
Kasus pembantaian sekeluarga di Pacitan, Jawa Timur, menjadi perhatian publik sejak pertengahan September 2025. Tragedi berdarah ini menewaskan beberapa orang dan melukai lainnya, dengan pelaku utama bernama Wawan, warga Desa Kanyen, Kebonagung. Sejak kejadian itu, masyarakat dicekam ketakutan karena Wawan melarikan diri ke hutan. Namun, nahas pelaku akhirnya ditemukan tewas dengan kondisi mengenaskan.
Kronologi pembantaian sekeluarga di Desa Temon, Pacitan, Jawa Timur
Dilansir dari tvonenews.com, Pada Sabtu, 20 September 2025, Wawan mendatangi rumah mantan istrinya, Miswati, di Dusun Drono, Desa Temon. Berdasarkan keterangan polisi, kedatangan itu dipicu oleh rasa sakit hati dan dendam setelah perceraian.
Beberapa poin kronologi penting:
- Kedatangan pelaku: Wawan membawa senjata tajam dan langsung mengamuk.
- Korban jiwa pertama: Tiwi (mertua) tewas dengan luka sayat di leher.
- Korban lain:
- Arga (10 tahun), keponakan Miswati, meninggal di rumah sakit setelah luka parah.
- Miswati (mantan istri), Miskun (mantan mertua laki-laki), dan Eky (mantan ipar) mengalami luka serius.
- Aksi brutal: Wawan juga melukai anak kandungnya, Bima (17), yang beruntung bisa melarikan diri.
- Pelarian ke hutan: Setelah aksinya, Wawan kabur ke hutan sekitar desa.
Tragedi pembantaian sekeluarga di Desa Temon ini membuat warga sekitar shock, sekolah diliburkan, dan suasana desa penuh ketakutan.
Upaya Pengejaran: Polisi dan Warga Bergerak
Pasca kejadian, aparat kepolisian bersama TNI dan warga setempat melakukan pencarian besar-besaran. Bahkan, anjing pelacak Polda Jatim diturunkan untuk menelusuri jejak pelaku. Selama beberapa hari, ratusan orang menyisir hutan terjal di sekitar Desa Temon.
Kapolres Pacitan, AKBP Ayub Diponegoro Azhar, meminta warga tetap tenang dan tidak menyebarkan kabar yang belum terverifikasi. Polisi berkomitmen menuntaskan kasus ini meski pelaku terus bersembunyi.
Penemuan Mengejutkan: Mayat di Jurang
Pada Kamis, 25 September 2025, pencarian berbuah hasil. Bau menyengat yang dicium anjing pelacak membawa tim ke sebuah jurang di kawasan hutan Desa Temon. Warga setempat kemudian menemukan sesosok jasad dalam kondisi membusuk dan tidak utuh.
Beberapa fakta penemuan:
- Ciri fisik: Pakaian yang melekat identik dengan yang dikenakan Wawan saat kabur.
- Luka sayatan: Pada pergelangan tangan hingga lengan bawah kiri, memutus urat nadi.
- Kondisi tubuh: Diperkirakan sudah meninggal 2–3 hari sebelum ditemukan.
- Tambahan identifikasi: Gigi geraham bawah hilang, bekas jahitan di telinga kiri.
Hasil otopsi di RSUD dr. Darsono, Pacitan, memperkuat dugaan bahwa jasad itu adalah Wawan. Polisi menilai ia kemungkinan besar bunuh diri.
Misteri Kelam Pacitan, Akhir Cerita Pelaku Tidak Terduga!!
Banyak warga tidak menyangka bahwa akhir dari pengejaran ini berujung pada kematian pelaku sendiri. Setelah menebar teror dan menimbulkan duka mendalam, Wawan justru ditemukan tidak bernyawa di jurang hutan.
Beberapa kemungkinan yang menjadi pertanyaan publik:
- Apakah Wawan memang merencanakan bunuh diri sejak awal?
- Ataukah ia tidak kuat menanggung tekanan dan memilih mengakhiri hidup?
- Bagaimana sebenarnya kondisi mentalnya setelah melakukan aksi kejam tersebut?
Jawaban pasti mungkin tak pernah sepenuhnya diketahui. Namun, misteri pembantaian sekeluarga di Pacitan telah menemukan titik akhir, meski menyisakan banyak luka.
Dampak Psikologis Bagi Korban dan Warga
Peristiwa ini meninggalkan trauma mendalam, bukan hanya bagi keluarga korban, tetapi juga masyarakat sekitar.
Beberapa dampak yang dirasakan:
- Trauma keluarga korban: Kehilangan anak, orang tua, dan kerabat secara tragis.
- Rasa takut warga desa: Selama pelarian pelaku, masyarakat hidup dalam kecemasan.
- Gangguan aktivitas sosial: Sekolah sempat diliburkan, aktivitas ekonomi desa menurun.
Pemerintah daerah bersama lembaga terkait berjanji memberikan dukungan psikologis dan bantuan sosial bagi para korban yang selamat.
Tanggapan Polisi dan Penutupan Kasus
Kapolres Pacitan, AKBP Ayub Diponegoro Azhar, menegaskan bahwa proses hukum tetap berjalan meski pelaku sudah meninggal. Polisi melengkapi berkas dengan hasil visum, autopsi, serta keterangan saksi untuk menutup kasus ini secara hukum.
Beliau juga mengingatkan masyarakat agar tidak mudah percaya pada isu liar atau kabar tidak resmi yang beredar di media sosial. Penanganan kasus semacam ini, kata Ayub, memerlukan kehati-hatian agar tidak menimbulkan kegaduhan baru.
Pelajaran dari Tragedi Pacitan
Kisah ini menjadi pengingat betapa rapuhnya kontrol emosi seseorang saat diliputi dendam. Beberapa poin penting yang bisa dipetik:
- Kekerasan rumah tangga bisa bereskalasi menjadi tragedi besar.
- Mediasi keluarga sangat penting sebelum masalah semakin melebar.
- Peran aparat desa perlu ditingkatkan dalam mendeteksi konflik rumah tangga.
- Pendampingan psikologis harus diberikan, baik kepada korban maupun pihak yang berpotensi menjadi pelaku.
Dengan adanya kasus ini, harapannya masyarakat lebih peduli terhadap masalah sosial di sekitar mereka.
Kasus ini menutup kisah kelam yang mengguncang Pacitan. Wawan, pelaku pembantaian keluarga mantan istri, akhirnya ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan. Meski pelaku sudah tiada, luka dan trauma yang ditinggalkan tidak akan hilang begitu saja. Masyarakat diharapkan dapat saling mendukung, menjaga keamanan lingkungan, serta mengutamakan penyelesaian konflik secara damai untuk mencegah tragedi serupa terulang kembali.

