
Gelombang Aksi dari GP Ansor DKI Jakarta
Jakarta mendadak ramai pada Kamis malam, 16 Oktober 2025. Puluhan anggota Gerakan Pemuda, GP Ansor, dan Banser DKI Jakarta melakukan aksi besar-besaran di depan kantor Trans7 di kawasan Mampang Prapatan.
Aksi ini menjadi sorotan publik dan trending di berbagai media sosial.
Tagar #BoikotTrans7 dan #AnsorGerudukTrans7 bahkan menempati posisi teratas di platform X dan Instagram.
Aksi tersebut bukan tanpa alasan. Tayangan salah satu program Trans7 dinilai telah melecehkan martabat ulama dan dunia pesantren, terutama Pondok Pesantren Lirboyo dan KH Anwar Manshur. Dalam salah satu segmen berjudul provokatif “Santrinya Minum Susu Aja Kudu Jongkok, Emang Gini Kehidupan Pondok?”, publik menilai ada unsur penghinaan terhadap tradisi pesantren.
Ketua PW GP Ansor DKI Jakarta, H. Muhammad Ainul Yakin, memimpin langsung aksi itu. Ia menegaskan bahwa tindakan Trans7 tidak bisa ditoleransi dan dianggap telah melukai hati jutaan santri serta warga Nahdliyin di seluruh Indonesia.
“Kami datang bukan untuk anarkis, tapi untuk menuntut keadilan. Jika martabat kiai dilecehkan, kami akan berdiri paling depan membela mereka,” tegas Ainul Yakin dalam orasinya.
Kantor Trans7 Disegel — “Jangan Coba-Coba Buka Segel Ini!”
Dilansir infokomnews.com, Dalam puncak aksi, kantor Trans7 resmi disegel oleh GP Ansor dan Banser DKI.
Segel berbentuk banner besar bertuliskan “Disegel GP Ansor-Banser: Hormati Ulama dan Pesantren!” dipasang di gerbang utama.
H. Ainul Yakin memperingatkan keras pihak Trans7 agar tidak mencoba membuka segel tersebut tanpa kesepakatan dengan pihak Ansor.
“Kalau segel ini dibuka diam-diam, kami akan datang lagi dengan massa yang lebih besar. Bahkan kami siap mendatangi rumah Chairul Tanjung!” ujarnya lantang.
Pernyataan tersebut langsung disambut takbir dan pekikan “Hidup Ansor! Hidup Banser!” dari para peserta aksi.
Empat Tuntutan Tegas GP Ansor DKI Jakarta
Dalam pernyataan resminya, GP Ansor DKI menyampaikan empat tuntutan keras yang harus segera dipenuhi oleh pihak Trans7 dan CT Corp:
- Mendesak Presiden Prabowo Subianto agar memerintahkan Menteri Komunikasi dan Digital mencabut hak siar Trans7, karena dianggap telah menayangkan konten yang melecehkan ulama.
- Meminta Kapolri untuk memproses hukum seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan dan penayangan program tersebut.
- Menyerukan boikot nasional terhadap seluruh produk dan layanan milik CT Corp, termasuk Transmedia, Bank Mega, Allo Bank, dan Transmart.
- Menuntut Chairul Tanjung, selaku pemilik CT Corp, agar menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada umat Islam dan dunia pesantren.
Ainul Yakin menegaskan bahwa martabat kiai dan pesantren adalah “harga mati”.
“Siapa pun yang berani menistakan ulama, berarti menantang barisan kami,” tutupnya.
Dukungan Mengalir dari Daerah: Jawa Timur Turut Bergerak
Aksi GP Ansor DKI ternyata memantik reaksi serupa di berbagai daerah.
Di Surabaya, massa gabungan dari GP Ansor, Banser, IPNU, dan Pagar Nusa juga menggelar aksi serupa di depan Gedung Negara Grahadi sebelum bergerak menuju kantor biro Trans7 Jawa Timur di Jalan Yos Sudarso.
Massa menuntut Trans7 segera sowan ke Pondok Pesantren Lirboyo untuk meminta maaf secara langsung. Koordinator aksi, Assyiqun, menyatakan bahwa penyegelan dilakukan karena tuntutan mereka diabaikan.
“Kalau yang berani melecehkan kiai hanya PKI dan HTI, maka kami siap berdiri melawan. Jangan pernah remehkan marwah pesantren,” ujarnya tegas di hadapan massa.
Sekitar pukul 16.00 WIB, kantor biro Trans7 Jawa Timur disegel dengan gembok dan rantai. Massa menolak negosiasi dan menegaskan bahwa mereka tidak ingin diputarbalikkan dalam pemberitaan.
Beberapa anggota DPRD Surabaya seperti Muhaimin (PPP), M. Saifuddin (Demokrat), dan Tubagus (PKB) turut hadir memberikan dukungan moral kepada para demonstran.
Badan Siber Ansor Jatim: Ada Operasi Isu Terstruktur
Dari sisi lain, Badan Siber Ansor Jawa Timur melalui M. Mahdi Kherid menilai kasus ini tidak berdiri sendiri.
Ia menduga ada pola sistematis dalam pemberitaan dan narasi di media sosial yang berusaha merusak citra pesantren.
“Kita pantau ada pola operasi isu yang rapi, seolah ingin membunuh karakter pesantren lewat framing negatif. Kasus Trans7 ini hanyalah puncaknya,” ungkap Mahdi Kherid.
Ia menilai pesantren adalah salah satu benteng moral bangsa. Jika pesantren dilemahkan lewat opini publik, maka itu bagian dari upaya melumpuhkan akar nasionalisme di Indonesia.
Reaksi dari MUI, PBNU, dan DPR RI
Tak lama setelah aksi besar itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI), PBNU, dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) ikut menyoroti kasus ini.
KPI disebut tengah mengkaji kemungkinan sanksi administratif terhadap Trans7, sementara Komisi I DPR RI mendorong audit konten siaran untuk memastikan tidak ada lagi tayangan yang menistakan simbol agama.
PBNU melalui pernyataan resmi juga menegaskan agar seluruh media nasional berhati-hati dalam mengangkat isu sensitif tentang pesantren dan kiai.
“Pesantren bukan objek hiburan, tetapi pusat peradaban,” tulis pernyataan itu.
Seruan untuk Tetap Tenang dan Menunggu Klarifikasi
Meski amarah masyarakat meluap, sejumlah tokoh Nahdliyin menyerukan agar umat tetap tenang dan menunggu langkah resmi dari pihak berwenang.
Namun, GP Ansor tetap menegaskan bahwa segel kantor Trans7 tidak akan dicabut sampai permintaan maaf terbuka disampaikan langsung oleh Chairul Tanjung.
Situasi di depan kantor Trans7 pun mulai kondusif setelah malam tiba.
Polisi yang berjaga memastikan aksi berlangsung damai tanpa kericuhan.
Penutup: Suara dari Akar Rumput
Kasus ini menjadi pengingat bagi media massa untuk berhati-hati dalam menyajikan konten.
Apa yang terjadi menunjukkan bahwa pesantren dan kiai bukan sekadar institusi keagamaan, melainkan simbol identitas dan kehormatan bangsa.
Gelombang reaksi publik, mulai dari DKI Jakarta hingga Jawa Timur, menunjukkan betapa kuatnya ikatan emosional antara masyarakat dan dunia pesantren.
Dan kini, masyarakat menunggu:
Apakah Chairul Tanjung akan memenuhi tuntutan GP Ansor?
Atau, apakah Trans7 akan menghadapi sanksi berat akibat tayangan kontroversial itu?
Yang jelas, heboh buntut kasus yang lagi ramai! GP Ansor geruduk & segel kantor Trans7! telah menjadi babak baru dalam hubungan antara media dan umat.

