.webp)
Kasus “Ada yang Surati Perusahaan Salsa Erwina di Denmark, Salsa Erwina Disebut Provokator & Perusak Bangsa” mendadak viral dan menjadi bahan perbincangan publik. Salsa Erwina, aktivis diaspora Indonesia yang kerap menyuarakan isu demokrasi, mengaku mendapat tekanan serius setelah perusahaan tempatnya bekerja menerima surat berisi tuduhan bahwa dirinya adalah provokator dan perusak bangsa.
Melalui video yang ia unggah di media sosial, Salsa menilai langkah itu sebagai cara licik untuk membungkam suara kritisnya. Namun, bukannya berhasil, justru Perusahaan Salsa Erwina tempatnya ia bekerja memberi dukungan moral terhadap dirinya.
Kronologi: Surat Misterius untuk Perusahaan Energi di Denmark

Menurut penuturan Salsa Erwina, surat yang ditujukan kepada manajemen perusahaan energi di Denmark tersebut berisi tudingan keras. Ia dicap sebagai provokator, perusak bangsa, hingga dianggap mempermalukan nama Indonesia.
Namun reaksi Perusahaan Salsa Erwina justru mengejutkan. Alih-alih menjatuhkan sanksi, pihak perusahaan merasa tindakan itu seperti bentuk pelecehan atau harassment. Bahkan, perusahaan tersebut semakin bersimpati terhadap perjuangan Salsa dan melihat isu kebebasan berpendapat di Indonesia sebagai hal yang memprihatinkan.
Dilansir dari tribunnews.com, Salsa menegaskan bahwa tindakan mengirim surat semacam ini malah menjadi bumerang. “Mereka (perusahaan) malah makin mendukung aku, karena mereka menjunjung tinggi demokrasi dan kebebasan berekspresi,” ungkapnya.
Salsa Erwina dan Suara Kritis Diaspora

Dalam beberapa bulan terakhir, Salsa Erwina memang kerap menjadi figur yang vokal mengkritisi isu-isu politik di Indonesia. Ia pernah melakukan demonstrasi di Denmark, serta menantang anggota DPR Ahmad Sahroni untuk berdebat mengenai kondisi demokrasi tanah air.
Bagi banyak mahasiswa dan diaspora, keberanian Salsa dianggap representasi dari suara generasi muda yang tidak takut mengkritisi kekuasaan. Namun bagi pihak tertentu, keberaniannya justru dianggap sebagai ancaman. Tidak heran bila akhirnya muncul stigma “Salsa Erwina disebut provokator & perusak bangsa.”
Simpati yang Justru Meluas
Salsa menyebut bahwa kasus ini membuat lebih banyak orang di luar negeri mulai memperhatikan situasi Indonesia. “Awalnya mereka tidak tahu apa-apa. Sekarang, orang Denmark jadi aware soal kondisi politik kita, dan malah makin empati,” jelasnya.
Fenomena ini memperlihatkan bahwa tekanan dari dalam negeri justru memperluas ruang advokasi Salsa di kancah internasional. Alih-alih membungkam, serangan yang dialamatkan kepadanya justru menambah dukungan dari komunitas global.
Kekhawatiran Citra Indonesia di Mata Dunia
Dalam pernyataannya, Salsa menyampaikan kekhawatirannya bahwa tindakan intimidasi seperti ini bisa merusak citra Indonesia. Menurutnya, negara bisa dipandang tidak demokratis bila warganya sendiri ditekan hanya karena menyuarakan pendapat.
“Ini bukan sekadar menyerang saya, tapi juga memperlihatkan bagaimana suara kritis coba diredam. Dan itu yang akhirnya menimbulkan pertanyaan di luar negeri, apakah Indonesia benar-benar menjunjung demokrasi?” ujarnya.
Sorotan ke Isu Kriminalisasi Aktivis
Salsa juga menyinggung bahwa kasus yang menimpanya bukanlah satu-satunya. Ia menyebut figur lain seperti Ferry Irwandi yang juga mengalami tekanan serupa. Baginya, pola ini menunjukkan adanya kecenderungan kriminalisasi terhadap aktivis yang kritis terhadap pemerintah.
Serangan yang diarahkan, kata Salsa, sering kali tidak menyentuh substansi argumen, melainkan menyerang sisi personal. Padahal, menurutnya, demokrasi yang sehat harus memberi ruang bagi perdebatan terbuka, bukan justru menekan orang yang berbeda pandangan.
Pesan Keras untuk Aparat dan Penguasa
Di akhir videonya, Salsa memberikan pesan menohok. Ia meminta aparat maupun pihak-pihak berkuasa untuk lebih fokus mengatasi masalah nyata yang merugikan rakyat, ketimbang menghabiskan energi untuk membungkam suara kritis.
“Kalau energi dan dana habis buat membungkam orang, sementara judi online, korupsi, dan masalah keamanan siber dibiarkan, itu namanya salah arah,” tegasnya.
Ia menambahkan, tindakan represif justru semakin membuat rakyat kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah. “Kalau kalian maunya dihormati, jangan rusak citra kalian sendiri dengan aksi-aksi seperti ini,” pungkas Salsa.
Reaksi Publik: Pro-Kontra Menggema
Kasus “Ada yang Surati Perusahaan Salsa Erwina di Denmark, Salsa Erwina Disebut Provokator & Perusak Bangsa” menuai beragam reaksi dari publik.
- Pihak pendukung mengapresiasi keberanian Salsa. Mereka menilai keberadaannya di luar negeri memberi ruang lebih bebas untuk menyuarakan kebenaran yang mungkin sulit dilakukan di dalam negeri.
- Pihak penentang menganggap Salsa terlalu berlebihan dan dinilai mempermalukan nama Indonesia di mata internasional.
- Kelompok netral justru menyoroti bahwa masalah ini menunjukkan pentingnya kebebasan berekspresi sebagai salah satu indikator kualitas demokrasi.
Perdebatan ini membuktikan bahwa persoalan kebebasan berpendapat masih menjadi isu yang krusial di Indonesia.
Penutup: Membungkam atau Menguatkan?
Kasus ini memperlihatkan ironi. Alih-alih membuat Salsa Erwina berhenti bersuara, surat intimidasi yang dialamatkan ke perusahaannya justru memperkuat posisinya di mata dunia.
Bagi sebagian orang, ia mungkin disebut provokator atau bahkan perusak bangsa. Namun bagi pendukungnya, Salsa adalah simbol perlawanan terhadap upaya pembungkaman dan bentuk nyata perjuangan demokrasi.
Kini, publik menanti: apakah suara kritis seperti Salsa akan terus ditekan, atau justru menjadi pintu masuk bagi lahirnya demokrasi yang lebih sehat dan terbuka di Indonesia?

