
Pernyataan Ahmad Syahroni, Wakil Ketua Komisi III DPR RI, mendadak jadi sorotan publik setelah menyebut seruan pembubaran DPR sebagai “seruan tolol sedunia”. Gara-gara ucapan ‘tolol’ itu, Syahroni ditantang debat terbuka oleh Salsa Erwina Hutagalung, diaspora Indonesia yang kini tinggal di Denmark.
Kontroversi bermula ketika wacana pembubaran DPR ramai dibicarakan di media sosial. Banyak masyarakat yang menilai lembaga legislatif gagal menjalankan amanat rakyat. Namun, Syahroni justru merespons keras. Menurutnya, membubarkan DPR sama sekali tidak masuk akal dan berpotensi merusak tata kelola negara.
Kritik Publik terhadap DPR
Isu pembubaran DPR bukan muncul tanpa alasan. Kritik masyarakat terhadap wakil rakyat mencakup beberapa hal:
- Kinerja legislasi yang dianggap minim hasil. Banyak RUU penting mandek, sementara pembahasan regulasi justru lebih sering menimbulkan kontroversi.
- Tunjangan dan fasilitas anggota DPR yang dinilai berlebihan. Anggaran triliunan rupiah setiap tahun digelontorkan, namun kesejahteraan rakyat belum banyak berubah.
- Gaya hidup sebagian anggota DPR. Pamer kekayaan di tengah kesulitan rakyat membuat publik merasa terhina.
Di tengah kondisi itu, ucapan Syahroni yang menyebut rakyat sebagai “orang tolol sedunia” ketika menyerukan pembubaran DPR, semakin memicu gelombang kritik.
Respons Keras Salsa Erwina

Melalui unggahan video di Instagram, Salsa Erwina menyampaikan kemarahannya. Menurutnya, seorang wakil rakyat seharusnya memiliki empati, bukan justru melabeli kritik publik dengan kata-kata kasar.
“Aku benar-benar murka melihat arogansi anggota DPR, khususnya Ahmad Syahroni dari Partai NasDem,” ujarnya dalam video yang viral. Ia menilai alasan rakyat menyerukan pembubaran DPR sangat masuk akal, mulai dari pajak yang terus naik hingga APBN yang dinilai terlalu banyak tersedot untuk kepentingan DPR.
Dilansir dari kompas.com, Salsa juga menyebutkan angka fantastis: Rp9,9 triliun anggaran DPR setiap tahun. Menurutnya, jumlah itu tidak sebanding dengan capaian anggota dewan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Debater Internasional Tantang Ahmad Syahroni
Bukan sekadar mengkritik, Salsa juga menantang Syahroni debat terbuka. Dengan latar belakangnya sebagai debater internasional—juara debat Asia Pasifik tahun 2014 di Nanyang Technological University dan finalis debat dunia di Berlin—Salsa merasa punya kapasitas untuk menguji pernyataan Wakil Ketua Komisi III DPR RI ini.
Ia menegaskan siap berhadapan di forum resmi untuk membahas satu topik krusial: apakah tunjangan DPR benar-benar memberi manfaat nyata bagi rakyat?
Salsa bahkan berani membuat kesepakatan terbuka:
- Jika Syahroni kalah debat, maka tunjangan DPR sebaiknya digagalkan.
- Jika dirinya kalah, ia siap mendukung keberadaan tunjangan tersebut.
Tudingan Gaya Hidup Mewah

Dalam pernyataannya, Salsa juga menyoroti gaya hidup Wakil Ketua Komisi III DPR RI yang dikenal sebagai “crazy rich” dan kerap memamerkan koleksi mobil mewah di media sosial. Menurutnya, hal itu tidak pantas dilakukan di tengah kondisi rakyat yang sedang kesulitan.
“Kalau memang sudah kaya raya, kenapa masih ngotot mempertahankan tunjangan dari pajak rakyat? Rakyat kerja keras, bayar pajak, tapi uang mereka habis untuk fasilitas DPR,” sindir Salsa.
Reaksi Balasan Syahroni
Syahroni bukannya diam. Ia sempat mengunggah pernyataan di media sosial, meski terkesan sarkastik. Dalam unggahannya, ia menulis bahwa dirinya tidak akan meladeni ajakan debat terbuka dari siapa pun.
“Ane enggak akan ladenin orang yang ajak debat ane. Ane mau bertapa dulu biar pinter, karena ane masih bloon. Ane ini masih bego,” tulisnya dengan gaya santai.
Pernyataan itu justru semakin memancing kritik. Banyak warganet menilai Wakil Ketua Komisi III DPR RI ini menghindar dari diskusi substantif yang bisa memperjelas posisi DPR di mata publik.
Klarifikasi Syahroni: Tidak untuk Rakyat Umum

Dalam kesempatan lain, Wakil Ketua Komisi III DPR RI ini mencoba meluruskan ucapannya. Ia menyebut bahwa kata-kata “orang tolol sedunia” tidak ditujukan kepada masyarakat secara keseluruhan, melainkan hanya untuk pemikiran yang menilai DPR bisa dibubarkan begitu saja.
Menurutnya, DPR adalah pilar penting dalam sistem demokrasi Indonesia. Tanpa DPR, tidak akan ada pengawasan terhadap presiden, dan itu bisa membahayakan tatanan negara.
Analisis: Kenapa Isu Ini Jadi Besar?
Ada beberapa alasan mengapa polemik ini melebar:
- Ucapannya dianggap menyerang rakyat. Meski dimaksudkan untuk gagasan, publik menafsirkan kata “tolol” sebagai hinaan langsung.
- Ketidakpuasan publik terhadap DPR sudah tinggi. Kritik lama tentang kinerja, tunjangan, dan gaya hidup mewah anggota dewan membuat kasus ini cepat membesar.
- Salsa punya rekam jejak kuat. Latar belakangnya sebagai debater internasional memberi bobot pada tantangannya.
Dengan kombinasi itu, wajar jika isu “Gara-Gara Ucapan ‘Tolol’, Syahroni Ditantang Debat Terbuka” mendadak viral dan ramai diperbincangkan.
Apa yang Bisa Dipelajari?
Dari kontroversi ini, ada beberapa pelajaran penting:
- Bahasa pejabat publik harus dijaga. Kata-kata kasar bisa menimbulkan reaksi yang jauh lebih besar daripada substansi pernyataan.
- Kritik rakyat perlu dihargai. Meskipun tidak selalu logis, kritik adalah ekspresi kekecewaan yang harus ditanggapi dengan empati.
- Debat bisa jadi solusi. Jika diterima, debat terbuka bisa menjadi ruang sehat untuk mempertemukan argumen rakyat dengan wakilnya.
Kesimpulan
Kasus Gara-Gara Ucapan ‘Tolol’, Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ditantang Debat Terbuka mencerminkan rapuhnya hubungan antara wakil rakyat dan masyarakat. Ucapan Syahroni memicu kemarahan publik, sementara tantangan dari Salsa Erwina menunjukkan bahwa suara diaspora pun ikut bergaung.
Apakah tantangan debat itu akan benar-benar terwujud? Belum ada kepastian. Namun satu hal jelas: rakyat kini semakin kritis, dan setiap ucapan pejabat publik akan selalu diuji di ruang publik.

