
Biasanya, pemandangan di sebuah SPBU swasta di Ciputat, Tangerang Selatan dipenuhi deretan kendaraan yang mengantre untuk mengisi bahan bakar. Namun kini, suasana berubah total. Bukan suara mesin kendaraan atau bau bensin yang dominan, melainkan aroma kopi dan roti manis yang menyambut pengendara.
Di halaman depan SPBU tersebut, dua meja cokelat sederhana berdiri. Di atasnya, tersusun botol kopi literan, donat, siomay, hingga odeng. Petugas yang dulunya sibuk memegang nozzle BBM, kini berdiri ramah di pinggir jalan, menyodorkan daftar menu makanan dan minuman kepada pengendara yang lewat.
Mereka tetap memakai seragam khas SPBU swasta, hanya saja tugasnya kini berbeda: dari mengisi BBM menjadi meracik kopi dan menjajakan kudapan.
Mengapa SPBU Berubah Menjadi Kedai Kopi?

Dilansir dari kompas.com, Kondisi ini bermula dari kelangkaan pasokan BBM yang melanda sejumlah SPBU swasta, termasuk Shell Ciputat. Menurut Arif (nama samaran), salah satu petugas, situasi tersebut membuat mereka resah.
“Biasanya pemasukan harian bergantung pada penjualan bahan bakar. Tapi sejak stok BBM kosong, kami harus cari cara lain supaya tetap ada pemasukan,” ujar Arif, Rabu (17/9/2025).
Awalnya, mereka hanya mencoba menjual beberapa botol minuman di dalam area SPBU. Namun ternyata kurang menarik perhatian. Akhirnya, mereka memindahkan meja dagangan ke bagian depan, dilengkapi menu sederhana agar lebih mudah dilihat oleh pengendara yang melintas.
“Kalau di dalam enggak kelihatan. Begitu pindah ke depan, lumayan ada yang beli,” tambahnya.
Stok BBM Langka, Karyawan SPBU Swasta Kini Jual Kopi & Donat
.webp)
Inisiatif itu ternyata mendapat respons positif. Sejumlah pengendara yang tadinya berniat mengisi BBM, akhirnya membeli kopi literan atau donat. Bahkan, ada yang sengaja berputar balik setelah melihat petugas berjualan.
Produk yang ditawarkan pun cukup bervariasi:
- Kopi satu liter dengan berbagai varian rasa
- Minuman cokelat dan matcha
- Donat aneka topping
- Odeng (fish cake khas Korea)
- Siomay sebagai pilihan camilan
Semua menu dijual dengan harga terjangkau, sehingga bisa menjadi alternatif bagi warga yang melintas.
Reaksi Warga dan Rasa Kecewa karena BBM Kosong
Meski kreatif, kenyataannya masih banyak pengendara yang datang hanya untuk menanyakan BBM. Dalam satu jam, tercatat ada sekitar 30 kendaraan yang masuk ke area SPBU hanya untuk memastikan apakah pasokan sudah tersedia.
Mayoritas pengendara keluar dengan wajah kecewa. Sunita, salah satu pengguna setia Shell, mengaku berharap pasokan segera pulih.
“Saya tahu dari berita kalau stok BBM lagi kosong, tapi tetap coba datang untuk memastikan. Sayangnya benar-benar kosong. Padahal baru empat bulan pakai Shell, saya sudah cocok banget sama kualitasnya,” ungkapnya.
Ia berharap kondisi ini hanya sementara. “Mudah-mudahan segera pulih, jangan sampai benar-benar hilang. Sayang banget kalau SPBU swasta ini enggak buka lagi,” tambahnya.
Kreativitas di Tengah Keterbatasan
Bagi karyawan SPBU, langkah menjual kopi dan donat ini bukan semata-mata ide bisnis, melainkan strategi bertahan hidup.
“Pendapatan utama kami kan dari BBM. Kalau stoknya enggak ada, ya mau enggak mau dikuatin di F&B (food and beverage). Ini murni inisiatif karyawan, bukan instruksi manajemen pusat,” jelas Arif.
Mereka bahkan menempelkan poster penyemangat di area berjualan bertuliskan:
“BBM boleh kosong, tapi semangat harus selalu penuh!”
Pesan sederhana itu mencerminkan optimisme bahwa meski situasi sulit, selalu ada cara untuk bertahan.
Layanan Lain yang Masih Berjalan
Selain berjualan makanan dan minuman, SPBU swasta juga tetap mengandalkan layanan bengkel ringan untuk menutupi kekosongan pemasukan.
Beberapa layanan yang masih tersedia antara lain:
- Ganti oli
- Isi angin ban dengan nitrogen
- Pemeriksaan aki
- Cek filter udara dan rem
Dengan begitu, meski stok BBM kosong, SPBU tetap bisa beroperasi melayani masyarakat.
Dampak Sosial dari Kelangkaan BBM
Kisah stok BBM langka, karyawan SPBU swasta kini jual kopi & donat ini menggambarkan dampak sosial dari krisis energi. Tidak hanya pengendara yang kesulitan mendapatkan bahan bakar, tetapi juga pekerja SPBU yang kehilangan sumber penghasilan utamanya.
Namun di sisi lain, situasi ini juga memperlihatkan kreativitas dan daya juang pekerja kecil. Mereka rela banting setir, meninggalkan rutinitas lama, dan mencoba peran baru sebagai penjual makanan demi menghidupi keluarga.
Harapan Karyawan dan Pelanggan
Bagi para pekerja, berjualan kopi dan donat hanyalah solusi sementara. Mereka tetap berharap agar distribusi BBM segera kembali normal.
“Kalau BBM lancar lagi, tentu kami akan kembali ke tugas utama. Tapi untuk sekarang, ini yang bisa kami lakukan,” kata Arif.
Pelanggan pun menyuarakan harapan yang sama. Banyak yang merindukan kenyamanan menggunakan produk BBM swasta yang dianggap lebih ramah mesin.
Penutup: Bertahan dengan Cara Apa Saja
Kisah ini menunjukkan bahwa dalam situasi sulit, manusia bisa beradaptasi dengan cara yang tak terduga. Dari seorang operator pompa bensin yang biasa melayani kendaraan, kini menjadi penjual kopi dan donat di pinggir jalan.
Perubahan ini memang lahir dari keterpaksaan, namun justru menampilkan sisi lain dari semangat bertahan hidup. Dan selama pasokan BBM belum normal, kisah stok BBM langka, karyawan SPBU swasta kini jual kopi & donat akan terus menjadi potret nyata ketangguhan di tengah krisis.

