
Kornet.co.id – Dalam dunia sepak bola, kritik adalah hal lumrah. Namun, ketika komentar datang dari figur politik seperti Andre Rosiade, dan ditujukan pada legenda sepak bola dunia Patrick Kluivert, percakapan publik pun memanas. Sebuah sindiran yang menyebut Kluivert bak “pelatih tarkam” kini viral dan menuai pro-kontra di kalangan penggemar olahraga, analis, hingga warganet.
Asal Mula Komentar
Komentar kontroversial Andre Rosiade bermula dari penilaiannya terhadap kinerja Patrick Kluivert yang kini melatih salah satu klub Indonesia. Dalam beberapa pertandingan terakhir, performa tim asuhan Kluivert memang dianggap belum stabil. Dari situ, muncul pernyataan Andre Rosiade yang menyebut gaya melatih Kluivert tidak mencerminkan kualitas pelatih internasional, bahkan menyerupai pelatih tingkat turnamen kampung — istilah populer yang disebut “pelatih tarkam.”
Ungkapan tersebut sontak menjadi bahan diskusi di berbagai platform media sosial. Sebagian menilai komentar Andre Rosiade sebagai bentuk kejujuran dan kritik membangun, namun tidak sedikit yang menganggapnya berlebihan dan tidak pantas diucapkan kepada sosok berprestasi sekelas Kluivert.
Respons Publik yang Terbelah
Setelah pernyataan itu mencuat, dunia maya pun terbagi dua. Pihak pertama menilai Andre Rosiade hanya menyuarakan keresahan para suporter yang kecewa dengan performa tim. Mereka menganggap bahwa sebagai tokoh publik dan pecinta sepak bola nasional, Andre Rosiade berhak memberikan kritik demi kemajuan olahraga di tanah air.
Namun, di sisi lain, banyak pihak menilai pernyataan itu terlalu personal dan tidak menunjukkan sikap sportif. Patrick Kluivert adalah legenda hidup sepak bola Belanda yang pernah menorehkan prestasi besar di klub-klub Eropa, termasuk Barcelona. Menyamakan sosok seperti Kluivert dengan pelatih amatir dianggap merendahkan reputasi dan pengalaman panjang yang ia miliki.
Sosok Andre Rosiade di Balik Komentar
Dilansir dari Detik .com Andre Rosiade bukan sosok asing di dunia politik Indonesia. Ia dikenal sebagai anggota DPR yang vokal, sering melontarkan opini tajam terhadap berbagai isu — baik politik, sosial, maupun olahraga. Gaya komunikasinya yang lugas sering menimbulkan perdebatan, namun juga memperlihatkan karakternya yang blak-blakan dan tidak ragu menantang arus opini umum.
Dalam konteks ini, Andre Rosiade tampak mencoba menggugah kesadaran publik bahwa nama besar seorang pelatih tidak menjamin keberhasilan di lapangan. Ia menyoroti fakta bahwa strategi, adaptasi terhadap kultur sepak bola Indonesia, serta kedekatan dengan pemain lokal adalah faktor yang sama pentingnya dengan pengalaman di kancah internasional.
Dimensi Lain dari Sindiran “Pelatih Tarkam”
Meski terdengar kasar, istilah “pelatih tarkam” dalam ucapan Andre Rosiade bisa dimaknai sebagai kritik simbolik terhadap kurangnya inovasi dan strategi lapangan. Istilah itu sering digunakan untuk menyindir gaya melatih yang konvensional, tanpa sentuhan taktik modern.
Dalam persepsi sebagian masyarakat, “tarkam” menggambarkan sepak bola rakyat — keras, spontan, tapi minim disiplin dan perencanaan. Dengan menyebut Kluivert seperti pelatih tarkam, Andre Rosiade seolah ingin menegaskan bahwa pendekatan Kluivert di lapangan belum menunjukkan kualitas seorang pelatih berkelas dunia.
Namun, masalahnya terletak pada konteks. Publik Indonesia sangat menghormati figur internasional seperti Kluivert. Kritik yang tidak dibungkus dengan diplomasi akhirnya berubah menjadi bahan perdebatan emosional, bukan diskusi produktif tentang perkembangan sepak bola nasional.
Reaksi Pihak Klub dan Penggemar
Pihak klub yang dilatih Kluivert dikabarkan tidak memberikan tanggapan langsung terhadap komentar Andre Rosiade, tetapi beberapa perwakilan internal menyebut bahwa fokus mereka tetap pada pembenahan tim. Di sisi lain, penggemar di dunia maya beradu argumen. Ada yang menuntut Andre Rosiade meminta maaf, sementara yang lain justru memuji keberaniannya berbicara terbuka.
Di forum-forum sepak bola, muncul diskusi menarik: apakah kritik seperti ini justru diperlukan agar pelatih asing tidak terlalu nyaman dan lebih serius memahami karakter sepak bola Indonesia? Ataukah justru memperburuk citra publik terhadap tokoh-tokoh yang mencoba berkontribusi di dunia olahraga tanah air?
Antara Kritik dan Kontroversi
Kasus Andre Rosiade ini menunjukkan betapa tipisnya garis antara kritik konstruktif dan penghinaan publik. Dalam era digital, setiap kalimat yang diucapkan oleh tokoh publik bisa dengan cepat menjadi viral dan disalahartikan. Gaya bicara Andre Rosiade yang tanpa filter memang menimbulkan daya tarik tersendiri, namun juga berisiko menciptakan persepsi negatif jika tidak diimbangi dengan konteks yang tepat.
Di satu sisi, kritik keras bisa mendorong profesionalisme. Di sisi lain, bila disampaikan tanpa empati, bisa melukai reputasi seseorang. Mungkin, yang dibutuhkan adalah keseimbangan — keberanian untuk mengkritik disertai penghormatan terhadap usaha dan pengalaman orang lain.
Penutup
Kisah sindiran Andre Rosiade kepada Patrick Kluivert membuka percakapan yang lebih luas tentang bagaimana publik menilai kinerja pelatih asing di Indonesia. Apakah kita terlalu mengagungkan nama besar, atau justru terlalu cepat menilai tanpa memberi waktu untuk beradaptasi?
Apapun jawabannya, satu hal jelas: ucapan Andre Rosiade telah mengguncang ruang diskusi sepak bola nasional. Entah dianggap sebagai kritik pedas yang membangun, atau sekadar komentar yang menyinggung, peristiwa ini menegaskan bahwa dunia olahraga dan politik di Indonesia kini makin sulit dipisahkan.
Sepak bola bukan hanya tentang skor dan strategi — tapi juga tentang ego, persepsi, dan cara menyampaikan pendapat di ruang publik.

