.webp)
Israel gempur Ibu Kota Yaman, Sana’a, dalam serangan udara terbaru yang berlangsung pada Rabu (10/9). Serangan ini menewaskan sedikitnya 35 orang dan melukai 131 orang lainnya. Target serangan mencakup wilayah padat penduduk, kantor pemerintahan, serta sejumlah fasilitas publik di ibu kota dan di provinsi Al Jawf, Yaman utara.
Menurut laporan Kementerian Kesehatan Yaman, korban tewas sebagian besar adalah warga sipil yang berada di sekitar permukiman. Beberapa fasilitas vital, termasuk sebuah rumah sakit di Jalan al-Sitteen, ikut terdampak.
Kronologi Serangan: Dari Sana’a ke Al Jawf
Berdasarkan informasi yang beredar:
- Di kawasan al-Tahrir, Sana’a, bom menghantam permukiman padat dan menewaskan puluhan warga.
- Di Jalan 60, sebuah fasilitas medis luluh lantak setelah menjadi sasaran rudal udara.
- Di Al Jawf, ibu kota al-Hazm, kompleks pemerintahan setempat tak luput dari gempuran.
Stasiun televisi Al Masirah TV yang dikelola Houthi melaporkan bahwa Markas Panduan Moral Houthi juga hancur, menyebabkan sejumlah rumah warga roboh.
Sementara itu, perusahaan minyak dan gas Yaman menyebut salah satu stasiun medis penting ikut terkena serangan.
Eskalasi Konflik Israel–Houthi
Dilansir dari kompas.com, Serangan ini bukanlah yang pertama. Dalam beberapa bulan terakhir, Israel gempur Ibu Kota Yaman sebagai balasan atas serangan Houthi yang kerap menargetkan Israel dengan rudal dan drone.
Houthi, yang telah menguasai Sana’a sejak 2014, semakin berani meluncurkan serangan ke kapal-kapal di Laut Merah. Langkah ini diklaim sebagai upaya menekan Israel agar melonggarkan blokade terhadap Jalur Gaza, yang mengalami krisis kemanusiaan serius sejak perang Israel–Hamas pecah pada Oktober 2023.
Israel menegaskan bahwa mereka tidak akan tinggal diam menghadapi ancaman tersebut. Bahkan, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan, “Kami akan terus menyerang siapa pun yang mencoba melawan Israel.”
Target Serangan Menurut Israel
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyebut bahwa serangan terbaru menargetkan:
- Basis militer Houthi di Sana’a.
- Kantor informasi militer Houthi.
- Gudang penyimpanan bahan bakar.
Militer Israel (IDF) mengklaim bahwa operasi ini adalah bagian dari strategi jangka panjang untuk melumpuhkan kemampuan militer Houthi. Namun, laporan media Yaman menegaskan bahwa korban sipil justru mendominasi, memicu kecaman internasional.
Serangan Balasan dari Houthi
Tidak lama setelah Israel gempur Ibu Kota Yaman, juru bicara Houthi, Yahya Saree, menegaskan bahwa pihaknya akan meningkatkan perlawanan. Houthi mengaku bahwa serangan Israel mengenai kantor surat kabar lokal serta sejumlah fasilitas sipil lain.
Pada akhir Juli lalu, Houthi sudah berjanji akan menargetkan lebih banyak kapal dagang yang terkait Israel di Laut Merah. Bahkan, pekan lalu, drone Houthi berhasil menghantam area kedatangan Bandara Ramon di Israel bagian selatan.
Reaksi Perdana Menteri Israel
Netanyahu menegaskan bahwa gempuran udara ke Yaman adalah bentuk balasan yang tegas. Ia menyebut sebagian besar anggota pemerintahan Houthi yang disebutnya sebagai “teroris” telah berhasil dilumpuhkan.
“Dua hari lalu mereka menyerang Bandara Ramon. Hari ini, kami menggempur mereka balik dari udara. Siapa pun yang menyerang kami akan kami kejar,” tegas Netanyahu.
Pernyataan ini menandakan bahwa Israel bertekad melanjutkan operasi militernya tidak hanya di Gaza, tetapi juga di Yaman dan bahkan Lebanon.
Konflik Regional Semakin Meluas
Konflik Israel tidak hanya berhenti pada Hamas di Gaza dan Houthi di Yaman. Israel juga memperluas operasi militernya ke Lebanon, menargetkan kelompok Hizbullah yang didukung Iran, serta ke wilayah Suriah.
Pada Juni 2025, Israel sempat terlibat konfrontasi langsung dengan Iran selama lebih dari 12 hari, memperlihatkan bahwa eskalasi konflik di Timur Tengah semakin sulit dikendalikan.
Kondisi Kemanusiaan di Yaman
Serangan Israel ke ibu kota Yaman memperparah situasi kemanusiaan di negara tersebut. Yaman telah lama terjerat konflik internal sejak 2015, dengan perang antara Houthi dan koalisi pimpinan Arab Saudi. Kini, keterlibatan Israel menambah penderitaan warga sipil yang sudah hidup di bawah blokade, kelaparan, dan keterbatasan akses kesehatan.
Tim penyelamat masih berjuang mengevakuasi korban dari reruntuhan. Sementara itu, organisasi kemanusiaan internasional menyerukan gencatan senjata segera untuk mencegah jatuhnya lebih banyak korban sipil.
Kesimpulan
Israel gempur Ibu Kota Yaman bukan hanya sekadar aksi militer, tetapi juga bagian dari dinamika konflik yang lebih luas di Timur Tengah. Dengan korban jiwa mencapai puluhan dan ratusan orang luka-luka, situasi ini berpotensi memicu eskalasi lebih besar yang melibatkan banyak pihak.
Masyarakat internasional kini menyoroti bagaimana konflik ini tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga mengancam stabilitas kawasan serta memperburuk krisis kemanusiaan di Yaman. Pertanyaannya: sampai kapan perang balas dendam ini akan terus berlangsung?

