
Duka mendalam menyelimuti Sudan setelah tanah longsor besar menghantam wilayah pegunungan Darfur. Peristiwa ini menelan korban jiwa dalam jumlah besar. Lebih dari 1.000 orang tewas, hanya satu yang dilaporkan selamat dalam Longsor di Sudan.
Longsor di Sudan itu terjadi di Desa Tarasin, kawasan pegunungan Jebel Marra, setelah hujan deras mengguyur selama beberapa hari berturut-turut. Desa yang sebelumnya dihuni lebih dari seribu orang kini rata dengan tanah, meninggalkan hanya seorang korban yang berhasil bertahan hidup.
Desa Tarasin Lenyap Ditelan Longsor

Kelompok Sudan Liberation Movement/Army (SLM/A) yang menguasai wilayah tersebut melaporkan bahwa longsor membuat Desa Tarasin hilang seketika. Rekaman video yang beredar memperlihatkan relawan menggali lumpur dengan tangan kosong demi mengevakuasi korban.
“Informasi awal menunjukkan kematian seluruh penduduk desa, diperkirakan lebih dari seribu orang, dengan hanya satu orang yang selamat,” ujar juru bicara SLM, Mohamed Abdelrahman al-Nair.
Kondisi sulitnya akses membuat proses evakuasi terhambat. Hingga kini, baru sekitar 100 jenazah yang berhasil ditemukan dari balik lumpur dan reruntuhan.
PBB Minta Akses Bantuan
Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, menyatakan pihaknya masih kesulitan menilai skala bencana karena daerah terdampak sulit dijangkau. PBB pun menyerukan agar akses bantuan segera dibuka untuk memudahkan operasi penyelamatan.
“Situasi ini benar-benar darurat kemanusiaan. Korban selamat membutuhkan bantuan medis, makanan, dan tempat tinggal segera,” tegas Dujarric.
Perang Saudara Memburuk
Tragedi 1 dari 1000 orang tewas akibat longsor di Sudan terjadi di tengah konflik panjang yang masih berkecamuk. Sudan telah dilanda perang saudara sejak April 2023, ketika bentrokan antara tentara pemerintah dan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) pecah.
Dampaknya sangat besar:
- Lebih dari 14 juta orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka.
- Puluhan ribu orang dilaporkan tewas akibat pertempuran.
- Daerah Darfur, termasuk El-Fasher dan Jebel Marra, menjadi medan konflik utama.
Akibat perang ini, proses penanganan bencana Longsor di Sudan pun semakin rumit. Banyak organisasi kemanusiaan kesulitan masuk ke wilayah terdampak karena alasan keamanan.
Kondisi Geografis Jebel Marra
Daerah Jebel Marra yang menjadi titik utama lokasi Longsor di Sudan dikenal sebagai kawasan pegunungan subur dan penghasil buah sitrus. Namun, kondisi topografinya yang curam membuat kawasan ini rawan longsor, terutama saat musim hujan.
Musim hujan di Sudan biasanya memuncak pada bulan Agustus hingga awal September. Intensitas hujan yang tinggi menyebabkan tanah gembur dan tidak mampu menahan beban air, sehingga banyak terjadi Longsor di Sudan yang tak terhindarkan.
Saksi Mata: Desa Hilang dalam Sekejap
Seorang relawan kemanusiaan yang berada di lokasi bercerita bahwa longsor terjadi begitu cepat. “Dalam hitungan menit, seluruh desa terkubur. Hujan deras membuat tanah pegunungan ambrol dan menghantam rumah-rumah warga,” katanya.
Hanya satu orang yang ditemukan masih hidup. Korban selamat itu kini menjalani perawatan darurat, sementara ribuan anggota keluarga lainnya dipastikan meninggal.
Tantangan Penyelamatan
Operasi pencarian korban menghadapi sejumlah hambatan:
- Akses jalan terputus akibat hujan deras dan medan curam.
- Minim alat berat, sebagian besar evakuasi dilakukan manual.
- Keterbatasan logistik karena perang membuat suplai makanan, obat, dan tenda sulit masuk.
- Ancaman keamanan, konflik bersenjata di wilayah Darfur membuat relawan harus ekstra hati-hati.
Situasi ini membuat banyak pihak khawatir jumlah korban yang ditemukan bisa bertambah dalam beberapa hari ke depan.
Longsor dan Krisis Kemanusiaan Sudan
Bencana alam ini menambah daftar panjang penderitaan rakyat Sudan. Selain perang saudara yang telah berlangsung lebih dari dua tahun, kini mereka harus menghadapi dampak longsor yang merenggut ribuan nyawa.
Sudan termasuk salah satu negara dengan krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Banyak wilayah dilanda kelaparan akibat akses bantuan yang terhambat. Organisasi internasional menekankan bahwa tragedi di Tarasin harus menjadi alarm bagi dunia untuk segera membantu Sudan.
Penutup
Kisah pilu 1 dari 1000 orang tewas akibat longsor di Sudan memperlihatkan betapa rapuhnya kehidupan masyarakat di tengah perang dan bencana alam. Desa Tarasin kini hanya tinggal kenangan, dengan ribuan warganya terkubur bersama tanah.
Hanya satu orang yang bertahan hidup dari bencana ini, menjadi saksi nyata kehancuran sebuah komunitas yang hilang dalam sekejap. Dunia internasional pun ditantang untuk tidak tinggal diam, karena tanpa bantuan segera, tragedi kemanusiaan di Sudan akan semakin memburuk.

