
Kornet.co.id – Insiden memilukan terjadi di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Seorang buruh bangunan muda tewas setelah terjatuh dari lantai lima proyek pembangunan gedung sekolah. Kejadian ini mengguncang publik dan menyoroti kembali lemahnya penerapan keselamatan kerja di sektor konstruksi.
Kronologi Kejadian
Pagi itu, suasana proyek pembangunan gedung sekolah tampak seperti biasa. Para buruh bangunan sibuk menuntaskan tugas masing-masing, sebagian mempersiapkan adukan semen, sementara yang lain bekerja di bagian atap. Sekitar pukul 11 siang, menjelang waktu istirahat, korban—yang diketahui berusia sekitar 20 tahun—tengah melakukan plesteran di area tandon air di lantai lima.
Beberapa saksi menyebut, korban terlihat tengah merapikan peralatan dan membersihkan diri sebelum turun makan siang. Namun, dalam hitungan detik, ia terpeleset dan jatuh ke bawah. Suara benturan keras terdengar di area lorong proyek. Rekan-rekannya yang panik segera berlari menuju sumber suara, hanya untuk menemukan korban sudah tergeletak tak berdaya di lantai bawah.
Korban sempat dilarikan ke rumah sakit terdekat, tetapi nyawanya tak tertolong. Cedera parah di kepala dan tubuh menjadi penyebab utama kematian.
Dugaan Kelalaian dan Investigasi Polisi
Polisi segera mendatangi lokasi kejadian dan melakukan olah tempat perkara. Dari hasil pemeriksaan awal, tidak ditemukan pengaman permanen di sisi area kerja lantai lima. Diduga korban terpeleset karena tidak menggunakan sabuk pengaman atau alat keselamatan standar.
Kapolsek setempat menyatakan, investigasi masih berlangsung untuk memastikan apakah ada unsur kelalaian dari pihak pengawas proyek. Pihak kepolisian juga memeriksa sejumlah saksi, termasuk mandor dan rekan kerja korban, guna menggali detail peristiwa tragis tersebut.
Selain itu, proyek tersebut diketahui sedang berada di bawah kontraktor swasta yang mengerjakan pembangunan fasilitas pendidikan. Pihak sekolah maupun kontraktor belum memberikan keterangan resmi terkait insiden ini, namun mereka berjanji akan kooperatif dalam penyelidikan.
Peringatan Keras Soal Keselamatan Kerja
Dilansir dari Detik.com Kasus ini membuka kembali wacana pentingnya keselamatan kerja di lapangan. Dalam sektor konstruksi, buruh bangunan sering kali menghadapi risiko tinggi setiap harinya. Mereka bekerja di ketinggian, berhadapan dengan material berat, serta bergantung pada peralatan yang seharusnya memenuhi standar keamanan.
Namun, kenyataan di lapangan sering berbeda. Banyak proyek pembangunan yang mengabaikan prosedur K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Alat pelindung seperti helm, sabuk pengaman, atau tali keselamatan sering tidak tersedia, atau bahkan diabaikan oleh pekerja karena dianggap merepotkan.
Padahal, menurut data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, kasus kecelakaan kerja di sektor konstruksi terus meningkat setiap tahun. Kecelakaan serupa sering terjadi bukan karena nasib, melainkan karena kurangnya disiplin dalam penerapan standar keselamatan.
Realitas di Balik Profesi Buruh Bangunan
Profesi buruh bangunan kerap dianggap sebagai pekerjaan kasar tanpa perlindungan yang memadai. Mereka bekerja di bawah tekanan waktu dan target, sering kali tanpa pelatihan keselamatan yang memadai. Upah harian yang tidak seberapa membuat banyak dari mereka tetap menerima risiko besar demi sesuap nasi.
Bagi sebagian pekerja, jatuh dari ketinggian, tertimpa material berat, atau terpapar bahan kimia berbahaya bukanlah hal asing. Namun, yang memprihatinkan adalah minimnya perhatian dari perusahaan terhadap kondisi kerja yang aman.
Kasus di Gowa menjadi contoh nyata bagaimana lemahnya sistem pengawasan di proyek-proyek pembangunan, terutama di daerah. Ketika keselamatan diabaikan, nyawa pekerja menjadi taruhannya.
Tanggung Jawab Bersama
Kematian seorang buruh bangunan bukan hanya tragedi individu, tetapi juga cermin kegagalan sistem. Pemerintah daerah, pengawas proyek, dan kontraktor memiliki tanggung jawab moral serta hukum untuk memastikan semua pekerja terlindungi.
Penerapan protokol K3 harus menjadi syarat mutlak dalam setiap proyek konstruksi, tanpa pengecualian. Pengawasan berkala perlu dilakukan untuk memastikan pekerja dilengkapi dengan alat keselamatan yang sesuai dan memahami cara penggunaannya.
Lebih dari itu, edukasi tentang keselamatan kerja juga harus digencarkan. Para buruh bangunan perlu dilatih agar memahami risiko pekerjaan mereka dan tahu bagaimana melindungi diri di lapangan.
Harapan di Tengah Duka
Insiden ini menyisakan duka mendalam, terutama bagi keluarga korban. Seorang anak muda yang sedang berjuang mencari nafkah harus kehilangan nyawanya di tempat kerja. Namun, di balik tragedi ini, ada pelajaran penting bagi semua pihak: keselamatan bukanlah hal sepele.
Keselamatan kerja harus menjadi prioritas utama dalam setiap pembangunan. Tidak ada gedung megah yang layak dibanggakan jika dibangun dengan mengorbankan nyawa manusia.
Semoga kasus di Gowa menjadi pengingat keras bagi seluruh pelaku industri konstruksi untuk lebih memperhatikan keamanan para buruh bangunan. Mereka bukan sekadar pekerja, melainkan tulang punggung pembangunan negeri. Tanpa mereka, gedung-gedung tinggi dan infrastruktur megah hanyalah mimpi yang tak akan pernah terwujud.
Kematian seorang buruh bangunan seharusnya tidak lagi menjadi berita rutin yang mudah dilupakan. Dari tragedi ini, kita belajar bahwa pembangunan sejati bukan hanya tentang beton dan baja, melainkan juga tentang menghormati kehidupan manusia di baliknya.

