
Kabar duka datang dari dunia pendidikan pesantren di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Seorang Santri Bogor bernama Fadil Ulum Hanafiz, meninggal usai wajahnya ditimpa batu saat tidur. Tragedi yang terjadi pada September 2025 ini menimbulkan sorotan publik karena diduga kuat berkaitan dengan tindak penganiayaan di lingkungan pesantren.
Fadil menghembuskan napas terakhir di RSUD Ciawi, Selasa (16/9/2025) malam sekitar pukul 21.22 WIB. Kepergian pelajar muda ini meninggalkan luka mendalam bagi keluarga, sekaligus memunculkan pertanyaan besar mengenai keamanan dan perlindungan santri di pesantren.
Kronologi Santri Bogor Meninggal
Ayah korban, Deni, mengungkapkan bahwa kondisi anaknya memburuk setelah diduga mengalami kekerasan dari sesama santri. Pada Kamis dini hari, 11 September 2025, Fadil dilarikan ke IGD RSUD Leuwiliang dengan kondisi luka parah di wajah.
- Awalnya, keluarga menerima kabar dari pihak pesantren sekitar pukul 08.00 WIB.
- Sesampainya di RSUD Leuwiliang pukul 10.00 WIB, Deni terkejut melihat anaknya sudah berada di ICU dengan kondisi wajah rusak parah.
- Dokter RSUD Leuwiliang menyebutkan adanya patah tulang di bagian dagu, retak pada pipi kiri dan kanan, hidung hancur, serta luka serius di jidat.
Karena kondisinya semakin kritis, pihak rumah sakit akhirnya merujuk Fadil ke RSUD Ciawi pada 14 September 2025. Selama lima hari berada di ruang ICU, tim medis berusaha keras menyelamatkan nyawa korban. Namun, pada akhirnya, Fadil tidak mampu bertahan.
Luka Akibat Kekerasan: Pengakuan Ayah Korban
Dilansir dari viva.co.id, Dalam keterangannya, Deni menyebut bahwa wajah anaknya hancur karena ditimpa batu saat tidur, lalu dipukul dengan kayu sebanyak lima kali. Kondisi tersebut diperparah dengan adanya dugaan pemukulan berulang sebelum kejadian fatal pada 11 September.
“Selain wajah, dokter juga menemukan adanya pendarahan di kepala dan lambung, yang diduga akibat kekerasan sebelumnya,” ujar Deni dengan suara bergetar.
Pernyataan ini memperkuat dugaan bahwa Fadil bukan hanya menjadi korban insiden sesaat, melainkan telah mengalami rangkaian kekerasan yang berulang.
Proses Hukum: Laporan Polisi dan Penyidikan
Keluarga korban tidak tinggal diam. Mereka langsung melaporkan insiden ini ke pihak berwajib dengan nomor laporan LP.B/231/IX/2025/SPKT/JBR/POLRES BOGOR/POLSEK LEUWILIANG. Dugaan tindak pidana yang disangkakan adalah penganiayaan berat sesuai Pasal 351 Ayat 2 KUHP.
Hingga saat ini:
- Polisi telah berhasil mengamankan satu terduga pelaku.
- Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Bogor masih melakukan penyelidikan untuk mendalami kemungkinan adanya pelaku lain.
- Proses hukum dipastikan akan terus berjalan hingga terang benderang.
“Kami sudah menyerahkan kasus ini ke kepolisian. Biarkan hukum yang bekerja,” tutur Deni.
Pemakaman Fadil: Suasana Haru di Purbalingga
Jenazah Fadil dimakamkan di kampung halaman ibunya di Purbalingga, Jawa Tengah. Prosesi pemakaman digelar pada Rabu malam, 18 September 2025 pukul 22.00 WIB. Suasana penuh haru menyelimuti keluarga, kerabat, hingga para tetangga yang hadir untuk memberikan penghormatan terakhir.
Kepergian Fadil di usia muda meninggalkan pesan mendalam: perlunya perhatian serius terhadap kasus kekerasan di lingkungan pendidikan, termasuk pesantren yang seharusnya menjadi tempat menuntut ilmu sekaligus mendidik karakter.
Refleksi: Pesantren dan Perlindungan Santri
Kasus santri Bogor meninggal usai wajahnya ditimpa batu saat tidur membuka kembali diskusi publik tentang keamanan di pesantren. Beberapa poin penting yang menjadi sorotan adalah:
- Pengawasan internal pesantren – apakah pihak pengelola memiliki sistem pencegahan kekerasan antarsantri?
- Peran orang tua – komunikasi yang intensif dengan anak diperlukan agar gejala kekerasan dapat segera terdeteksi.
- Ketegasan aparat hukum – penegakan hukum tanpa pandang bulu sangat penting agar kejadian serupa tidak terulang.
- Edukasi anti-bullying – pesantren dan sekolah perlu memberikan pemahaman mendalam kepada santri tentang bahaya kekerasan dan pentingnya saling menghargai.
Kisah tragis santri Bogor yang meninggal usai wajahnya ditimpa batu saat tidur menjadi pelajaran berharga sekaligus alarm bagi masyarakat. Peristiwa ini tidak hanya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga korban, tetapi juga menyoroti pentingnya perlindungan anak di dunia pendidikan berbasis pesantren.
Dengan proses hukum yang sedang berjalan, publik berharap keadilan dapat ditegakkan, pelaku mendapatkan hukuman setimpal, dan pihak pesantren melakukan evaluasi agar keamanan santri benar-benar terjamin di masa depan.

