
Sejak konflik pecah pada Oktober 2023, jalur Gaza telah menjadi saksi dari salah satu tragedi kemanusiaan terburuk dalam dekade ini. Data terbaru dari Kementerian Kesehatan Gaza mencatat bahwa setidaknya 61.369 warga Palestina telah tewas, sementara 152.850 lainnya terluka di bawah gempuran intens serangan militer Israel.
Bertambahnya Korban Setiap Hari
Dalam periode 24 jam terakhir saja, tercatat 39 jenazah tiba di rumah sakit Gaza, dan 491 orang mengalami luka-luka, sebuah gambaran menyedihkan dari kekerasan yang terus berlanjut.
Lebih parah lagi, banyak korban masih terperangkap di reruntuhan atau tempat-tempat yang tak terjangkau oleh tim penyelamat, mencerminkan keterbatasan akses dalam operasi darurat di zona perang.
Korban Saat Mencari Bantuan
Tak hanya menimpa warga yang terjebak, korban juga berjatuhan di antara mereka yang berusaha mendapatkan bantuan kemanusiaan. Dalam rentang waktu 24 jam terakhir, 21 orang tewas dan lebih dari 341 luka-luka saat dalam perjalanan mencari bantuan. Sejak 27 Mei, total korban yang meninggal saat mencari bantuan mencapai 1.743 jiwa, dengan lebih dari 12.590 lainnya luka-luka.
Ancaman Kelaparan dan Malnutrisi
Situasi di Gaza semakin memburuk karena kekurangan pangan parah. Dalam 1 hari terakhir, 11 orang—termasuk anak-anak—meninggal akibat kelaparan dan malnutrisi, menambah jumlah korban tewas akibat gizi buruk menjadi 212 jiwa, dengan 98 di antaranya adalah anak-anak.
Dampak Parah terhadap Kehidupan
Total korban tewas kini menyentuh 61.369 jiwa, dengan korban luka mencapai 152.850 orang. Krisis ini tak hanya mengancam nyawa, tetapi juga memutus mata pencaharian, pendidikan, dan harapan banyak keluarga Gaza.
Mengapa Angka Ini Menyakitkan dan Membutuhkan Respons Internasional?
- Angka korban yang terus meningkat — menandakan eskalasi kekerasan yang belum mereda.
- Korban di jalur bantuan — menggarisbawahi betapa sulitnya situasi kemanusiaan di zona perang.
- Kelaparan sebagai senjata perang — krisis pangan menyebabkan kematian tanpa pertempuran langsung.
- Dampak jangka panjang — trauma kolektif, kehilangan generasi muda, serta kehancuran sistem kesehatan dan pendidikan.
Bukti Lapangan: Statistik Lain yang Memperkuat Citra Tragedi
Menurut data lain yang dikemukakan oleh kantor informasi pemerintah Gaza, korban tewas kini bisa mencapai 61.709 jiwa, karena termasuk ribuan orang hilang yang diasumsikan telah meninggal. Dari jumlah tersebut, 76% jenazah telah ditemukan, tetapi 14.222 orang masih tertimbun reruntuhan.
Selain itu, banyak pekerja medis, jurnalis, dan petugas pertahanan sipil yang menjadi korban. Setidaknya 1.155 tenaga kesehatan, 205 jurnalis, dan 194 pekerja pertahanan sipil dilaporkan tewas dalam konflik ini.
Suara dari Dunia Statistik
Studi statistik menyoroti bahwa angka korban yang dilaporkan bisa lebih tinggi daripada laporan resmi Kementerian Kesehatan Gaza. Misalnya, analisis capture–recapture memperkirakan hingga 64.260 kematian akibat cedera traumatis antara Oktober 2023 hingga akhir Juni 2024 — sekitar 40% lebih tinggi daripada angka resmi.
Penutup: Tragedi yang Tak Bisa Diabaikan
Angka 61.369 korban tewas bukan sekadar statistik — di baliknya ada kisah keluarga yang hancur, masa depan yang terbakar, dan anak-anak yang kehilangan orang tua. Gaza bukan hanya medan perang, tapi juga simbol penderitaan dan kekurangan hak asasi.
Komunitas dunia perlu merespons dengan cepat:
- Akses bantuan kemanusiaan harus dijamin.
- Penghalang terhadap gizi dan kebutuhan dasar harus dibebaskan.
- Perlindungan warga sipil dan pekerja kemanusiaan wajib ditegakkan.
Semoga korban ini tidak menghilang dalam riuh pemberitaan—melainkan bangkit sebagai seruan untuk menghentikan penderitaan dan membuka jalan menuju solusi damai dan keadilan. Dan saat ini Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, secara resmi menyusun rencana untuk mencaplok seluruh wilayah Gaza. Meski klaimnya bahwa penyaluran bantuan bagi warga sipil tetap dijaga, langkah ini memicu kritik global, khususnya dari negara-negara PBB.
Inggris dan Australia menyatakan penolakannya terhadap rencana ini, sementara beberapa anggota tetap Dewan Keamanan PBB menentangnya keras, belum lagi Krisis di sektor kesehatan Gaza terus memanas sejak awal perang. Menurut laporan terbaru, sistem medis telah benar-benar kolaps: sebagian besar rumah sakit telah kehabisan bahan bakar, listrik, dan suplai medis. Banyak fasilitas kesehatan tutup, ambulans rusak atau tidak beroperasional, sementara korban dari serangan terus bertambah.
Protes internasional terhadap rencana pencaplokan Gaza semakin meluas. Negara-negara seperti Inggris dan Australia mengecam keras niat Israel, sementara Komite Menteri Negara Arab–Islam juga mengecam rencana tersebut. Dilansir dari metrotvnews.com saat ini, pemerintah Indonesia juga bersiap memberikan respons kemanusiaan, termasuk kemungkinan perawatan medis dan penggalangan bantuan lebih lanjut, bagaimana menurutmu?

