
BNPB Pastikan Tak Ada Lagi Tanda Kehidupan di Reruntuhan Ponpes Al Khoziny. Setelah tiga hari penuh melakukan pencarian korban dengan segala upaya, Tim SAR gabungan akhirnya mengalihkan fokus dari penyelamatan korban hidup menuju evakuasi jasad.
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menegaskan bahwa setelah observasi menyeluruh, tidak ada lagi tanda-tanda korban selamat di bawah puing bangunan empat lantai Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur.
“Sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan. Operasi kini difokuskan pada evakuasi korban meninggal dunia menggunakan bantuan alat berat,” jelas Suharyanto dalam keterangannya, Kamis (2/10/2025).
Perubahan Strategi: Dari Manual ke Alat Berat
Sebelumnya, proses evakuasi dilakukan secara manual, mengingat harapan menemukan korban selamat masih ada. Namun, setelah evaluasi lapangan dan tidak adanya respons dari reruntuhan, keluarga korban sepakat memberi izin penggunaan alat berat.
Suharyanto bersama Menko PMK Pratikno turun langsung menemui keluarga korban reruntuhan Al Khoziny untuk menjelaskan situasi terkini. Keputusan pun diambil dengan berat hati namun penuh keikhlasan.
“Keluarga korban sudah menandatangani berita acara. Mereka menerima dengan lapang dada dan meminta tim SAR melanjutkan operasi dengan alat berat,” tambahnya.
Jumlah Korban dan Data Terbaru
Hingga Kamis sore pukul 16.30 WIB, data BNPB menunjukkan perkembangan berikut:
- 108 orang telah berhasil dievakuasi
- 30 orang masih dirawat intensif di rumah sakit
- 73 orang sudah pulang ke rumah masing-masing
- 5 orang dinyatakan meninggal dunia
- 58 orang lainnya masih dalam pencarian di lokasi reruntuhan
Sebelumnya, pada hari Rabu, tim SAR gabungan menemukan 7 korban dengan rincian 5 selamat dan 2 meninggal dunia. Proses tersebut dilakukan sepenuhnya secara manual, demi meminimalkan risiko terhadap korban maupun petugas di lapangan.
Dukungan untuk Keluarga Korban
Tragedi robohnya bangunan ponpes ini meninggalkan luka mendalam bagi keluarga dan masyarakat sekitar. Menko PMK Pratikno menegaskan bahwa pemerintah akan memberikan pendampingan, baik secara psikologis maupun dalam bentuk bantuan lainnya.
Pihak keluarga korban yang ditemui di posko sementara menyatakan menerima kenyataan dengan penuh ketegaran. Banyak dari mereka yang berpegang pada keikhlasan serta doa agar korban segera ditemukan, meskipun dalam kondisi tidak bernyawa.
Kronologi Kejadian Ambruknya Gedung Ponpes
Peristiwa memilukan ini bermula ketika salah satu bangunan berlantai empat di Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo, mendadak ambruk. Bangunan tersebut sedang ramai aktivitas santri, sehingga puluhan orang tertimpa reruntuhan.
Faktor penyebab robohnya bangunan masih dalam penyelidikan tim ahli. Namun, indikasi awal mengarah pada struktur bangunan yang tidak kuat menopang beban. Pihak kepolisian bersama tim teknis dari Kementerian PUPR juga dilibatkan untuk memastikan penyebab utama agar kejadian serupa tidak terulang di kemudian hari.
Tantangan dalam Proses Evakuasi
Operasi pencarian korban di reruntuhan ponpes menghadapi berbagai tantangan:
- Struktur Bangunan yang Rawan
- Reruntuhan yang tidak stabil menyulitkan tim SAR masuk lebih dalam.
- Akses Lokasi Terbatas
- Jalan menuju ponpes sempit, menyulitkan alat berat untuk bergerak cepat.
- Kondisi Cuaca
- Hujan deras sempat mengguyur area pencarian, membuat puing semakin licin dan berisiko longsor.
Meski demikian, semangat tim SAR tidak surut. Mereka tetap bekerja siang dan malam untuk memastikan semua korban bisa dievakuasi.
Fokus Utama: Menemukan Korban yang Masih Hilang
Dengan keputusan terbaru, tim kini mengandalkan alat berat untuk mempercepat proses pembersihan reruntuhan. Prioritas utama adalah menemukan 58 korban yang masih hilang.
BNPB juga menyiapkan skenario evakuasi jangka panjang apabila proses ini membutuhkan waktu lebih lama dari perkiraan awal. Kesiapan logistik, tenaga medis, hingga tim psikososial juga dikerahkan untuk mendukung korban selamat dan keluarganya.
Refleksi dan Harapan ke Depan
Kasus ambruknya Ponpes Al Khoziny menjadi pelajaran pahit bagi masyarakat sekaligus pemerintah. Ada beberapa hal penting yang patut menjadi perhatian:
- Pengawasan Konstruksi: Gedung pendidikan dan asrama harus melalui audit berkala.
- Keselamatan Santri: Fasilitas pesantren perlu dipastikan layak huni, terutama jika digunakan ribuan santri.
- Mitigasi Bencana: Masyarakat perlu lebih siap menghadapi kondisi darurat, termasuk pelatihan evakuasi dini.
Tragedi ini diharapkan menjadi momentum untuk memperbaiki standar keselamatan bangunan pesantren di seluruh Indonesia.
Kesimpulan
Tragedi ambruknya gedung Ponpes Al Khoziny meninggalkan duka mendalam, namun juga menjadi pengingat penting tentang keselamatan konstruksi dan kesiapan mitigasi bencana. BNPB Pastikan Tak Ada Lagi Tanda Kehidupan di Reruntuhan Ponpes Al Khoziny, dan kini seluruh fokus diarahkan pada evakuasi jasad korban.
Meski berat, keputusan ini diambil dengan pertimbangan kemanusiaan dan keselamatan tim SAR. Publik menaruh harapan besar agar semua korban segera ditemukan, serta pemerintah mampu menghadirkan solusi agar peristiwa serupa tidak kembali terjadi.

