.webp)
Saat undian Carabao Cup mempertemukan Manchester United dengan Grimsby Town, hampir semua orang mengira laga itu akan jadi “formalitas.” Bagaimana tidak? MU datang sebagai klub raksasa Premier League dengan skuad berisi pemain berlabel bintang, sedangkan Grimsby hanyalah tim kecil dari League Two yang nilai pasarnya bahkan tak ada sebanding dengan satu pemain United.
Namun sepak bola punya cara mengejutkan. MU dipermalukan Grimsby di Carabao Cup, kalah di kandang lawan lewat drama adu penalti 12-11 setelah bermain imbang 2-2. Malam itu, Blundell Park berubah jadi saksi bisu tumbangnya nama besar.
Babak Pertama: Onana Jadi Sorotan Negatif
Pertandingan dimulai dengan tempo sedang. MU mencoba mendominasi lewat penguasaan bola, sementara Grimsby bermain rapat dengan sesekali melancarkan serangan balik.
Dilansir dari bbc.com, Bencana datang di menit ke-15. Sebuah umpan silang sederhana gagal diantisipasi Onana. Ia keluar dari gawang terlalu cepat, bola justru jatuh ke kaki striker Grimsby yang dengan tenang menceploskan bola. Skor 1-0, publik tuan rumah bergemuruh, sementara wajah Onana terlihat frustrasi.
Bukannya belajar dari kesalahan, lini belakang MU justru makin panik. Menit ke-25, koordinasi buruk antarbek membuat Grimsby menambah gol. Stadion kecil itu meledak dalam euforia. MU, tim dengan sejarah segudang, kini tertinggal 0-2 dari klub kasta bawah.
Babak Kedua: Harapan Muncul, Maguire Menyelamatkan

Pelatih Ruben Amorim tidak punya pilihan selain melakukan perubahan besar. Pemain cadangan seperti Bryan Mbeumo dimasukkan untuk memberi energi baru. Perubahan itu akhirnya membuahkan hasil di menit ke-65.
Mbeumo mencetak gol cantik setelah menyambar crossing tajam dari sisi kanan. Gol ini memberi napas baru bagi MU, meski wajah para pemain masih tampak tegang.
Puncaknya, pada menit ke-80, Harry Maguire muncul sebagai penyelamat. Lewat sundulan keras hasil sepak pojok, ia berhasil menyamakan kedudukan 2-2. MU yang semula tertekan akhirnya kembali hidup, namun tidak cukup untuk menutup laga di waktu normal. Pertandingan pun dilanjutkan ke babak penalti.
Adu Penalti: Dari Ketegangan ke Tragedi
Drama adu penalti malam itu benar-benar menegangkan. Kedua tim sama-sama sukses mengeksekusi penalti pertama hingga ke-10.
- Penendang MU tampil percaya diri, satu per satu bola bersarang ke gawang.
- Penendang Grimsby tak kalah berani, membuat skor tetap imbang.
Saat semua orang mengira pengalaman MU akan berbicara, justru terjadi antiklimaks. Andre Onana sempat menepis satu penalti Grimsby, tapi keunggulan itu hilang setelah Bryan Mbeumo gagal menuntaskan tugasnya. Tendangannya terlalu lemah, mudah dibaca kiper lawan.
Akhirnya, penalti ke-12 menjadi penentu. Grimsby mengeksekusi dengan sempurna, sementara MU harus menundukkan kepala. Skor akhir 12-11 memastikan bahwa MU dipermalukan Grimsby di Carabao Cup secara menyakitkan.
Statistik: Angka yang Menipu
Jika melihat statistik, MU sebenarnya sangat dominan:
- Penguasaan bola: 68% vs 32%
- Tembakan ke gawang: 15 vs 5
- Peluang emas: 6 vs 2
Namun dominasi itu tak berarti tanpa efisiensi. MU berkali-kali membuang kesempatan, sementara Grimsby hanya butuh memanfaatkan dua kesalahan lawan untuk mengubah jalannya pertandingan.
Analisis: Di Mana Salahnya MU?
Ada beberapa catatan penting yang membuat kekalahan ini begitu memalukan:
- Blunder Onana
Kesalahan di menit awal mengubah mental tim. Kiper berpengalaman seperti Onana seharusnya bisa lebih tenang. - Lini Belakang Rapuh
Gol kedua Grimsby tercipta dari miskomunikasi bek. MU seolah tak belajar dari kesalahan musim lalu. - Finishing Tumpul
Meski mencatat banyak tembakan, penyelesaian akhir MU buruk. Striker andalan kehilangan sentuhan di momen penting. - Mentalitas di Bawah Tekanan
Adu penalti seharusnya jadi keuntungan tim besar, tapi MU justru terlihat gugup. Kontras dengan keberanian pemain Grimsby.
Reaksi Media dan Fans
Kekalahan ini langsung jadi sorotan besar.
- Media Inggris: The Guardian menulis, “United Tersingkir, Grimsby Tertawa Terakhir.” BBC menyebutnya sebagai salah satu hasil terburuk dalam sejarah Carabao Cup.
- Fans MU: Media sosial dipenuhi kemarahan. Banyak yang menuntut Ruben Amorim bertanggung jawab, ada pula yang menyindir Onana dengan meme.
- Fans Grimsby: Euforia luar biasa. Mereka menganggap ini malam bersejarah, bahkan ada yang menyebutnya “the greatest game ever.”
Dampak Kekalahan
- Tekanan pada Amorim
Sebagai pelatih baru, Ruben Amorim kini dalam sorotan tajam. Kekalahan dari tim kecil membuat posisinya rawan diguncang. - Krisis Kepercayaan Diri
Onana dan Mbeumo mungkin akan terus dibayangi blunder mereka. Hal ini bisa memengaruhi performa di laga-laga berikutnya. - Citra Klub Tercoreng
MU adalah klub dengan reputasi global. Kekalahan seperti ini mencoreng wajah mereka di mata dunia.
Pandangan Jangka Panjang

Kekalahan di Carabao Cup mungkin bukan akhir dunia, tapi bisa jadi indikator masalah besar. Mentalitas rapuh, pertahanan mudah panik, serta ketergantungan pada momen individu menunjukkan bahwa MU masih jauh dari konsistensi tim juara.
Sementara itu, bagi Grimsby, kemenangan ini akan dikenang sepanjang masa. Tak peduli sejauh apa mereka melangkah setelah ini, malam ketika MU dipermalukan Grimsby di Carabao Cup akan selalu menjadi legenda di kota kecil itu.
Penutup: Malam yang Sulit Dilupakan
Bagi Manchester United, ini bukan sekadar kekalahan. Ini adalah tamparan keras bahwa nama besar tidak menjamin kemenangan. Blunder Onana, kegagalan Mbeumo, dan drama penalti panjang hanya mempertegas bahwa MU sedang kehilangan jati diri.
Bagi Grimsby, ini adalah bukti bahwa keajaiban masih hidup di sepak bola. Mereka berhasil mengalahkan raksasa dengan keberanian, kerja keras, dan sedikit keberuntungan.
Sejarah telah mencatat: MU dipermalukan Grimsby di Carabao Cup — dan malam itu akan terus dikenang oleh fans kedua tim, untuk alasan yang sangat berbeda.

