
Dunia pendidikan internasional di Indonesia kembali diguncang. Dua sekolah internasional di wilayah Tangerang, Banten, dilaporkan menerima ancaman bom secara online dari seseorang yang tak dikenal. Pelaku meminta uang tebusan mencapai 30.000 dolar AS atau sekitar Rp497 juta sebagai syarat agar bom yang diklaim telah dipasang tidak diledakkan.
Ancaman ini dikirim melalui pesan WhatsApp dan surat elektronik (email) kepada pihak manajemen sekolah. Dalam pesannya, pelaku menyebut bahwa bom akan meledak dalam waktu 45 menit jika pihak sekolah tidak segera mengirimkan uang ke alamat bitcoin yang telah disertakan.
“Pesan ini untuk semua orang. Kami telah memasang bom di sekolah kalian. Bom akan meledak dalam 45 menit. Jika kalian tidak membayar 30.000 dolar AS ke alamat bitcoin kami, kami akan meledakkannya,” tulis pelaku dalam pesan ancamannya.
Nomor telepon yang digunakan pelaku memiliki kode negara +234, yang mengindikasikan asal dari Nigeria atau setidaknya menggunakan nomor luar negeri untuk mengelabui aparat.
Target: Dua Sekolah Internasional di Tangerang
Dilansir kompas.com, Dua sekolah yang menjadi target ancaman tersebut adalah Jakarta Nanyang School yang berlokasi di Pagedangan, Kabupaten Tangerang, dan Mentari Intercultural School (MIS) di Tangerang Selatan.
Pesan ancaman serupa diterima oleh kedua sekolah hampir bersamaan. Dalam isi pesan, pelaku dengan tegas memperingatkan agar pihak sekolah tidak menghubungi pihak kepolisian, karena jika hal itu dilakukan, bom disebut akan langsung diledakkan.
“Jika kamu melapor ke polisi, kami akan segera meledakkan perangkat itu,” tulis pelaku lagi dalam pesannya yang tersebar melalui dua kanal komunikasi berbeda.
Polisi Bergerak Cepat, Tim Gegana Turun ke Lokasi
Menanggapi situasi tersebut, Polres Tangerang Selatan (Tangsel) bersama Tim Gegana Polda Metro Jaya segera bergerak ke lokasi untuk melakukan penyelidikan dan pengamanan. Petugas langsung menyisir area sekolah guna memastikan keselamatan siswa, guru, serta seluruh staf sekolah.
Kapolres Tangerang Selatan AKBP Victor Inkiriwang membenarkan adanya ancaman tersebut dan memastikan bahwa pesan diterima melalui WhatsApp dan email resmi sekolah.
“Pesan ancaman itu dikirim ke manajemen dua sekolah internasional dengan nomor yang sama. Kami telah menurunkan tim untuk menyisir lokasi dan memastikan situasi aman,” ujar Victor, Selasa (7/10/2025).
Setelah dilakukan penyisiran menyeluruh oleh Tim Gegana, tidak ditemukan adanya bahan peledak atau benda mencurigakan di kedua lokasi sekolah.
“Hasil pemeriksaan tidak ditemukan bahan peledak maupun bom. Namun kami tetap meningkatkan kewaspadaan sambil menelusuri asal-usul ancaman,” tambah Victor.
Pelaku Gunakan Modus Digital Ransom (Pemerasan Online)
Polisi menduga kuat bahwa aksi ini merupakan bagian dari kejahatan siber dengan modus pemerasan online atau cyber ransom. Modus semacam ini marak digunakan oleh pelaku kejahatan digital internasional untuk menakut-nakuti institusi agar mengirimkan uang melalui mata uang kripto, seperti bitcoin, yang sulit dilacak.
Kepolisian kini bekerja sama dengan unit siber Polda Metro Jaya untuk menelusuri alamat email, nomor pengirim, dan jalur transaksi digital yang digunakan pelaku.
“Kami akan berkoordinasi dengan Direktorat Siber untuk melacak identitas pelaku. Modus seperti ini mirip dengan ancaman siber internasional, tapi tetap perlu pembuktian forensik digital,” jelas Victor.
Sekolah Diminta Tetap Tenang, Kegiatan Belajar Aman
Meski sempat membuat panik, kedua sekolah internasional tersebut tetap beroperasi secara terbatas dengan pengawasan ketat dari pihak kepolisian. Tidak ada korban maupun kerusakan yang dilaporkan.
Pihak sekolah juga telah memberikan imbauan kepada orang tua siswa agar tetap tenang dan tidak mudah terpancing informasi yang belum terverifikasi.
Beberapa orang tua siswa mengaku sempat panik saat mendengar kabar “Sekolah Internasional Dapat Ancaman Online, Pelaku Minta Tebusan Hampir 500 Juta!” menyebar cepat melalui media sosial. Namun setelah kepolisian memastikan tidak ada bom, situasi perlahan kembali kondusif.
Peringatan dari Polisi: Jangan Panik, Jangan Transfer!
Pihak kepolisian mengimbau agar masyarakat, terutama pihak sekolah dan lembaga pendidikan, tidak mudah terpengaruh ancaman siber semacam ini.
“Jangan panik dan jangan pernah menuruti permintaan uang tebusan. Laporkan segera ke kepolisian jika menerima pesan ancaman seperti ini,” tegas Victor.
Selain itu, masyarakat diminta meningkatkan keamanan digital (cybersecurity) dengan memastikan email dan nomor kontak resmi tidak mudah diakses pihak luar. Sekolah juga disarankan untuk memasang lapisan verifikasi tambahan pada akun komunikasi internal mereka.
Fenomena Ancaman Digital di Dunia Pendidikan
Kasus Sekolah Internasional Dapat Ancaman Online, Pelaku Minta Tebusan Hampir 500 Juta! ini menambah daftar panjang serangan siber terhadap lembaga pendidikan di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah sekolah dan universitas juga dilaporkan menerima ancaman digital, peretasan data siswa, hingga pemerasan online oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Pakar keamanan siber menyebut ancaman semacam ini sering kali dilakukan secara massal dan acak untuk mencari korban yang panik dan bersedia membayar. Modus ancaman bom adalah cara ekstrem agar target segera merespons permintaan uang.
“Biasanya pelaku tidak benar-benar memasang bom. Mereka hanya memanfaatkan rasa takut korban. Begitu uang ditransfer ke dompet digital, mereka langsung menghilang,” ujar salah satu pakar siber dari Jakarta.
Upaya Pencegahan dan Edukasi Digital
Untuk mencegah kasus serupa, kepolisian bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mendorong lembaga pendidikan agar memperkuat sistem keamanan digital internal.
Langkah-langkah pencegahan yang direkomendasikan antara lain:
- Menggunakan verifikasi dua langkah untuk akun e-mail sekolah.
- Melatih staf dan guru dalam keamanan siber dasar.
- Memasang filter spam dan anti-phishing di sistem komunikasi sekolah.
- Melapor langsung ke kepolisian atau situs resmi patroli siber bila menerima ancaman digital.
Kesimpulan: Ancaman Nyata di Era Digital
Kasus ini menjadi pengingat bahwa di era digital, keamanan sekolah tak hanya soal pagar dan kamera CCTV, tetapi juga perlindungan terhadap serangan daring. Meski bom fisik tak ditemukan, ancaman psikologis seperti ini bisa menimbulkan ketakutan besar di lingkungan pendidikan.
Polisi masih menelusuri jejak pelaku dan berharap dalam waktu dekat dapat mengungkap identitas serta motif di balik aksi ini. Sementara itu, masyarakat diminta tetap waspada dan tidak menyebarkan informasi yang belum terverifikasi agar tidak memperkeruh suasana.

