
Kornet.co.id – Kontroversi besar tengah melanda dunia pertelevisian Indonesia setelah salah satu program di stasiun televisi nasional, Trans7, dianggap menyinggung martabat kalangan santri dan kiai. Tayangan tersebut memicu gelombang reaksi keras dari berbagai kalangan, terutama dari Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di tanah air. Dalam waktu singkat, Tuntutan NU terhadap pihak Trans7 pun mencuat dan menjadi pembahasan nasional.
Awal Mula Kontroversi
Semua bermula dari sebuah segmen komedi di salah satu acara televisi Trans7. Dalam tayangan itu, terdapat dialog dan adegan yang dianggap melecehkan simbol-simbol keagamaan serta menggambarkan santri dan kiai dengan cara yang tidak pantas. Tayangan tersebut dengan cepat viral di media sosial, memicu kemarahan dari warga pesantren dan masyarakat Nahdliyin di berbagai daerah.
Video potongan acara itu tersebar luas, disertai berbagai tagar yang menyerukan boikot terhadap Trans7. Kritik pun datang bertubi-tubi, baik dari tokoh agama, aktivis, hingga masyarakat umum yang merasa nilai-nilai pesantren telah diinjak-injak oleh hiburan yang tidak beretika.
Reaksi Cepat dari Nahdlatul Ulama
Pihak Tuntutan NU tidak tinggal diam. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) segera menggelar pertemuan darurat untuk membahas langkah yang akan diambil. Dalam konferensi pers resmi, perwakilan PBNU menyatakan bahwa tayangan tersebut melukai perasaan umat, khususnya kalangan santri dan kiai yang selama ini menjadi pilar moral bangsa.
Ketua Lembaga Dakwah PBNU menegaskan, “Kami menghormati kebebasan berekspresi. Namun, kebebasan itu harus dibarengi dengan tanggung jawab dan sensitivitas terhadap nilai-nilai keagamaan. Apa yang ditampilkan oleh Trans7 jelas sudah melewati batas etika.”
Dari hasil pertemuan itu, PBNU merumuskan 5 poin Tuntutan NU yang harus dipenuhi oleh Trans7 agar persoalan ini tidak semakin meluas dan menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.
1. Permintaan Maaf Terbuka di Semua Platform
Poin pertama dari Tuntutan NU adalah permintaan maaf terbuka dari manajemen Trans7 kepada seluruh umat Islam, khususnya komunitas santri dan kiai. PBNU menegaskan bahwa permintaan maaf tidak cukup dilakukan lewat siaran singkat di televisi. Harus ada pernyataan resmi yang ditayangkan di seluruh platform digital dan media sosial Trans7 sebagai bentuk tanggung jawab moral.
NU juga meminta agar permintaan maaf tersebut disampaikan langsung oleh pihak tertinggi manajemen, bukan hanya oleh pihak produksi acara. “Ini bukan sekadar kesalahan teknis, tapi kesalahan institusional,” ujar salah satu pengurus PBNU.
2. Penayangan Ulang Program Edukatif tentang Pesantren
Poin kedua dalam Tuntutan NU menekankan pentingnya edukasi publik mengenai kehidupan pesantren. NU meminta Trans7 menayangkan program khusus yang menggambarkan kehidupan santri dan kiai secara positif dan mendalam. Program ini diharapkan menjadi bentuk kompensasi moral atas tayangan yang menyinggung sebelumnya.
Program tersebut diusulkan agar melibatkan perwakilan pesantren, budayawan, dan akademisi untuk memastikan kontennya mendidik dan menghormati nilai-nilai keislaman.
3. Evaluasi Internal dan Sanksi terhadap Tim Produksi
Dalam poin ketiga, Tuntutan NU meminta Trans7 untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap tim produksi acara yang memunculkan kontroversi tersebut. PBNU mendesak agar individu atau tim yang bertanggung jawab diberi sanksi tegas sesuai dengan kebijakan internal perusahaan.
Langkah ini, menurut NU, penting untuk memastikan agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Mereka juga menuntut agar Trans7 memperkuat proses penyaringan konten sebelum tayang, terutama untuk program yang berpotensi menyinggung nilai-nilai agama.
4. Komitmen Etika Media dan Pelatihan Sensitivitas Budaya
Tuntutan NU keempat berfokus pada perbaikan jangka panjang. NU menginginkan Trans7 menandatangani komitmen etik dengan organisasi keagamaan untuk memperkuat tanggung jawab sosial media nasional. Selain itu, PBNU juga meminta agar seluruh karyawan Trans7 yang terlibat dalam produksi konten mendapatkan pelatihan tentang sensitivitas budaya dan keagamaan.
Menurut NU, hal ini penting karena media massa memiliki peran besar dalam membentuk opini publik. Kesalahan kecil dalam tayangan bisa menimbulkan luka sosial yang besar, terutama ketika menyentuh aspek keyakinan.
5. Kolaborasi Positif dengan Lembaga Keagamaan
Poin terakhir dalam Tuntutan NU bersifat konstruktif. NU tidak ingin polemik ini hanya berakhir pada konflik, melainkan menjadi momentum untuk mempererat hubungan antara media dan lembaga keagamaan.
NU membuka peluang kerja sama dalam pembuatan konten yang menonjolkan nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, dan keislaman yang ramah. Mereka percaya, dengan kolaborasi yang tepat, media justru bisa menjadi sarana dakwah yang efektif dan menginspirasi masyarakat luas.
Respons Trans7
Dilansir dari Tempo.co Menanggapi Tuntutan NU, pihak Trans7 akhirnya memberikan pernyataan resmi. Mereka mengaku menyesal atas tayangan yang menimbulkan keresahan dan berjanji akan memperbaiki kesalahan tersebut. “Kami tidak bermaksud menyinggung pihak mana pun. Ini menjadi pelajaran berharga bagi kami untuk lebih berhati-hati ke depannya,” ujar salah satu perwakilan manajemen.
Meski demikian, permintaan maaf itu belum sepenuhnya meredam kekecewaan publik. Banyak pihak masih menilai langkah Trans7 belum cukup konkret. Sebagian tokoh NU mendesak agar seluruh poin Tuntutan NU dijalankan tanpa pengecualian.
Gelombang Dukungan dan Refleksi Publik
Di tengah polemik yang memanas, berbagai ormas Islam, lembaga pendidikan pesantren, hingga tokoh lintas agama menyatakan dukungannya terhadap langkah NU. Mereka sepakat bahwa media seharusnya menjadi wadah yang memperkuat nilai kebangsaan, bukan merusaknya dengan candaan yang menyinggung kelompok tertentu.
Peristiwa ini juga menjadi bahan refleksi bagi banyak pihak. Di era digital yang serba cepat, tanggung jawab moral lembaga penyiaran menjadi semakin penting. Hiburan tidak boleh mengorbankan etika dan kehormatan.
Penutup
Kasus ini bukan sekadar tentang satu tayangan televisi, tetapi tentang bagaimana media memperlakukan nilai-nilai luhur yang hidup dalam masyarakat Indonesia. Tuntutan NU terhadap Trans7 menunjukkan bahwa kritik yang tegas bisa disertai solusi konstruktif.
NU telah memberi contoh bahwa menjaga kehormatan agama dan budaya tidak harus dilakukan dengan kemarahan, tetapi dengan dialog dan tindakan nyata. Kini, bola ada di tangan Trans7 — apakah mereka akan menanggapi Tuntutan NU dengan komitmen tulus, atau sekadar permintaan maaf tanpa perubahan berarti.

