
Dalam beberapa waktu terakhir, jagat media sosial, khususnya TikTok dan YouTube, dihebohkan oleh sebuah video dramatis yang menampilkan narasi tragis seorang pelatih bernama Jessica Radcliffe. Dikisahkan, Radcliffe, seorang wanita muda yang berprofesi sebagai pelatih lumba-lumba atau paus orca, tewas mengenaskan setelah diserang dan dimakan hidup-hidup oleh salah satu hewan asuhannya di tengah pertunjukan yang disaksikan ratusan penonton.
Kisah ini menyebar dengan kecepatan kilat, lengkap dengan detail-detail mengerikan yang membangkitkan simpati sekaligus kengerian publik. Beberapa versi narasi bahkan menambahkan bumbu cerita yang lebih sensasional, seperti menyebut serangan dipicu oleh aroma darah menstruasi sang pelatih yang terdeteksi oleh paus pembunuh. Video tersebut, yang sering kali menampilkan cuplikan pertunjukan lumba-lumba atau orca yang berakhir kacau, sukses membuat banyak warganet percaya dan turut menyebarkan kisah tragis Jessica Radcliffe. Namun, setelah ditelusuri lebih dalam oleh berbagai media dan lembaga pemeriksa fakta, terungkap bahwa cerita ini adalah sebuah kebohongan besar—sebuah hoaks yang dirancang dengan sangat rapi.
Fakta di Balik Video Viral

Setelah dilakukan verifikasi mendalam terhadap klaim yang beredar, tidak ditemukan satu pun bukti kredibel yang mendukung keberadaan Jessica Radcliffe maupun insiden fatal yang menimpanya. Nama “Jessica Radcliffe” tidak terdaftar di asosiasi pelatih hewan laut profesional mana pun di dunia. Penelusuran terhadap berita dari media-media terkemuka, laporan resmi dari taman hiburan laut, catatan kepolisian, maupun obituari tidak membuahkan hasil. Sosok Jessica Radcliffe hanyalah fiksi, sebuah nama yang sengaja diciptakan untuk membangun narasi palsu.
Video-video yang digunakan untuk menyebarkan hoaks ini pun merupakan kompilasi dari berbagai klip yang tidak saling berhubungan. Sebagian besar cuplikan berasal dari pertunjukan rutin di taman hiburan laut seperti SeaWorld. Salah satu klip yang paling sering digunakan adalah insiden kecil yang terjadi di SeaWorld San Diego pada tahun 2006. Dalam video aslinya, seekor paus orca memang terlihat menarik pelatihnya ke bawah air selama beberapa detik, tetapi pelatih tersebut berhasil melepaskan diri dan selamat tanpa cedera serius. Insiden ini, yang dalam konteks aslinya adalah sebuah kecelakaan kerja kecil, dipotong dan disunting sedemikian rupa untuk menciptakan ilusi serangan brutal yang mematikan.
Lantas, siapa sosok Jessica Radcliffe, pelatih lumba-lumba pertunjukan yang tewas dimangsa paus orca? Melansir dari Hindustan Times, sosok Jessica Radcliffe yang sebelumnya dikatakan sebagai pelatih lumba-lumba sirkus adalah fiksi belaka. “Video serangan paus pembunuh Jessica Radcliffe: Klip paus pembunuh palsu, tidak ada pelatih dengan nama itu,” tulis judul Hindustan Times. Media tersebut mengonfirmasi bahwa tidak ada pelatih lumba-lumba yang bernama Jessica Radcliffe.
Menurut penelusuran mereka, sosok itu seperti direkayasa. Sementara itu, The Star Kenya juga menguatkan pernyataan sebelumnya. Mereka menjelaskan bahwa video pendek yang menayangkan pelatih Jessica Radcliffe dimakan oleh paus orca dihasilkan oleh kecerdasan artifisial atau AI.
Terinspirasi dari Tragedi Nyata: Kisah Dawn Brancheau dan Alexis Martínez

Meskipun kisah Jessica Radcliffe adalah fiksi, bukan berarti dunia pelatihan orca bebas dari risiko. Hoaks ini diyakini terinspirasi dari beberapa tragedi nyata yang pernah mengguncang industri taman hiburan laut. Dua kasus yang paling terkenal adalah kematian Alexis Martínez pada tahun 2009 dan Dawn Brancheau pada tahun 2010.
Dawn Brancheau, seorang pelatih senior berusia 40 tahun di SeaWorld Orlando, Florida, tewas pada 24 Februari 2010, setelah diserang oleh Tilikum, seekor paus orca jantan raksasa. Tilikum, yang memiliki riwayat keterlibatan dalam kematian dua orang lainnya, menarik Brancheau ke dalam air dan menyebabkan kematian sang pelatih akibat tenggelam dan trauma benda tumpul. Tragedi ini menjadi sorotan utama dalam film dokumenter “Blackfish” (2013), yang secara kritis menyoroti dampak psikologis penangkaran terhadap paus orca dan bahaya yang dihadapi oleh para pelatih.
Sebelumnya, pada 24 Desember 2009, Alexis Martínez, seorang pelatih berusia 29 tahun di Loro Parque, Spanyol, juga tewas saat latihan bersama seekor orca bernama Keto. Keto menabrak Martínez dengan keras dan menyeretnya ke dasar kolam, menyebabkan luka parah yang berujung pada kematian. Kedua insiden nyata inilah yang kemungkinan besar menjadi “bahan baku” bagi pembuat hoaks untuk merangkai cerita fiktif Jessica Radcliffe, menggabungkan elemen-elemen dramatis dari kejadian nyata untuk membuatnya terdengar meyakinkan.
Pentingnya Literasi Digital
Menyebarnya hoaks Jessica Radcliffe menjadi pengingat yang kuat tentang pentingnya literasi digital dan berpikir kritis di era informasi yang serba cepat. Konten yang bersifat sensasional, emosional, dan dramatis cenderung lebih mudah viral tanpa melalui proses verifikasi yang memadai. Masyarakat sebagai konsumen informasi perlu lebih waspada dan tidak mudah percaya dengan cerita-cerita luar biasa yang tidak didukung oleh sumber yang jelas dan kredibel.
Sebelum membagikan sebuah berita, terutama yang berpotensi menimbulkan kepanikan atau kesalahpahaman, ada beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan. Pertama, periksa sumber berita. Apakah berasal dari media yang memiliki reputasi baik atau hanya dari akun media sosial anonim? Kedua, cari informasi pembanding dari beberapa sumber lain. Jika sebuah peristiwa besar benar-benar terjadi, pasti akan diliput oleh banyak kantor berita terkemuka. Ketiga, perhatikan tanda-tanda rekayasa seperti penggunaan suara AI atau kualitas video yang buruk dan terpotong-potong.
Pada akhirnya, kisah Jessica Radcliffe bukanlah tentang serangan paus pembunuh, melainkan tentang bagaimana sebuah kebohongan dapat menyebar dan diterima sebagai kebenaran di dunia maya. Ini adalah cerminan dari tantangan yang kita hadapi bersama dalam membedakan fakta dan fiksi di tengah lautan informasi digital.

