
Kornet.co.id – Kisah yang menghebohkan publik kembali terjadi di Kendari. Seorang Suami nekat menggunakan teknologi canggih berupa drone untuk memantau aktivitas istrinya yang diduga berselingkuh. Tindakan tak biasa ini sontak menjadi perbincangan hangat di berbagai platform media sosial, menimbulkan debat panjang antara batas cinta, kecurigaan, dan pelanggaran privasi.
Awal Mula Kecurigaan Sang Suami
Menurut berbagai laporan yang beredar, Suami tersebut mulai curiga setelah melihat perubahan perilaku pada pasangannya. Istrinya disebut sering pulang larut malam, lebih sering memegang ponsel, dan kerap menghindari pembicaraan serius. Rasa curiga yang menumpuk akhirnya mendorong Suami untuk melakukan investigasi sendiri tanpa melibatkan pihak ketiga.
Namun, alih-alih menempuh cara konvensional seperti menanyakan langsung atau menggunakan jasa detektif, Suami itu memilih jalan modern: mengoperasikan drone. Dengan perangkat tersebut, ia berusaha mengintai dari udara, berharap mendapatkan bukti nyata tentang dugaan pengkhianatan yang menghantui pikirannya.
Momen Penggerebekan yang Viral
Rekaman dari drone memperlihatkan adegan yang kemudian memicu kehebohan di dunia maya. Dalam video berdurasi singkat itu, tampak Suami melakukan penggerebekan di sebuah rumah, diduga tempat istrinya bertemu dengan pria lain. Suara emosi dan kemarahan terdengar jelas, menggambarkan betapa dalam luka yang dirasakannya.
Video tersebut menyebar cepat di media sosial, terutama di platform TikTok dan X (Twitter). Banyak pengguna internet yang mengekspresikan keterkejutan sekaligus simpati terhadap Suami tersebut. Namun, tak sedikit pula yang mengkritik tindakannya karena dianggap melanggar hak privasi dan menggunakan teknologi untuk tujuan yang tidak etis.
Antara Cinta, Kecurigaan, dan Etika
Kasus ini membuka diskusi lebih luas tentang bagaimana batas etika penggunaan teknologi dalam hubungan pribadi. Drone, yang sejatinya diciptakan untuk tujuan komersial dan keamanan, kini menjadi alat pengintai dalam ranah rumah tangga. Tindakan Suami itu memunculkan dilema moral: apakah rasa curiga bisa membenarkan tindakan pelanggaran privasi?
Para pakar sosial menilai, tindakan tersebut mencerminkan kondisi psikologis seseorang yang tertekan oleh rasa tidak percaya. Cinta yang berubah menjadi kecurigaan bisa mendorong individu melakukan hal-hal ekstrem. Di sisi lain, masyarakat juga menyoroti bagaimana kecanggihan teknologi kini bisa dimanfaatkan untuk hal-hal personal yang justru berpotensi menimbulkan masalah hukum baru.
Respon Publik dan Pihak Berwenang
Dilansir dari tribunnews.com Setelah video itu viral, pihak aparat di Kendari turun tangan untuk menelusuri kejadian sebenarnya. Mereka memastikan bahwa tindakan Suami tersebut harus ditinjau dari dua sisi: sebagai bentuk pelampiasan emosional sekaligus potensi pelanggaran hukum. Penggunaan drone tanpa izin, terutama untuk merekam wilayah pribadi, bisa dikategorikan sebagai pelanggaran privasi sesuai undang-undang yang berlaku.
Masyarakat pun terbagi dalam menanggapi insiden ini. Sebagian menyebut Suami tersebut sebagai korban yang hanya ingin mencari kebenaran, sementara lainnya menilai tindakannya terlalu jauh. Narasi di media sosial pun berkembang cepat — antara empati dan kritik, antara pembelaan dan kecaman.
Dampak Sosial dan Psikologis
Kasus ini tidak hanya berdampak pada pasangan yang terlibat, tetapi juga menjadi cerminan dinamika sosial yang lebih luas. Rasa cemburu dan curiga kini tidak lagi disembunyikan di balik dinding rumah, melainkan dapat tersebar ke publik melalui media digital. Suami yang memilih jalur publikasi tanpa sadar telah membuka ruang perdebatan tentang bagaimana teknologi mengubah cara kita mencintai dan mencurigai.
Secara psikologis, tindakan semacam ini menunjukkan bahwa rasa sakit hati bisa mendorong seseorang kehilangan kendali atas rasionalitasnya. Alih-alih menyelesaikan masalah dengan komunikasi, individu lebih memilih pembuktian dengan cara visual — seolah gambar bisa menggantikan kepercayaan. Fenomena ini menjadi peringatan bahwa dalam era digital, emosi manusia bisa bersentuhan langsung dengan alat-alat berteknologi tinggi, menghasilkan konsekuensi yang tidak terduga.
Refleksi: Cinta di Era Digital
Perkembangan teknologi seharusnya membantu manusia membangun kepercayaan dan koneksi yang lebih baik. Namun kasus Suami di Kendari ini justru menunjukkan sisi gelap dari kemajuan tersebut. Drone yang seharusnya menjadi simbol kecerdasan modern berubah menjadi saksi keputusasaan emosional.
Kisah ini menjadi pengingat bahwa cinta tanpa komunikasi akan mudah retak oleh rasa curiga. Begitu pula kepercayaan, sekali rusak akan sulit diperbaiki meskipun bukti telah ditemukan. Dalam hubungan apa pun, penyelesaian terbaik selalu berakar pada dialog dan saling pengertian, bukan pada pengawasan.
Kesimpulan
Kisah Suami yang menggunakan drone untuk memantau dugaan perselingkuhan istrinya di Kendari adalah potret nyata bagaimana teknologi bisa menjadi pedang bermata dua. Ia bisa menjadi alat pencari kebenaran, namun juga sumber masalah baru. Dalam konteks sosial dan moral, tindakan tersebut mengingatkan kita bahwa cinta, kepercayaan, dan teknologi harus berjalan seimbang — tanpa mengorbankan salah satu.
Pada akhirnya, bukan bukti visual yang menentukan kebenaran, melainkan keberanian untuk berbicara jujur. Dan bagi banyak orang, kisah ini bukan sekadar sensasi viral, tetapi refleksi tentang bagaimana rasa cinta bisa berubah menjadi obsesi ketika hati kehilangan arah.

