Penutupan Resmi Operasi SAR Ponpes Al Khoziny
Setelah sembilan hari tanpa henti melakukan pencarian dan penyelamatan, Basarnas secara resmi menutup operasi evakuasi di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, pada Selasa (7/10/2025). Dalam apel penutupan yang digelar di halaman pondok, Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Muhammad Syafie menyampaikan bahwa seluruh proses evakuasi dinyatakan selesai.
“Selama sembilan hari operasi, total 171 korban telah berhasil dievakuasi, terdiri dari 104 orang selamat dan 67 meninggal dunia, termasuk delapan bagian tubuh yang ditemukan terpisah,” ujarnya saat konferensi pers.
Evakuasi yang berlangsung sejak awal Oktober itu menjadi salah satu operasi penyelamatan terbesar di Jawa Timur tahun ini. Seluruh korban telah diserahkan kepada tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jatim untuk proses identifikasi lebih lanjut.
Basarnas Gelar Apel Penutupan di Lokasi Tragedi
Dilansir pojoksatu.id, Momentum apel penutupan evakuasi Ponpes Al Khoziny menjadi simbol berakhirnya fase pencarian korban tragedi runtuhnya bangunan musala di kompleks pesantren tersebut. Dalam apel tersebut, ratusan petugas dari Basarnas, TNI, Polri, relawan, serta unsur pemerintah daerah hadir memberikan penghormatan terakhir bagi para korban.
Meski operasi resmi dinyatakan selesai, Basarnas tetap menempatkan sejumlah personel di lokasi untuk memastikan keamanan area serta membantu proses lanjutan yang dilakukan tim DVI dan BNPB. “Kami tidak sepenuhnya meninggalkan lokasi. Ada petugas yang tetap siaga untuk mendukung proses identifikasi dan pemulihan,” kata Syafie.
Kronologi Tragedi Runtuhnya Ponpes Al Khoziny
Peristiwa tragis ini bermula ketika bagian musala Ponpes Al Khoziny ambruk secara tiba-tiba pada Sabtu, 28 September 2025, saat ratusan santri tengah beraktivitas. Reruntuhan bangunan membuat puluhan santri terjebak di bawah puing-puing beton dan kayu.
Sejak hari pertama, tim SAR gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, relawan, dan tenaga medis langsung bergerak melakukan pencarian. Upaya penyelamatan dilakukan siang dan malam tanpa jeda, dengan fokus utama menyisir area reruntuhan yang masih rawan longsor susulan.
Kapolresta Sidoarjo Kombes Pol Christian Tobing juga turun langsung memantau proses pencarian. Ia menyebutkan bahwa tim gabungan bekerja penuh dedikasi, berupaya menemukan korban selamat maupun jenazah yang masih tertimbun. “Kami terus membersihkan puing untuk memberikan ruang gerak bagi tim evakuasi,” ujarnya kala itu.
Perjalanan Panjang Operasi Evakuasi
Hari demi hari, proses pencarian berlangsung dalam kondisi sulit. Cuaca yang tidak menentu dan struktur bangunan yang rapuh menjadi tantangan tersendiri bagi tim di lapangan.
Pada hari keenam, tercatat 17 korban meninggal dunia telah ditemukan. Namun, pencarian belum berhenti. Setiap hari, Basarnas menambah alat berat dan anjing pelacak untuk mempercepat proses identifikasi lokasi korban.
Puncaknya terjadi pada Senin malam (6/10/2025) ketika tim menemukan satu potongan tubuh korban terakhir pada pukul 21.03 WIB. Penemuan tersebut menjadi tanda bahwa seluruh area telah tersisir. “Setelah penyisiran terakhir, tidak ditemukan lagi tanda-tanda adanya korban baru,” kata Direktur Operasi Basarnas Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo.
Seluruh Jenazah Ditemukan, Operasi Ditutup
Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Budi Irawan, dalam konferensi pers di posko tanggap darurat menjelaskan bahwa seluruh jenazah yang dilaporkan hilang telah ditemukan. Dari total korban, 61 jenazah ditemukan utuh, sementara sisanya berupa potongan tubuh.
“Lokasi reruntuhan kini sudah rata dengan tanah. Berdasarkan hasil assessment, kecil kemungkinan masih ada korban di bawah puing,” jelasnya.
Dengan kondisi tersebut, Basarnas memutuskan untuk menutup operasi SAR Ponpes Al Khoziny. Tahapan selanjutnya, kata Budi, akan beralih ke fase rehabilitasi dan rekonstruksi yang dikoordinasikan oleh BNPB bersama pemerintah daerah.
Apresiasi untuk Tim SAR dan Relawan
Kabasarnas Muhammad Syafie menyampaikan apresiasi tinggi kepada seluruh tim gabungan yang telah bekerja tanpa lelah selama sembilan hari penuh. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada masyarakat dan para relawan yang turut membantu memberikan informasi dan tenaga di lapangan.
“Operasi ini bukan hanya kerja teknis, tetapi juga kerja kemanusiaan. Semua pihak yang terlibat menunjukkan semangat gotong royong luar biasa,” tutur Syafie.
Basarnas juga memberikan penghargaan simbolis kepada perwakilan tim TNI, Polri, dan relawan sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi mereka selama operasi berlangsung.
Fase Pascakejadian: Rehabilitasi dan Pemulihan
Dengan ditutupnya operasi evakuasi, fokus pemerintah kini beralih pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. BNPB akan bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk menata kembali area pondok dan memberikan pendampingan kepada keluarga korban.
Selain itu, layanan psikososial bagi santri dan warga sekitar juga mulai digelar untuk membantu pemulihan mental pascatragedi. Pemerintah Kabupaten Sidoarjo menegaskan komitmennya agar proses pembangunan ulang pondok berjalan aman dan sesuai standar keselamatan.
Penutupan yang Penuh Haru dan Doa
Apel penutupan evakuasi yang digelar Basarnas di halaman ponpes berlangsung khidmat dan penuh haru. Ratusan peserta apel menundukkan kepala sejenak, mengirimkan doa bagi para korban yang telah meninggal dunia.
Suasana hening menyelimuti lokasi ketika doa bersama dipanjatkan. Beberapa santri yang selamat tampak meneteskan air mata, mengenang teman-teman mereka yang telah tiada. “Kami kehilangan banyak saudara. Tapi kami percaya semua ini adalah ujian,” ujar salah satu santri dengan lirih.
Kesimpulan
Penutupan operasi evakuasi Ponpes Al Khoziny menandai berakhirnya perjuangan panjang tim SAR dalam misi kemanusiaan yang melelahkan namun penuh arti. Meski duka mendalam menyelimuti, keberhasilan menemukan seluruh korban membawa sedikit kelegaan bagi keluarga yang menunggu kepastian.
Kini, perhatian beralih pada pemulihan dan pembangunan kembali agar tragedi serupa tak terulang di masa depan. Evakuasi Ponpes Al Khoziny Ditutup, Basarnas Gelar Apel Penutupan bukan sekadar berita akhir operasi, tetapi juga simbol solidaritas dan kekuatan bersama dalam menghadapi bencana.

