
Kornet.co.id – Sebuah peristiwa memilukan terjadi di SMA Negeri 72 Jakarta, yang menimbulkan gelombang perhatian publik. Ledakan di lingkungan sekolah ini mencederai banyak pihak, khususnya para siswa yang saat itu sedang berada di area sekolah. Luka, trauma, serta kepanikan yang menghantui suasana membuat opini publik bergolak. Banyak pertanyaan yang tercipta: bagaimana ini bisa terjadi? bentuk keprihatinan dan dukungan publik mulai berdatangan dari berbagai pihak. Salah satu momen yang kemudian mencuri sorotan adalah kedatangan Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, dan public figure sekaligus utusan khusus presiden, Raffi Ahmad, yang turun langsung ke Rumah Sakit Islam Cempaka Putih untuk menjenguk para korban.
Solidaritas Publik Tumbuh Cepat
Dalam suasana duka seperti ini, bentuk empati dari tokoh publik menjadi sinyal moral yang kuat. Kedatangan Dasco dan Raffi Ahmad bukan hanya sekadar formalitas. Itu menjadi simbol bahwa tragedi yang menimpa dunia pendidikan tidak bisa dipandang sepele. Dua sosok ini datang dan melihat sendiri bagaimana kondisi para korban, berbincang singkat, memberi dukungan moral, dan mencoba menyerap cerita langsung dari lapangan.
Publik memahami bahwa di balik judul berita, ada tubuh-tubuh muda pelajar yang sekarang harus menjalani perawatan akibat luka-luka dari ledakan tersebut. Kunjungan itu menyampaikan pesan tersirat: pemerintah dan representasi tokoh publik tidak tinggal diam. Ada langkah yang dilakukan, selain hanya sekedar ucapan belasungkawa.
Luka & Dampaknya Tak Sekadar Fisik
Dalam tragedi seperti ini, banyak orang fokus pada luka fisik. Tetapi, efek psikis sangat mungkin jauh lebih panjang. Para siswa SMA yang seharusnya disibukkan dengan tugas, ujian, dan kegiatan belajar, kini harus menghadapi ingatan tentang ledakan. Ketakutan akan kembali ke sekolah bisa muncul. Trauma suara. Trauma ruang. Trauma kejadian mendadak.
Tindakan menjenguk dan memberi perhatian secara langsung oleh figur publik seperti Dasco dan Raffi Ahmad dapat menjadi stimulus psikologis. Seakan memberi sinyal “kamu diperhatikan, kamu tidak sendirian”. Empati seperti ini penting, agar para korban tidak merasa dibiarkan menghadapi semuanya sendiri.
Kejadian ledakan bukan hanya menyisakan serpihan benda, tetapi juga serpihan mental, dan itu perlu ditangani dengan keseriusan. Rehabilitasi fisik harus sejalan dengan dukungan emosional yang berkelanjutan.
Pertanyaan Besar: Bagaimana Kejadian Ini Bisa Terjadi?
Dilansir dari Detik.com Sampai hari ini publik masih menunggu investigasi lengkap. Publik ingin tahu apa penyebab teknis yang memicu ledakan. Apakah ini kesalahan prosedural? atau ada benda yang tak seharusnya berada di sekolah? atau kelalaian sistem keamanan?
Dalam situasi yang sensitif seperti ini, spekulasi adalah musuh terbesar. Data yang sah perlu dipaparkan secara bertahap, melalui pernyataan resmi Kepolisian dan otoritas terkait. Publik ingin rasa aman dikembalikan, terutama bagi orang tua yang setiap hari menitipkan masa depan anak-anak mereka ke dunia pendidikan.
Kunjungan Dasco dan Raffi Ahmad menjadi simbol bahwa atensi negara ada di sana. Ini bukan kejadian kecil. Ini bukan insiden yang bisa berlalu tanpa ada evaluasi besar.
Reaksi Dunia Maya
Tak bisa dipungkiri, pergerakan isu publik hari ini sangat dipengaruhi dunia digital. Dalam beberapa jam saja setelah kabar ledakan menyebar, media sosial penuh dengan doa, simpati, sekaligus kritik. Ada yang mendoakan korban agar pulih cepat. Ada yang menuntut pemerintah memperkuat standar keamanan sekolah. Ada yang menyoroti koordinasi penanganan trauma.
Momentum kunjungan tokoh publik pun langsung mendapat sorotan. Banyak netizen yang mengapresiasi, karena menurut mereka ini bukan sekadar gesture publikitas, tetapi bentuk hadirnya negara. Komentar-komentar positif mulai mendominasi ruang digital, memberikan semangat untuk para korban melalui kolom komentar dan unggahan doa.
Penutup: Evaluasi & Pembenahan Harus Total
Tragedi ini menjadi cermin bahwa sistem keamanan di sekolah harus mendapat perhatian serius. Dunia pendidikan tidak boleh hanya fokus pada kurikulum dan nilai akademik. Ada aspek keselamatan yang wajib mendapat pengawasan ketat.
Kunjungan Dasco dan Raffi Ahmad ke rumah sakit hanyalah awal dari perjalanan panjang pemulihan. Setelah empati hadir, langkah berikutnya adalah kebijakan. Investigasi menyeluruh harus dibuka ke publik. Kemudian, seluruh institusi pendidikan di negeri ini perlu mengevaluasi ulang sistem pengamanan fasilitas mereka.
Karena satu hal yang harus dipahami bersama:
Sekolah seharusnya menjadi ruang aman bagi anak-anak, bukan ruang yang menyimpan potensi bahaya.
Dan tragedi yang terjadi di SMA 72 Jakarta ini harus menjadi tamparan keras agar aspek keselamatan tidak boleh lagi disepelekan.

