
Kisah Viral: Maling Kotak Amal Dikasih Makan, Bukan Dihajar
Sebuah video dengan judul mencolok “Maling kotak amal di Semarang malah dikasih makan minum sebelum Restorative Justice!” mendadak ramai diperbincangkan di media sosial.
Video tersebut memperlihatkan seorang pria yang tertangkap saat membobol kotak amal di Musala An Nur, Desa Kaliwaru, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Bukannya dihajar massa, pelaku maling kotak amal justru diberi sepiring nasi dan segelas teh hangat oleh warga dan polisi yang ada di lokasi.
Dilansir detik.com, Momen tak biasa ini terjadi pada Rabu dini hari, 5 November 2025, sekitar pukul 03.25 WIB. Menurut data dari kepolisian, uang yang sempat diambil pelaku maling kotak amal mencapai Rp1.520.000. Namun yang menarik perhatian publik bukanlah jumlah uangnya, melainkan sikap lembut warga yang menanggapi kejadian itu dengan cara berbeda.
Kronologi Kejadian di Musala An Nur
Kapolsek Tengaran AKP M. Budiyanto membenarkan peristiwa tersebut. Ia menjelaskan bahwa warga setempat memergoki seorang pria tengah membobol kotak amal musala. Setelah diamankan, warga tidak main hakim sendiri, tetapi memilih menunggu kedatangan aparat kepolisian.
Sesaat kemudian, petugas datang dan mengambil langkah yang tak biasa. Alih-alih langsung menggiring pelaku maling kotak amal ke kantor polisi, pihak Polsek meminta warga menyediakan makanan dan teh hangat untuknya. Pelaku maling kotak amal yang mengenakan jaket hitam dan celana jeans tampak lemas dan pasrah, duduk di lantai musala sambil menunduk. Di sekelilingnya tampak beberapa warga memperhatikannya dengan wajah tenang.
Uang tunai hasil curian juga terlihat berserakan di dekat pelaku maling kotak amal. Setelah makan, proses pemeriksaan dilakukan dengan pendekatan persuasif, bukan paksaan.
Polisi: Pendekatan Humanis untuk Menyadarkan Pelaku
Kapolres Semarang AKBP Ratna Quratul Ainy menjelaskan bahwa pemberian makan dan minum hangat tersebut merupakan inisiatif Polsek Tengaran. Menurutnya, tindakan itu dilakukan agar pelaku maling kotak amal bisa lebih tenang dan menyadari kesalahannya tanpa tekanan.
“Memang benar bahwa kemarin pelaku sempat diberi makan dan teh hangat atas inisiatif petugas Polsek. Kami tidak membawanya ke kantor, melainkan langsung melakukan pendekatan Restorative Justice,” ujar AKBP Ratna.
Ia menegaskan bahwa langkah tersebut sejalan dengan pendekatan humanis dan edukatif yang diutamakan Polres Semarang. Dengan cara itu, pelaku diharapkan bisa menyesal dan tidak mengulangi perbuatannya.
“Kami ingin menunjukkan bahwa hukum tidak selalu harus keras. Kadang, empati bisa menjadi cara paling ampuh untuk menyentuh hati seseorang,” tambahnya.
Restorative Justice: Solusi Damai Tanpa Proses Pengadilan
Setelah dilakukan mediasi, kasus ini akhirnya diselesaikan melalui jalur Restorative Justice (RJ).
Uang hasil curian dikembalikan sepenuhnya kepada pengurus Musala An Nur, sementara pelaku diminta menandatangani surat pernyataan untuk tidak mengulangi perbuatannya.
Restorative Justice sendiri merupakan pendekatan hukum yang berfokus pada pemulihan hubungan antara pelaku, korban, dan masyarakat, bukan semata-mata menghukum. Dalam kasus ini, langkah tersebut dinilai sangat tepat karena pelaku diketahui berasal dari keluarga kurang mampu dan tidak memiliki catatan kriminal sebelumnya.
Video Viral: Dari Rasa Iba hingga Inspirasi
Video berdurasi sekitar satu menit yang diunggah akun Instagram @liputanseputar_kebonagung menjadi viral dalam hitungan jam. Di video itu, terlihat pelaku menyantap makanan sambil dikelilingi warga yang tetap memperlakukannya dengan hormat.
Teks keterangan video berbunyi:
“Pelaku pembobol kotak amal di Mushola Kaliwaru Tengaran diamankan warga, diberi makan dan teh hangat.”
Netizen pun ramai berkomentar. Banyak yang memuji sikap warga Semarang dan polisi yang memilih kasih daripada kekerasan.
Beberapa komentar menulis:
- “Salut! Jarang banget lihat maling malah dikasih makan, bukan digebukin.”
- “Beginilah seharusnya hukum berjalan, tetap manusiawi.”
- “Semoga pelaku benar-benar sadar dan berubah.”
Unggahan itu telah ditonton ratusan ribu kali dan dibagikan ribuan pengguna dalam waktu singkat.
Warga Semarang Dikenal Toleran dan Berhati Lembut
Peristiwa maling kotak amal di Semarang malah dikasih makan minum sebelum Restorative Justice! ini kembali membuktikan bahwa warga Jawa Tengah, khususnya Semarang, dikenal memiliki karakter sabar dan penuh welas asih.
Alih-alih melakukan tindakan main hakim sendiri, mereka memilih cara yang damai dan mendidik.
Menurut pengurus Musala An Nur, warga setempat memang sepakat untuk tidak memperkeruh keadaan. Mereka percaya bahwa setiap orang bisa berubah jika diberi kesempatan.
“Kami hanya ingin memberi pelajaran, bukan menambah masalah. Kalau dia lapar, ya kita kasih makan dulu,” ujar salah satu warga.
Pesan Moral di Balik Aksi Humanis Ini
Kejadian ini menyisakan pesan mendalam bagi masyarakat luas. Di tengah maraknya kekerasan terhadap pelaku kejahatan kecil, tindakan warga Kaliwaru menjadi contoh bahwa kemanusiaan tetap bisa berjalan berdampingan dengan penegakan hukum.
Pemberian makan dan minum mungkin terlihat sederhana, namun bagi pelaku, itu bisa menjadi awal perubahan besar. Pendekatan seperti ini juga mendukung semangat Restorative Justice yang menekankan pemulihan, bukan pembalasan.
Kesimpulan: Keadilan dan Kemanusiaan Bisa Berjalan Bersama
Kasus maling kotak amal di Semarang yang malah dikasih makan dan teh hangat sebelum Restorative Justice menjadi pengingat bahwa empati bisa membuka jalan menuju keadilan yang lebih baik.
Aksi ini bukan sekadar viral, tetapi juga memberikan pelajaran tentang bagaimana masyarakat dan aparat bisa menangani pelaku kejahatan kecil dengan cara yang lebih manusiawi dan beradab.
Dengan adanya pendekatan seperti ini, diharapkan tidak hanya pelaku yang berubah, tetapi juga masyarakat yang menyaksikan ikut menanamkan nilai empati dalam kehidupan sehari-hari.

