
Kronologi: Saat Terjadi LRT Gangguan dan Penumpang Harus Jalan Kaki di Atas Rel
Pada pagi hari Sabtu (25/10), integrasi moda transportasi di wilayah Jabodetabek terguncang akibat insiden di layanan LRT Jabodebek. Ketika kereta berhenti tiba-tiba di jalur layang, muncul kabar LRT gangguan, penumpang terpaksa jalan kaki di atas rel! Seorang penumpang berinisial Aida (25) yang naik dari Stasiun Kuningan menuju Stasiun Harjamukti, mengungkap momen menegangkan tersebut: kereta LRT berhenti pukul 08.41 WIB di Stasiun Kampung Rambutan tanpa tanda sebelumnya, lalu evakuasi dimulai sekitar pukul 09.20 WIB.
Evakuasi dilakukan dengan jalan kaki di sepanjang lintasan sejauh kira-kira 800 meter menuju stasiun terdekat. Tak hanya sekadar berjalan biasa: jalur sempit, tinggi, dan menuntut keseimbangan. Kata Aida, kakinya gemetar ketika melewati jalan setapak di tepi rel tersebut.
Penyebab Utama LRT Gangguan dan Evakuasi Jalan Kaki
Kelumpuhan sistem kelistrikan
Dilansir detik.com, Operasi LRT Jabodebek terganggu karena gangguan pada sistem third rail, komponen penting yang menyuplai listrik ke rangkaian kereta. Ketika sistem tersebut mati atau mengalami kegagalan, seluruh layanan di semua lintas operasional tidak dapat bergerak.
Menurut pihak pengelola:
“Gangguan disebabkan oleh kendala pada sistem third rail yang berfungsi sebagai penyuplai listrik bagi kereta.”
Karena suplay listrik terputus, maka opsi normal evakuasi menggunakan kereta lain tidak bisa dilakukan.
Kenapa ‘penumpang jalan kaki di atas rel’?
Evakuasi dengan jalan kaki di lintasan layang bukanlah opsi ideal maupun pertama. Manager Public Relation LRT Jabodebek, Mahendro Trang, menjelaskan bahwa langkah ini adalah opsi terakhir setelah kereta pengganti tidak bisa bergerak karena listrik mati. Dalam kondisi darurat, petugas mengambil jalur perawatan di sisi rel sebagai akses evakuasi.
Jadi kronologinya:
- LRT mengalami gangguan kelistrikan → rangkaian terhenti.
- Kereta pengganti tak bisa digunakan karena listrik mati.
- Evakuasi manual melalui lintasan perawatan di tepi rel tinggi dilakukan.
- Penumpang yang semula berharap perjalanan normal akhirnya terpaksa jalan kaki di atas rel.
Dampak bagi Penumpang dan Publik
Pengalaman penumpang
Pengakuan Aida menggambarkan betapa stresnya situasi:
- Jalur evakuasi sangat tinggi dan sempit, membuat banyak penumpang—termasuk anak-anak—takut dan berhati-hati.
- Penumpang tergolong terpaksa melangkah pelan sambil berpegangan dan memperhatikan rombongan belakang.
- Sesampainya di stasiun, penumpang menerima air mineral dan pengembalian uang tiket sebagai kompensasi.
Bagi Aida sendiri, gangguan ini menyebabkan kerugian: dia kehilangan pekerjaan sebagai fotografer acara pernikahan pagi itu karena tertahan di rel.
Sorotan publik dan kepercayaan terhadap layanan
Insiden ini mengundang sorotan tajam dari masyarakat dan pihak legislatif. Anggota Komisi V DPR RI, Lasarus, menyatakan kekesalan atas apa yang dilihat sebagai ketidakprofesionalan operator:
“Untuk proyek semegah LRT bisa mengalami kejadian seperti kemarin memang mengundang pertanyaan kita semua.”
Sorotan ini mencakup aspek kesiapan operasional, standar evakuasi saat emergensi, dan dampak terhadap penumpang.
Tanggapan Operator dan Perbaikan Layanan
Pihak pengelola LRT Jabodebek melalui PT Kereta Api Indonesia (Persero) menyampaikan bahwa keselamatan penumpang tetap menjadi prioritas utama. Direktur Utama, Bobby Rasyidin, menyatakan bahwa operasi dan evakuasi telah dijalankan sesuai standar, dengan petugas yang dilatih khusus untuk menghadapi situasi seperti ini.
Dalam pernyataannya:
“Seluruh proses pelayanan operasional dan evakuasi di LRT Jabodebek dijalankan sesuai standar dengan mengutamakan keselamatan pelanggan.”
Sementara itu, VP Public Relations, Anne Purba, memperlihatkan angka pertumbuhan pengguna LRT Jubodebek: meningkat dari 16,5 juta (periode sama tahun sebelumnya) menjadi 23 juta hingga 26 Oktober 2025. Ini menunjukkan bahwa meski LRT gangguan, penumpang terpaksa jalan kaki di atas rel!, sistem tetap banyak digunakan dan menjadi bagian dari transportasi harian masyarakat.
Fasilitas-fasilitas juga terus diperbarui: AC di gerbong, CCTV, kursi prioritas, area khusus kursi roda, lift di stasiun, guiding block untuk tuna netra, dan fasilitas inklusif lainnya.
Mengapa Insiden Ini Penting untuk Dibahas?
Pengaruh terhadap kepercayaan publik
Ketika moda transportasi modern seperti LRT mengalami gangguan besar sehingga penumpang harus jalan kaki di atas rel, itu bisa mengikis kepercayaan masyarakat. Moda transportasi yang diharapkan cepat, aman, dan nyaman justru menunjukkan sisi rentan.
Pelajaran untuk manajemen risiko dan evakuasi
Evakuasi melalui lintasan rel bukanlah skenario ideal. Insiden ini menjadi pengingat bahwa operator harus menyiapkan rencana B yang benar-benar siap dijalankan: kereta pengganti, jalur evakuasi landai, sistem komunikasi yang baik, dan pelatihan intensif. Saat terjadi LRT gangguan, penumpang terpaksa jalan kaki di atas rel!, maka komponen kesiapan evakuasi langsung diuji.
Implikasi regulasi dan pengawasan
Dengan sorotan dari DPR dan publik, ini bisa memicu penguatan regulasi, pengawasan terhadap operator, dan revisi prosedur evakuasi. Komisi V DPR akan memanggil pihak terkait untuk menjelaskan insiden secara rinci.
Rangkuman Cepat
- Sabtu (25/10) pagi, LRT Jabodebek mengalami gangguan kelistrikan → layanan berhenti.
- Penumpang dievakuasi dengan berjalan kaki di atas lintasan rel layang, menjadikan LRT gangguan, penumpang terpaksa jalan kaki di atas rel! sebagai kenyataan.
- Operator mengonfirmasi jalur perawatan digunakan sebagai opsi terakhir.
- Publik dan DPR RI menyoroti kesiapan dan profesionalisme operator.
- Operator menyatakan keselamatan jadi prioritas, dan mencatat pertumbuhan pengguna layanan.
- Insiden ini penting sebagai pelajaran risiko, kepercayaan publik, dan regulasi transportasi publik.
Kesimpulan
Insiden LRT gangguan, penumpang terpaksa jalan kaki di atas rel! bukan sekadar headline dramatis — ia menandakan bahwa bahkan transportasi modern pun bisa rawan bila sistem listrik dan evakuasi tidak sigap. Meski pertumbuhan pengguna dan fasilitas di LRT Jabodebek terus meningkat, kepercayaan publik harus dijaga melalui pelayanan yang andal dan aman. Melalui evaluasi mendalam dan perbaikan nyata, maka moda ini bisa kembali menangkap harapan masyarakat: moda yang cepat, aman, nyaman — tanpa harus mengalami situasi ekstrem seperti berjalan kaki di atas rel.

