
Kabar PHK massal di Gudang Garam! 308 buruh terdampak kini menjadi perbincangan hangat publik. Informasi tersebut mencuat usai beredar video viral yang memperlihatkan momen haru perpisahan para buruh dengan rekan kerjanya.
Federasi Serikat Pekerja Rokok Tembakau Makanan Minuman (FSP RTMM-SPSI) membenarkan adanya kebijakan efisiensi dari PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Ketua Umum FSP RTMM-SPSI, Sudarto, menyebut penurunan produksi sigaret kretek mesin (SKM) menjadi alasan utama terjadinya PHK massal tersebut.
“Adanya penurunan produksi SKM membuat perusahaan melakukan efisiensi dengan dua skema, yakni menawarkan pensiun dini bagi pekerja PKWT serta penghentian kontrak kerja,” jelas Sudarto, Senin (8/9/2025).
Akibat PHK Massal di Gudang Garam, sebanyak 308 pekerja harus rela kehilangan pekerjaan.
Fakta-Fakta Seputar PHK Massal Gudang Garam
Fenomena ini memicu banyak reaksi di kalangan publik maupun serikat buruh. Berikut sejumlah fakta penting terkait isu ini:
1. Bentuk Efisiensi yang Dilakukan
- Pensiun dini ditawarkan kepada sebagian pekerja.
- Pemutusan kontrak PKWT diberlakukan kepada sisanya.
- Total pekerja terdampak mencapai 308 orang.
2. Video Haru Buruh Viral
Sebuah video PHK Massal di Gudang Garam yang tersebar di TikTok dan X menampilkan para buruh Gudang Garam bersalaman hingga berpelukan. Suasana terlihat emosional, banyak di antaranya menangis karena harus berpisah.
3. Manajemen Gudang Garam Belum Beri Pernyataan
Hingga kini, pihak manajemen PT Gudang Garam Tbk belum mengeluarkan klarifikasi resmi terkait viralnya kabar ini.
Kondisi Keuangan Gudang Garam: Mengapa PHK Terjadi?
Kabar PHK massal di Gudang Garam! 308 buruh terdampak juga dikaitkan dengan melemahnya kinerja keuangan perusahaan.
Berdasarkan laporan keuangan semester I 2025, Gudang Garam mencatat penurunan pendapatan signifikan:
- Pendapatan turun 11,29%, dari Rp50,01 triliun (2024) menjadi Rp44,36 triliun (2025).
- Laba bruto anjlok 25,26% menjadi Rp3,78 triliun.
- Laba usaha merosot drastis 68,16%, dari Rp1,61 triliun menjadi Rp513,71 miliar.
- Laba bersih jatuh hingga 87,3%, hanya Rp117,16 miliar dari sebelumnya Rp925,51 miliar.
Selain itu, ekuitas, aset, hingga kas perusahaan juga mengalami penurunan cukup signifikan. Kondisi ini memperkuat dugaan bahwa efisiensi tenaga kerja menjadi salah satu langkah darurat perusahaan.
Tanggapan Serikat Buruh dan Publik
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, menyatakan pihaknya masih melakukan verifikasi terkait kebenaran isu PHK massal ini. Namun, ia menegaskan bila benar terjadi, hal ini menjadi bukti nyata menurunnya daya beli masyarakat yang memengaruhi industri rokok nasional.
“Jika PHK massal di Gudang Garam benar, ini menunjukkan masalah serius dalam industri rokok, mulai dari tingginya cukai hingga lemahnya inovasi produk,” ungkap Said saat dikonfirmasi Liputan6.com, Senin (8/9/2025).
Di sisi lain, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN), Ristadi, membantah adanya PHK dengan mengutip pernyataan salah satu manajemen Gudang Garam di Tuban. Menurutnya, perusahaan masih dalam kondisi baik.
Dampak Lebih Luas PHK Gudang Garam
Efek domino dari PHK massal ini diperkirakan tidak hanya dirasakan oleh 308 buruh, tetapi juga sektor lain. Said Iqbal menilai, ribuan orang yang terlibat dalam rantai produksi rokok juga bisa terdampak, mulai dari:
- Buruh tani tembakau
- Pekerja logistik
- Sopir distribusi
- Pedagang kecil di sekitar pabrik
- Pemilik kontrakan buruh
Dengan demikian, potensi kerugian sosial-ekonomi bisa jauh lebih besar dari angka yang diumumkan saat ini.
Desakan Solusi Nyata dari Pemerintah
Serikat pekerja mendesak agar pemerintah pusat maupun daerah segera turun tangan. Menurut mereka, kasus PHK massal di Gudang Garam! 308 buruh terdampak tidak boleh dianggap remeh.
Beberapa solusi yang diharapkan:
- Subsidi dan keringanan pajak untuk industri rokok yang terdampak.
- Program pelatihan kerja ulang (reskilling) bagi buruh yang terkena PHK.
- Bantuan langsung sementara untuk meringankan beban ekonomi keluarga buruh.
- Regulasi lebih fleksibel terkait beban cukai agar tidak mematikan daya saing industri.
Pandangan Ekonom dan Pakar Ketenagakerjaan
Ekonom dari Universitas Airlangga, Dr. Bima Santosa, menilai PHK massal di Gudang Garam menjadi alarm serius bagi industri padat karya lain. Menurutnya, tekanan regulasi cukai, daya beli yang melemah, serta minimnya diversifikasi produk membuat perusahaan rokok besar sekalipun sulit bertahan.
“Jika perusahaan sebesar Gudang Garam saja bisa melakukan efisiensi tenaga kerja, ini pertanda industri rokok nasional memang sedang goyah. Pemerintah harus menyiapkan strategi jangka panjang, bukan sekadar reaksi sesaat,” tegas Bima.
Sementara itu, pakar ketenagakerjaan Dewi Anggraeni menyoroti dampak sosial dari PHK massal tersebut. Ia menilai, kehilangan pekerjaan bagi 308 buruh hanyalah puncak gunung es. Efek lanjutan bisa mengancam keluarga mereka, anak-anak yang kehilangan biaya sekolah, hingga komunitas sekitar pabrik yang selama ini bergantung pada aktivitas ekonomi Gudang Garam.
“Program reskilling sangat penting. Buruh yang terkena PHK harus diberi kesempatan mengembangkan keterampilan baru, misalnya di sektor jasa, teknologi, atau UMKM lokal. Jika tidak, angka pengangguran bisa melonjak, terutama di Jawa Timur,” jelas Dewi.
Kesimpulan: Jalan Panjang Pemulihan
Kabar PHK massal di Gudang Garam! 308 buruh terdampak bukan sekadar isu viral, tetapi fakta yang mencerminkan tantangan besar industri rokok di Indonesia. Tekanan regulasi, cukai tinggi, hingga perubahan tren konsumsi, membuat keberlangsungan industri ini dipertanyakan.
Kehadiran pemerintah, akademisi, hingga serikat pekerja sangat dibutuhkan untuk mencari solusi konkret agar nasib buruh tidak terabaikan. Jika dibiarkan, kasus Gudang Garam bisa menjadi awal dari gelombang PHK massal di industri rokok nasional.
Kasus PHK massal di Gudang Garam! 308 buruh terdampak menjadi gambaran nyata betapa rapuhnya industri padat karya saat menghadapi tekanan ekonomi, cukai, hingga perubahan tren pasar. Meski belum ada pernyataan resmi dari pihak perusahaan, fakta lapangan menunjukkan adanya keresahan besar baik di kalangan buruh maupun masyarakat luas.
Pemerintah dituntut segera mengambil langkah strategis agar nasib ratusan buruh yang terdampak tidak terabaikan. Pada akhirnya, peristiwa ini bukan hanya soal angka, tetapi menyangkut masa depan keluarga-keluarga yang menggantungkan hidup dari industri rokok terbesar di Indonesia.

