Prancis (Cour des Comptes) menyebut bahwa renovasi sistem pengawasan Louvre telah tertunda selama bertahun-tahun, dan hanya seperempat area museum yang memiliki pengawasan video aktif.
Serikat pekerja Louvre juga menyoroti pengurangan staf keamanan meski jumlah pengunjung meningkat tajam hingga 8,7 juta orang pada tahun 2024. “Kami sudah memperingatkan soal kekurangan personel, tapi tidak pernah ada tindakan konkret,” ujar seorang anggota serikat.
Warisan yang Tak Tergantikan
Musée du Louvre Galeri Apollo, tempat kejadian perampokan, sejatinya merupakan simbol kejayaan monarki Prancis. Di ruang ini tersimpan juga tiga berlian legendaris dunia: The Regent, The Sancy, dan The Hortensia — yang untungnya tetap aman. Koleksi tersebut merupakan bukti gemilangnya seni perhiasan Prancis yang pernah menjadi kebanggaan Eropa.
Menurut pakar keamanan Musée du Louvre, Anthony Amore, perhiasan yang dicuri hampir mustahil dijual secara utuh. “Biasanya, pelaku akan memecah batu permata menjadi potongan kecil agar sulit dilacak,” ujarnya. Namun, langkah itu justru menghapus nilai sejarahnya selamanya.
Harapan untuk Pemulihan dan Keadilan
Pemerintah Prancis berjanji akan terus mengejar pelaku di mana pun mereka berada. Sementara dunia seni dan budaya menanti kabar baik tentang kemungkinan ditemukannya kembali perhiasan bersejarah tersebut.
Perampokan heboh di Musée du Louvre — perhiasan kerajaan Prancis dicuri dalam hitungan menit! — kini menjadi pengingat betapa rapuhnya perlindungan terhadap warisan dunia, bahkan di tempat yang dianggap paling aman di bumi. Aksi kilat ini bukan hanya mencuri harta, tetapi juga mencuri sebagian sejarah yang seharusnya diwariskan untuk generasi mendatang.

