.webp)
Awal pekan ini, suasana Jakarta kembali dipenuhi isu politik dan sosial. Senin (1/9/2025), sejumlah kelompok masyarakat dikabarkan akan menggelar demonstrasi di berbagai titik. Salah satunya adalah aksi massa di depan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang sudah ditunggu publik.
Di sisi lain, isu tentang keterlibatan mahasiswa ikut mencuat. Ramai beredar kabar bahwa Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) akan turun ke jalan untuk menyampaikan aspirasi. Namun, kabar tersebut langsung ditepis. BEM SI Pastikan Tak Ada Demo di Jakarta 1 September, meski mereka tetap menyiapkan agenda lanjutan pada hari berikutnya.
Gelombang Massa dari Pati Menuju KPK
.webp)
Salah satu rombongan besar yang datang ke Jakarta adalah Aliansi Masyarakat Pati Bersatu (AMPB). Mereka berangkat sejak Minggu (31/8/2025) dengan membawa tuntutan hukum terkait dugaan korupsi yang menyeret nama Bupati Pati, Sudewo.
- Sekitar 500 orang ikut serta dalam rombongan ini.
- Mereka menggunakan 10 bus untuk menuju Jakarta.
- Atribut yang dibawa berupa spanduk, poster, hingga logistik makanan.
Koordinator AMPB, Teguh Istiyanto, menegaskan bahwa aksi ini murni untuk menuntut keadilan. “Kami datang untuk meminta KPK segera menetapkan Sudewo sebagai tersangka. Aksi ini damai, bukan untuk kepentingan politik,” ujarnya.
AMPB juga menegaskan telah membawa bekal sendiri agar tidak menimbulkan masalah di lokasi demo. Mereka meminta aparat keamanan menindak tegas jika ada provokator yang mencoba membuat kerusuhan.
BEM SI Pastikan Tak Ada Demo di Jakarta 1 September
.webp)
Berbeda dengan AMPB, BEM SI mengambil sikap hati-hati. Setelah mempertimbangkan situasi, mereka memastikan tidak akan menggelar aksi di Jakarta pada Senin, 1 September 2025.
Muhammad Ikram, Koordinator Pusat BEM SI Kerakyatan, menyatakan:
“Untuk wilayah Jakarta, melihat kondisi yang sangat buruk, kami memastikan tidak turun hari ini.”
Ikram menjelaskan bahwa BEM SI tidak membatalkan agenda perjuangan, hanya menunda untuk melihat perkembangan situasi dalam sepekan ke depan. Menurutnya, aspirasi mahasiswa tetap akan disuarakan, tetapi harus dilakukan dengan cara yang efektif dan aman.
Sementara itu, Koordinator Aliansi BEM SI, Muzammil Ihsan, menegaskan aksi akan digelar keesokan harinya, Selasa (2/9/2025). “Kita tidak hari ini, tapi Selasa. Itu akan menjadi lanjutan aksi sebelumnya,” jelasnya.
Aksi Susulan Bertajuk “Indonesia (C)emas Jilid II”

Aksi yang dijadwalkan oleh BEM SI pada 2 September 2025 merupakan kelanjutan dari demonstrasi sebelumnya, “Indonesia (C)emas 2025” yang berlangsung akhir Juli. Saat itu, ribuan mahasiswa turun ke jalan membawa 11 poin tuntutan yang mencakup isu hukum, pendidikan, politik, dan lingkungan.
Beberapa tuntutan mahasiswa yang masih relevan hingga kini antara lain:
- Penolakan pengaburan sejarah untuk kepentingan elit politik.
- Audit izin pertambangan serta penindakan tegas terhadap tambang ilegal.
- Transparansi pemerintah dalam perjanjian bilateral agar tidak merugikan kepentingan nasional.
- Cabut UU TNI dan tolak dwifungsi jabatan sipil-militer.
- Penguatan regulasi untuk melindungi nilai budaya dan agama bangsa.
Pada demo Juli lalu, Wakil Menteri Sekretaris Negara Juri Ardiantoro bahkan hadir langsung menemui massa sebagai perwakilan Presiden Prabowo Subianto. Ia menandatangani dokumen tuntutan mahasiswa sebagai bukti bahwa aspirasi mereka akan ditampung dan dikaji pemerintah.
Dampak Aksi ke Dunia Pendidikan: Sekolah Terapkan PJJ
Selain urusan politik, potensi demo besar juga berimbas pada sektor pendidikan. Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta mengeluarkan surat edaran agar sekolah yang berada di sekitar titik aksi dapat menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Isi kebijakan tersebut antara lain:
- Sekolah yang dekat lokasi demonstrasi dianjurkan menerapkan PJJ.
- Bagi sekolah yang tidak terdampak langsung, keputusan belajar tatap muka atau daring bisa ditentukan bersama wali murid.
- Kepala sekolah diminta memantau jalannya proses belajar dan melaporkan perkembangan ke Disdik.
Staf Khusus Gubernur Jakarta, Chico Hakim, menegaskan bahwa kebijakan ini diberlakukan mulai Senin, 1 September 2025 hingga ada pemberitahuan lebih lanjut. Tujuannya adalah menjaga keselamatan siswa sekaligus memastikan proses pembelajaran tetap berjalan.
Analisis: Mengapa BEM SI Tunda Aksi?
Keputusan BEM SI Pastikan Tak Ada Demo di Jakarta 1 September bisa dibaca dari beberapa sisi:
- Situasi lapangan tidak kondusif karena ada aksi besar lain, yaitu unjuk rasa AMPB di KPK.
- Risiko keamanan tinggi, mengingat beberapa pekan terakhir Jakarta dilanda gelombang protes yang berujung bentrokan.
- Strategi politik gerakan, di mana aksi ditunda untuk memberikan dampak lebih besar dengan fokus tuntutan yang jelas.
Dengan menunda aksi ke 2 September, BEM SI ingin memastikan pesan mahasiswa tersampaikan dengan kuat tanpa bercampur dengan isu lain.
Hari ini, Senin (1/9/2025), Jakarta memang ramai dengan kabar demo. Namun, BEM SI Pastikan Tak Ada Demo di Jakarta 1 September, meski gelombang massa dari Pati tetap menggeruduk KPK.
Besok, giliran BEM SI yang akan turun dalam lanjutan aksi “Indonesia (C)emas Jilid II”. Sementara itu, sekolah di Jakarta menerapkan kebijakan fleksibel dengan PJJ demi keselamatan siswa.
Keputusan BEM SI menahan diri hari ini menunjukkan sikap strategis dan tanggung jawab terhadap situasi. Kini publik menunggu bagaimana aksi mahasiswa besok akan berlangsung dan apakah tuntutan mereka mampu mendorong perubahan nyata.

