
Kasus Guru Dilabrak Wali Murid di Subang Jadi Sorotan
Gercep! KDM datangi Guru yang dilabrak wali murid di Subang! Aksi cepat tanggap KDM ini mencuri perhatian publik setelah video seorang guru SMP Negeri 2 Jalancagak viral di media sosial. Dalam video berdurasi singkat itu, tampak seorang wali murid meluapkan kemarahannya kepada guru yang diduga menampar anaknya di sekolah.
Guru tersebut diketahui bernama Rana Setiaputra, sementara wali murid yang marah menuding tindakan guru itu sebagai bentuk kekerasan terhadap siswa. Pertengkaran di ruang kelas itu direkam dan tersebar luas di media sosial, membuat publik terbelah antara yang membela guru dan yang menilai tindakan fisik terhadap siswa tidak dapat dibenarkan.
Dedi Mulyadi Langsung Gerak Cepat ke Subang
Dilansir tribunnews.com,Mengetahui peristiwa tersebut viral, Gubernur Jawa Barat KDM segera mengambil langkah cepat. Melalui akun Instagram resminya, @dedimulyadi71, ia membagikan momen saat dirinya bertemu langsung dengan sang guru di sekolah. Dalam unggahannya, ia menuliskan bahwa dirinya ingin mendengar langsung duduk persoalan antara guru dan wali murid yang berseteru.
“Seringkali keras bukan berarti benci. Di balik ketegasan seorang guru ada niat tulus untuk memperbaiki karakter anak didiknya,” tulis KDM Mulyadi, Rabu (5/11/2025).
Dalam video yang diunggah, tampak KDM berbincang santai dengan Rana Setiaputra. Ia menanyakan kronologi kejadian, mendengarkan alasan mengapa guru tersebut sampai menegur secara keras siswanya, serta memastikan tidak ada pelanggaran yang merugikan kedua belah pihak.
Guru Jelaskan Alasan Tindakannya
Rana Setiaputra menjelaskan kepada KDM bahwa tindakannya semata-mata didasari niat mendisiplinkan siswa. Ia menuturkan, anak dari wali murid yang melabraknya sudah beberapa kali melanggar aturan sekolah.
“Dia pernah merokok, berkelahi, mengganggu kelas lain, bahkan terakhir meloncati pagar sekolah,” jelas Rana kepada Dedi.
Guru tersebut juga menegaskan bahwa tamparan yang dituduhkan bukanlah tindakan kekerasan, melainkan teguran ringan agar siswa menyadari kesalahannya.
Namun, video yang beredar di media sosial memperlihatkan situasi menegangkan. Wali murid tampak memprotes keras dan menuding guru berlaku semena-mena terhadap anaknya. Sementara sang guru membela diri, bahkan menantang untuk melapor kepada Gubernur Jawa Barat.
“Lapor saja ke Pak Dedi Mulyadi, saya tunggu,” ujar Rana dalam rekaman tersebut.
Dedi Mulyadi: Guru dan Orang Tua Harus Saling Bekerja Sama
Setelah mendengar penjelasan dari pihak guru, KDM menegaskan pentingnya keseimbangan antara tanggung jawab sekolah dan orang tua dalam mendidik anak. Ia menyatakan akan segera menemui pihak wali murid agar masalah ini bisa diselesaikan dengan damai.
“Masalah ini harus segera selesai. Guru bertanggung jawab mendidik siswa di sekolah, sementara orang tua memiliki tanggung jawab yang sama di rumah,” ujar KDM.
Ia juga menegaskan bahwa tindakan keras tidak selalu berarti kebencian. Dalam banyak kasus, tegasnya, guru yang bersikap disiplin justru ingin menanamkan karakter dan kedisiplinan.
Menariknya, KDM juga menuturkan pengalamannya saat masih sekolah dulu.
“Saya dulu juga pernah dipukul guru. Tapi justru itu jadi pelajaran berharga. Berkat didikan keras itulah saya bisa jadi seperti sekarang,” ungkapnya.
Viral di Media Sosial dan Tuai Perdebatan
Kasus ini menjadi bahan diskusi luas di berbagai platform. Sebagian warganet mendukung guru karena menilai tindakan tegas perlu dalam dunia pendidikan. Namun, sebagian lainnya menolak bentuk kekerasan apa pun di sekolah.
Di ruang komentar akun Dedi Mulyadi, banyak yang berharap agar masalah ini diselesaikan dengan kepala dingin, tanpa merugikan pihak manapun. Beberapa juga memuji Dedi karena tanggap dan langsung turun tangan ke lapangan — sesuai julukan “Gercep! KDM datangi Guru yang dilabrak wali murid di Subang!”
Pelajaran Penting dari Kasus Ini
Kasus di Subang memberikan sejumlah pelajaran penting tentang dunia pendidikan saat ini:
- Komunikasi adalah kunci. Sebelum emosi memuncak, pihak sekolah sebaiknya mengundang orang tua untuk berdialog.
- Disiplin tetap perlu, tapi tanpa kekerasan. Teguran fisik, meski ringan, bisa disalahartikan dan memicu masalah hukum.
- Orang tua juga harus berperan aktif. Pendidikan karakter anak tak bisa diserahkan sepenuhnya pada sekolah.
- Media sosial bisa memperkeruh suasana. Penyebaran video tanpa konteks lengkap sering kali menimbulkan persepsi salah di masyarakat.
Dedi Mulyadi Dorong Solusi Damai
Setelah mendengarkan semua pihak, Dedi Mulyadi berencana mempertemukan guru, siswa, dan orang tua untuk mencari penyelesaian damai. Ia menilai persoalan semacam ini seharusnya tidak berlarut-larut dan dapat diselesaikan melalui komunikasi yang sehat.
“Guru dan orang tua bukan musuh. Mereka adalah dua pihak yang sama-sama berjuang agar anak menjadi pribadi lebih baik,” kata Dedi.
Ia juga mengingatkan agar masyarakat tidak langsung menghakimi hanya dari potongan video yang viral di media sosial, karena tidak menggambarkan situasi secara utuh.
Dari Kelas ke Kantor Dewan: MKD Aktifkan Kembali Uya Kuya & Adies Kadir
Sementara Dedi Mulyadi sibuk menyelesaikan konflik di dunia pendidikan, kabar lain datang dari Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD). Dua figur publik sekaligus politisi, Uya Kuya dan Adies Kadir, resmi kembali diaktifkan sebagai anggota DPR setelah MKD memutuskan keduanya tidak terbukti melanggar kode etik.
Putusan ini diumumkan secara terbuka dan disambut positif oleh publik. Uya Kuya menyebut keputusan MKD “sangat profesional dan berdasarkan bukti nyata”, sementara Fraksi Golkar menegaskan Adies Kadir tetap menjabat sebagai Wakil Ketua DPR.
Keputusan MKD ini menjadi sinyal kuat bahwa lembaga pengawas etika di parlemen menjalankan fungsinya dengan independen. Sama halnya dengan langkah cepat Dedi Mulyadi, keputusan MKD ini menunjukkan pentingnya ketegasan dan tanggung jawab dalam setiap lini kepemimpinan.
Penutup: Ketegasan, Bukan Kekerasan
Gercep! KDM datangi guru yang dilabrak wali murid di Subang! menjadi contoh nyata bahwa kepemimpinan yang responsif mampu meredam konflik sosial yang bisa saja melebar. Langkah cepat Dedi Mulyadi bukan hanya bentuk kehadiran pemimpin di tengah masyarakat, tapi juga pesan kuat bahwa dunia pendidikan harus dijaga dengan kasih sayang dan komunikasi terbuka.
Di sisi lain, keputusan MKD yang mengembalikan status Uya Kuya dan Adies Kadir sebagai anggota DPR mengingatkan bahwa setiap keputusan harus berlandaskan bukti dan keadilan.
Dari ruang kelas hingga ruang sidang, pesan yang sama menggema: tanggung jawab, ketegasan, dan etika adalah fondasi utama dalam membangun bangsa.

