
Awal Mula Kasus yang Jadi Sorotan
Kasus yang sempat memicu perhatian publik di Banten akhirnya berakhir damai. Update! Kasus Kepsek Tegur Siswa karena Merokok, Kini Damai! menjadi kabar lega bagi warga SMAN 1 Cimarga, Kabupaten Lebak, yang sebelumnya dirundung polemik antara kepala sekolah dan siswanya.
Peristiwa ini bermula ketika Kepala Sekolah SMAN 1 Cimarga, Dini Fitria, menegur seorang siswanya, Indra Lutfiana Putra (17), karena kedapatan merokok di lingkungan sekolah. Teguran itu disebut berujung pada tindakan penamparan, yang kemudian viral dan memicu reaksi keras dari para siswa.
Selama dua hari, ratusan siswa melakukan aksi mogok belajar sebagai bentuk protes terhadap dugaan kekerasan tersebut. Situasi sekolah pun menjadi tidak kondusif, hingga pemerintah daerah turun tangan untuk menenangkan keadaan.
Gubernur Banten Turun Tangan
Dilansir detik.com, Melihat kondisi yang memanas, Gubernur Banten Andra Soni akhirnya turun tangan langsung. Ia memanggil Kepala Sekolah Dini Fitria dan siswa yang terlibat, Indra, untuk dipertemukan dan dimediasi secara damai.
Pertemuan berlangsung di ruang kerja Gubernur, Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B), Kota Serang, pada Rabu, 15 Oktober 2025. Pertemuan dilakukan secara tertutup tanpa kehadiran awak media, namun hasilnya membawa suasana baru bagi dunia pendidikan di Banten.
Di hadapan Gubernur, Indra menyampaikan permohonan maafnya kepada sang kepala sekolah. Dengan penuh ketulusan, Dini pun membalas dengan memaafkan sekaligus meminta maaf atas sikap dan ucapannya yang mungkin menyinggung.
“Saya minta maaf atas kesalahan saya,” ucap Indra dengan nada rendah.
“Ibu maafkan, dan ibu juga minta maaf atas kata-kata ibu. Semoga di hati Indra bisa ikhlas,” jawab Dini dengan haru.
Pesan Keikhlasan dari Gubernur
Dalam suasana damai tersebut, Gubernur Andra Soni menyampaikan pesan penting tentang keikhlasan, tanggung jawab, dan keteladanan di lingkungan pendidikan. Ia menekankan bahwa peristiwa ini seharusnya menjadi pembelajaran berharga bagi guru maupun siswa.
Menurutnya, kepala sekolah dan guru memiliki peran penting dalam membentuk karakter siswa, tetapi setiap tindakan harus dilakukan dengan pendekatan yang mendidik, bukan emosi. Di sisi lain, siswa juga perlu memahami aturan dan menghormati lingkungan sekolah yang telah ditetapkan sebagai zona bebas rokok.
Dini Fitria pun menegaskan bahwa ia menerima nasihat tersebut dengan lapang dada. Ia berharap muridnya bisa belajar dari kejadian itu dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.
“Pak Gubernur telah memberikan pelajaran berharga tentang keikhlasan. Semoga Indra bisa legowo dan sukses di masa depan,” ujarnya.
Kondisi Sekolah Kini Kembali Normal Damai
Pasca-mediasi, aktivitas belajar di SMAN 1 Cimarga kembali berjalan seperti biasa. Siswa yang sebelumnya mogok kini sudah kembali ke kelas, dan situasi sekolah dinyatakan kondusif.
Gubernur Andra Soni menjelaskan bahwa keputusan penonaktifan sementara terhadap kepala sekolah hanya dilakukan untuk menstabilkan situasi. Langkah itu bukan bentuk hukuman, melainkan upaya agar proses pembelajaran tidak terganggu.
“Guru-guru sudah tidak bisa mengarahkan murid ke kelas selama dua hari. Situasi tidak kondusif, jadi kami putuskan menonaktifkan sementara agar keadaan tenang,” jelas Andra.
Setelah situasi damai terkendali, Dini Fitria pun resmi diaktifkan kembali sebagai Kepala Sekolah SMAN 1 Cimarga. Gubernur menilai, memindahkan Dini ke sekolah lain justru bisa menimbulkan masalah baru.
“Saya bisa saja memindahkan beliau, tapi itu tidak menyelesaikan masalah. Lebih baik beliau kembali ke sekolah dan memperbaiki hubungan dengan siswa,” tegas Andra.
Pernyataan dari Pihak Dinas Pendidikan
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Banten, Lukman, menegaskan bahwa kejadian ini menjadi momentum penting bagi semua pihak di sekolah untuk memperkuat budaya disiplin tanpa kekerasan.
Lukman juga mengingatkan bahwa tindakan merokok di lingkungan sekolah adalah pelanggaran serius. Siswa yang kedapatan merokok tetap akan mendapat sanksi sesuai aturan, namun pendekatannya harus bersifat mendidik.
“Sekolah harus menjadi lingkungan yang aman dan bebas rokok. Namun, penegakan disiplin tidak boleh dilakukan dengan kekerasan,” ujarnya.
Suara dari Wakil Kepala Sekolah
Dhea Najmilayali, Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMAN 1 Cimarga, turut menjelaskan bahwa aksi mogok siswa kemarin bukan karena mereka mendukung pelanggaran yang dilakukan Indra, tetapi sebagai bentuk keprihatinan terhadap dugaan kekerasan di sekolah.
“Anak-anak hanya ingin menunjukkan bahwa mereka tidak setuju dengan kekerasan. Tapi setelah penjelasan dan mediasi, mereka memahami konteks sebenarnya,” kata Dhea.
Ia juga menambahkan bahwa selama aksi mogok, para siswa tetap mengikuti pembelajaran daring. Artinya, mereka tidak benar-benar menolak belajar, melainkan ingin menyampaikan aspirasi dengan cara yang damai.
Refleksi dan Harapan Ke Depan
Kini, setelah Update! Kasus Kepsek Tegur Siswa karena Merokok, Kini Damai!, pihak sekolah berkomitmen untuk memperkuat komunikasi dan pendekatan persuasif antara guru dan siswa. Pihak pemerintah provinsi juga berjanji untuk memberikan pendampingan agar kejadian serupa tidak terulang.
Kasus ini menjadi pengingat bahwa dunia pendidikan bukan hanya soal akademik, tapi juga tentang membangun karakter, empati, dan nilai moral. Teguran boleh dilakukan, namun harus dengan cara yang mendidik. Begitu pula siswa, harus mampu menghargai guru dan menaati peraturan yang berlaku.
Perdamaian antara Dini Fitria dan Indra menjadi contoh bahwa persoalan di sekolah bisa diselesaikan dengan hati yang lapang. Ketika guru dan murid sama-sama belajar untuk memahami, maka pendidikan sejati pun terjadi — bukan di ruang kelas, tapi di ruang batin yang penuh keikhlasan.
Kesimpulan: Damai Adalah Jalan Terbaik
Kasus ini menegaskan bahwa komunikasi dan empati adalah kunci utama menyelesaikan konflik di dunia pendidikan. Dengan adanya mediasi dari Gubernur Banten, Update! Kasus Kepsek Tegur Siswa karena Merokok, Kini Damai! menjadi bukti bahwa solusi terbaik tidak selalu lewat sanksi, tetapi lewat keikhlasan dan kesadaran bersama.
Kini, SMAN 1 Cimarga kembali menata semangat baru. Guru dan siswa kembali bersinergi, menjadikan peristiwa ini sebagai pelajaran untuk saling menghormati dan membangun sekolah yang lebih berkarakter dan beradab.

