
Kornet.co.id – Ketegangan mewarnai proses eksekusi terhadap eks bos Proyek revitalisasi Pasar Kranji, Bekasi, yang sempat menjadi perhatian publik. Pria berinisial W yang sebelumnya menjabat sebagai penanggung jawab utama Proyek tersebut, menunjukkan penolakan keras saat petugas hendak membawanya ke Lembaga Pemasyarakatan. Dengan suara lantang, ia berteriak “Saya gak mau!” sambil berusaha menolak petugas yang mengawalnya. Peristiwa ini sontak menarik perhatian warga sekitar yang menyaksikan langsung momen dramatis tersebut.
Latar Belakang Kasus Revitalisasi Pasar Kranji
Kasus yang menyeret nama W bermula dari program revitalisasi Pasar Kranji Baru yang digagas Pemerintah Kota Bekasi beberapa tahun lalu. Proyek tersebut bertujuan untuk memperbaiki fasilitas pasar tradisional agar lebih modern, aman, dan layak digunakan pedagang. Namun, dalam pelaksanaannya, muncul dugaan penyimpangan anggaran yang berujung pada kerugian negara. Aparat penegak hukum kemudian turun tangan melakukan penyelidikan, hingga akhirnya W dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman pidana.
Vonis tersebut telah berkekuatan hukum tetap setelah melalui proses panjang di pengadilan. Namun, ketika waktu eksekusi tiba, W tampak tidak menerima kenyataan tersebut. Ia mencoba bernegosiasi dengan petugas Kejaksaan Negeri Bekasi yang datang menjemputnya, dengan alasan masih ingin mengajukan peninjauan kembali. Meski demikian, upayanya sia-sia. Petugas tetap menjalankan tugas sesuai prosedur.
Drama Saat Eksekusi
Suasana di kediaman W berubah tegang ketika tim eksekutor tiba dengan surat perintah resmi. Sejumlah warga sekitar berkumpul untuk menyaksikan proses itu. W yang awalnya tenang mendadak bereaksi emosional ketika mengetahui bahwa dirinya akan langsung dibawa ke rutan. Ia berteriak, menolak, dan mencoba menarik tangannya dari genggaman petugas. Beberapa kali ia mengucapkan kalimat “Saya gak mau!” dengan nada tinggi.
Petugas yang bersikap profesional berusaha menenangkan W dan memberikan penjelasan bahwa proses ini adalah bagian dari pelaksanaan hukum yang telah diputuskan. Setelah beberapa menit berdebat, akhirnya W digiring keluar rumah dan dimasukkan ke mobil tahanan. Meski sempat memberontak, proses eksekusi berjalan tanpa insiden berarti. Namun, video detik-detik kejadian tersebut sudah telanjur viral di media sosial dan menimbulkan beragam komentar dari warganet.
Sorotan terhadap Transparansi Proyek Publik
Dilansir dari Kumparan.com Peristiwa ini kembali membuka perbincangan tentang pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam setiap Proyek pemerintah, khususnya yang menggunakan dana publik. Kasus Pasar Kranji menjadi contoh nyata bagaimana sebuah program yang seharusnya membawa manfaat bagi masyarakat, justru menimbulkan masalah hukum akibat kelalaian dan dugaan penyimpangan.
Pengamat kebijakan publik menilai, lemahnya pengawasan terhadap Proyek infrastruktur seringkali membuka celah bagi tindakan korupsi. Dalam kasus Pasar Kranji, perencanaan dan pelaksanaan Proyek disebut tidak berjalan selaras dengan aturan. Hal inilah yang memunculkan potensi pelanggaran hukum hingga akhirnya menyeret pihak-pihak terkait.
Selain itu, banyak pihak menyoroti bagaimana proses pengadaan dan pengelolaan dana Proyek sering kali kurang transparan di tingkat daerah. Situasi ini menimbulkan kecurigaan dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pelaksanaan pembangunan. Oleh sebab itu, ke depan diharapkan pemerintah daerah dapat memperketat sistem audit dan memperkuat mekanisme kontrol agar peristiwa serupa tidak terulang.
Respons Publik dan Dunia Maya
Setelah video perlawanan W saat eksekusi tersebar luas, netizen langsung membanjiri kolom komentar dengan berbagai reaksi. Ada yang mengecam sikap tidak kooperatif sang eks bos Proyek, menyebutnya sebagai bentuk ketidaktaatan terhadap hukum. Namun, sebagian lainnya justru merasa kasihan, melihat kondisi emosional W yang tampak terpukul saat dibawa paksa.
Di sisi lain, masyarakat sekitar menuturkan bahwa W dikenal sebagai sosok yang cukup aktif di lingkungan sosialnya. Beberapa warga mengaku terkejut dengan kasus yang menjeratnya, sebab mereka tidak menyangka bahwa program besar seperti Proyek revitalisasi Pasar Kranji bisa berujung pada masalah hukum. Meski demikian, warga tetap berharap agar hukum ditegakkan dengan adil tanpa memandang status atau jabatan.
Pesan Moral dari Kasus Ini
Kisah W membawa pelajaran penting bagi para pelaku Proyek dan pejabat publik lainnya. Dalam setiap kegiatan pembangunan, integritas dan tanggung jawab menjadi hal utama yang tidak bisa ditawar. Ketika amanah publik disalahgunakan, dampaknya tidak hanya menimpa individu yang terlibat, tetapi juga mencoreng nama institusi dan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
Kasus Pasar Kranji seharusnya menjadi cermin bahwa setiap Proyek yang menggunakan uang rakyat wajib dijalankan secara profesional dan transparan. Pengawasan yang ketat serta pelibatan masyarakat dalam proses evaluasi dapat menjadi langkah efektif untuk mencegah penyimpangan. Kejujuran dalam bekerja menjadi pondasi utama untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan dan bersih dari praktik korupsi.
Penutup
Aksi penolakan W saat eksekusi memang menjadi sorotan, namun yang lebih penting adalah pesan di balik peristiwa ini. Ketika hukum telah berbicara, tidak ada alasan bagi siapa pun untuk menolak menjalankan konsekuensinya. Masyarakat menanti komitmen pemerintah untuk terus memperkuat sistem pengawasan dan penegakan hukum di setiap Proyek publik. Kejadian ini diharapkan menjadi momentum bagi semua pihak untuk memperbaiki tata kelola, menegakkan integritas, dan memastikan bahwa pembangunan benar-benar berpihak pada kepentingan rakyat.

