
Kornet.co.id – Sebuah insiden tak biasa terjadi di salah satu sekolah dasar di Kabupaten Kampar, Riau. Seorang Guru terekam kamera membanting nasi kotak yang diberikan oleh Dinas Pendidikan setempat. Kejadian itu berlangsung di hadapan para murid, yang tampak kebingungan dan ketakutan melihat reaksi emosional sang Guru.
Peristiwa ini dengan cepat menyebar di media sosial setelah video rekamannya diunggah oleh salah satu saksi. Dalam video berdurasi singkat itu, tampak sang Guru memukul meja, lalu melempar nasi kotak yang seharusnya dibagikan kepada murid-murid. Suasana kelas yang awalnya ramai mendadak senyap. Para murid hanya mampu menatap tanpa memahami alasan di balik tindakan tersebut.
Reaksi dari Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan Kabupaten Kampar segera memberikan klarifikasi setelah video tersebut viral dan menimbulkan berbagai spekulasi. Kepala Dinas Pendidikan menjelaskan bahwa kejadian itu sedang dalam tahap penelusuran lebih lanjut. Pihaknya mengaku menyesalkan tindakan yang tidak pantas dilakukan oleh seorang Guru, terutama di hadapan anak-anak yang sedang belajar disiplin dan etika.
Menurut keterangan awal, nasi kotak itu merupakan bagian dari program makan siang yang disediakan pemerintah daerah untuk para siswa. Namun, diduga ada ketidaksesuaian atau miskomunikasi terkait pembagian atau kualitas makanan yang membuat sang Guru bereaksi berlebihan. Meski demikian, Dinas Pendidikan menegaskan bahwa bentuk protes semestinya disampaikan melalui jalur resmi, bukan dengan tindakan impulsif yang bisa mencoreng nama baik profesi pendidik.
Suara Warga dan Orang Tua Murid
Di lansir dari kompas.com Peristiwa ini menuai beragam tanggapan dari masyarakat, terutama para orang tua murid. Beberapa di antaranya mengungkapkan kekecewaan karena perilaku Guru seharusnya menjadi teladan bagi peserta didik. Banyak yang menilai bahwa tindakan tersebut dapat meninggalkan trauma bagi anak-anak, yang melihat figur pendidik mereka kehilangan kendali di ruang kelas.
Namun, tak sedikit pula warga yang mencoba memahami situasi dengan menyoroti tekanan dan beban kerja yang mungkin dirasakan oleh Guru. Mereka menduga ada persoalan lain di balik ledakan emosi tersebut, seperti masalah pribadi atau ketidakpuasan terhadap sistem distribusi bantuan sekolah. Dalam konteks ini, publik menyerukan agar kasus ini diselesaikan dengan bijak, tanpa menghakimi secara sepihak.
Pandangan Ahli Pendidikan
Beberapa pengamat pendidikan turut menyoroti peristiwa ini sebagai cerminan tantangan emosional yang dihadapi tenaga pendidik. Seorang pakar pendidikan dari Universitas Riau menyebut bahwa profesi Guru tidak hanya menuntut kemampuan mengajar, tetapi juga pengendalian diri yang kuat. Dalam lingkungan kerja yang penuh tekanan dan ekspektasi, emosi yang tidak tersalurkan dengan baik bisa berujung pada tindakan yang mencoreng citra profesi.
Ia menekankan pentingnya pelatihan manajemen stres dan komunikasi bagi para pendidik. “Ketika Guru merasa tidak puas terhadap kebijakan atau fasilitas sekolah, jalur dialog terbuka seharusnya digunakan. Anak-anak tidak boleh menjadi saksi dari pelampiasan emosi orang dewasa,” ujarnya.
Tindak Lanjut dari Sekolah
Pihak sekolah tempat kejadian berlangsung dikabarkan telah memanggil sang Guru untuk dimintai keterangan. Kepala sekolah mengonfirmasi bahwa insiden itu memang terjadi di lingkungan sekolah dan menegaskan akan melakukan evaluasi menyeluruh. Meski belum ada sanksi resmi yang diumumkan, pihak sekolah berkomitmen untuk memberikan pembinaan dan pendampingan psikologis bagi sang Guru.
Langkah ini diambil bukan hanya untuk menegakkan disiplin, tetapi juga demi memastikan bahwa peristiwa serupa tidak terulang kembali. Selain itu, beberapa murid yang sempat menyaksikan kejadian tersebut juga akan mendapatkan pendampingan agar mereka tidak mengalami ketakutan atau trauma.
Simbol Krisis Etika dalam Dunia Pendidikan
Kasus ini kembali membuka perbincangan luas tentang krisis etika dan profesionalisme di dunia pendidikan. Di satu sisi, Guru adalah figur panutan yang memegang peranan penting dalam membentuk karakter generasi muda. Di sisi lain, tekanan kerja, minimnya apresiasi, serta keterbatasan fasilitas kadang membuat sebagian tenaga pendidik kesulitan menjaga stabilitas emosinya.
Banyak pihak berharap agar pemerintah daerah memberikan perhatian lebih terhadap kesejahteraan dan keseimbangan psikologis para Guru. Sebab, kondisi emosional pendidik secara langsung memengaruhi suasana belajar di kelas dan kualitas interaksi dengan murid.
Penutup
Insiden Guru di Kampar yang membanting nasi kotak ini menjadi pelajaran penting bagi dunia pendidikan Indonesia. Bahwa setiap tindakan, sekecil apa pun, dapat meninggalkan jejak mendalam bagi anak-anak yang menyaksikannya.
Kejadian ini bukan hanya soal makanan yang dibanting, melainkan tentang bagaimana seharusnya seorang pendidik bersikap di tengah tekanan. Semoga peristiwa ini menjadi refleksi bersama agar ke depan, ruang pendidikan tetap menjadi tempat yang aman, inspiratif, dan beradab bagi semua pihak — terutama bagi para murid yang sedang belajar memahami arti kedewasaan dan empati dari orang yang mereka sebut Guru.

