
Kornet.co.id – Insiden lalu lintas kembali menjadi pusat perhatian publik. Sebuah video viral menunjukkan bagaimana sebuah keputusan instan di jalan raya bisa berujung tragedi. Seorang pengendara motor terjatuh dan mengalami kecelakaan setelah melakukan aksi yang sangat berbahaya: ia secara sembrono melakukan manuver Potong Jalur di depan sebuah truk besar yang melaju dari arah yang sama.
Peristiwa ini terekam jelas dari kamera yang ada di lokasi kejadian. Publik pun terbelah antara rasa miris dan kemarahan, sebab yang terlihat bukan hanya kecelakaan biasa. Ada pelajaran besar yang berulang-ulang terjadi namun tetap jarang dipahami: jalan raya bukan tempat untuk ugal-ugalan sesuka hati. Sekali salah mengestimasi, konsekuensi yang muncul bisa berbahaya bahkan fatal.
Truk adalah kendaraan dengan bobot besar, beban muatan, momentum tinggi, dan jarak henti yang panjang. Ia tidak bisa berhenti tiba-tiba hanya untuk mengakomodasi keputusan nekat satu orang pengendara motor yang ingin cepat sampai. Aksi Potong Jalur tanpa kalkulasi itu memaksa truk melakukan pengereman mendadak, namun tetap saja tabrakan tidak bisa dihindari. Di dalam video, benturan terlihat keras dan pemotor tersungkur ke aspal beberapa detik kemudian.
Bahaya Yang Sering Diremehkan
Faktanya, perilaku seperti Potong Jalur bukan kasus satu dua kali. Banyak pengendara motor menganggap jika jalan sedikit longgar, mereka bisa langsung bergerak zig-zag atau menerobos ruang sekecil apapun. Budaya ini diam-diam berkembang sebagai sesuatu yang “biasa” sehingga tumbuh rasa berani yang tidak sehat.
Itulah masalahnya.
Keberanian tanpa pengetahuan bukanlah keberanian. Itu kesembronoan.
Tidak sedikit pengendara merasa bahwa celah kosong di kiri atau kanan jalan adalah kesempatan untuk memotong kendaraan lain. Padahal itu ilusi. Ada banyak faktor yang tak terlihat: blind spot, kecepatan kendaraan di belakang, jarak pengereman truk yang jauh lebih panjang, hingga respon waktu (reaction time) pengemudi besar yang tidak bisa menyamai kelincahan manuver motor.
Dampak Psikologi Pengemudi Truk
Selain kerugian pada korban Potong Jalur, mari kita lihat sisi lain yang jarang dibahas. Pengemudi truk. Mereka sering menjadi “penanggung jawab moral” meski mereka tidak salah. Dalam banyak kasus, sopir truk justru trauma berat ketika menabrak manusia, meski jelas mereka sudah berusaha menghindari.
Bayangkan rasa bersalah yang terpaksa ditanggung mereka. Bagaimana rutinitas kerja terganggu. Bagaimana citra mereka selalu menjadi “pihak yang besar dan salah”. Padahal semua bermula hanya dari satu keputusan ceroboh melakukan Potong Jalur tanpa akal sehat.
Bukan Sekadar Berita, Ini Alarm Keras Untuk Semua Pengendara
Insiden ini harus menjadi alarm sosial. Bukan Potong Jalur. Bukan hanya sekadar tontonan yang akan dilupakan setelah 24 jam. Lebih dari itu, ia seharusnya menjadi titik refleksi bersama tentang bagaimana cara kita berkendara dan bagaimana kita memandang keselamatan.
Ingat.
Semua orang di jalan sama-sama ingin pulang.
Tidak ada yang ingin pulang dalam kondisi cedera. Tidak ada yang ingin keluarga menunggu di rumah dalam kecemasan karena ada berita buruk.
Namun itu semua bisa terjadi jika pengendara mengabaikan tata tertib lalu lintas.
Jika pengendara percaya bahwa keterampilan manuver bisa mengalahkan hukum fisika.
Kita sering lupa bahwa kendaraan besar memiliki keterbatasan manuver. Kita lupa bahwa pengereman mendadak pada truk bukan seperti motor yang bisa langsung berhenti. Kita lupa bahwa Potong Jalur adalah kombinasi antara kesombongan dan ketidakpedulian terhadap keselamatan sendiri.
Solusi? Sederhana. Tapi Butuh Kesadaran Kolektif.
Tidak ada strategi canggih yang dibutuhkan untuk mencegah kejadian seperti ini. Tidak perlu teknologi canggih, sensor canggih, atau perangkat mahal. Yang dibutuhkan hanyalah satu hal sederhana: kedisiplinan dan kesabaran.
Jika jalan tertutup, tunggu.
Jika ruang sempit, jangan memaksa.
Jika ingin cepat sampai, tetap pikirkan keselamatan.
Kita tidak akan kehilangan waktu yang signifikan hanya karena menunda tiga detik untuk memberi jalan pada kendaraan besar. Namun kita bisa kehilangan nyawa dalam dua detik jika kita memaksakan kehendak.
Penutup
Kasus viral ini adalah cerminan betapa rentannya pengendara motor terhadap bahaya yang mereka ciptakan sendiri. Kita bisa menyalahkan banyak hal, tetapi pada akhirnya kesalahan ini berawal dari keputusan tunggal yang dibuat pengendara sendiri. Keputusan untuk Potong Jalur tanpa memperhitungkan keselamatan.
Berita ini bukan untuk menakut-nakuti.
Ini adalah peringatan keras bahwa kehidupan kita bisa berubah hanya dengan satu keputusan sembrono di jalan raya.
Semoga insiden ini menjadi pelajaran, bukan hanya untuk satu orang, tapi untuk seluruh pengendara di negeri ini. Sebab keselamatan bukan hanya milik pribadi. Ia adalah tanggung jawab kolektif setiap pengguna jalan. Unsafe driving bukan hanya membahayakan diri sendiri, tapi juga orang lain yang sama sekali tidak berkaitan.
Dan jika kita menginginkan lalu lintas yang aman dan beradab, maka perubahan cara berkendara harus dimulai dari diri sendiri, dari detik ini.

