
Kaki demonstran tertabrak mobil polisi! Inilah yang menjadi sorotan publik saat aksi mahasiswa di Bogor memanas pada Kamis, 28 Agustus 2025. Sejak siang hari, ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi BEM se-Bogor menggelar aksi damai di depan Istana Bogor. Mereka membawa spanduk, poster, serta orasi menuntut keadilan dan perbaikan demokrasi.
Namun, situasi yang awalnya tertib mendadak berubah mencekam ketika aparat mulai mempersempit ruang gerak massa. Mahasiswa yang mencoba mendekat ke area Istana dihalangi secara ketat, hingga benturan fisik pun tak terhindarkan. Beberapa mahasiswa mengalami luka, bahkan ada yang berdarah di bagian wajah.
Kaki Demonstran Tertabrak Mobil Polisi: Kronologi Insiden

Dalam kericuhan tersebut, sebuah insiden tragis terjadi. Seorang mahasiswa berteriak lantang karena kaki demonstran tertabrak mobil polisi saat aparat berusaha mengurai kerumunan. Video amatir yang beredar di media sosial menunjukkan suasana panik ketika massa mencoba menolong korban.
Insiden ini memicu gelombang emosi dari peserta aksi. Mereka menilai aparat justru menggunakan cara-cara represif yang seharusnya tidak dilakukan dalam demonstrasi damai.
“Luka di wajah teman kami, termasuk kaki demonstran tertabrak mobil polisi, adalah luka bagi demokrasi negeri ini,” ujar Indra, Koordinator BEM se-Bogor.
Reaksi BEM se-Bogor: Demokrasi Sedang Terancam
Menurut pernyataan resmi BEM se-Bogor, insiden tersebut bukan hanya masalah teknis keamanan, tetapi mencerminkan kemunduran demokrasi di Indonesia. Mereka menegaskan bahwa hak konstitusional mahasiswa untuk menyampaikan pendapat semakin ditekan.
Dalam tuntutannya, aliansi mahasiswa mendesak:
- Kapolri dan Kapolda Jawa Barat mengusut tuntas tindakan represif aparat.
- Pemerintah menjamin kebebasan berpendapat sesuai amanat UUD 1945.
- Menghentikan segala bentuk intimidasi terhadap mahasiswa yang menyuarakan aspirasi rakyat.
“Gerakan kami tidak akan berhenti. Justru kaki demonstran tertabrak mobil polisi ini menjadi bukti nyata bahwa perlawanan harus terus berlanjut,” tegas Indra.
Solidaritas Publik Menguat

Pasca-insiden, dukungan publik terhadap mahasiswa semakin menguat. Banyak warganet mengecam tindakan kekerasan yang terekam dalam video viral. Tagar #BogorMelawan dan #DemokrasiTerluka menjadi tren di media sosial.
Fenomena ini menunjukkan bahwa dalam era keterbukaan informasi, bentrokan fisik justru memperbesar solidaritas. Rakyat tidak hanya menonton, tetapi ikut tergerak menyuarakan kritik terhadap aparat.
Ricuh di Karawang: Gerbang Mapolres Diterobos
Tidak berhenti di Bogor, sehari setelahnya, 29 Agustus 2025, aksi mahasiswa di Karawang juga berakhir ricuh. Ratusan mahasiswa berkumpul di depan Mapolres Karawang untuk menyampaikan aspirasi.
Dilansir dari detik.com, Awalnya, mereka sempat berdialog dengan Kapolres AKBP Fiki N Ardiansyah. Namun, situasi berubah panas saat massa melempari Mapolres dengan batu dan petasan. Kerusuhan semakin besar ketika sebagian mahasiswa nekat mendobrak pintu gerbang Mapolres.
Kericuhan ini mengakibatkan:
- Seorang polisi luka di kepala akibat lemparan batu.
- Seorang mahasiswa Universitas Buana Perjuangan (UBP) Karawang harus dilarikan ke rumah sakit karena luka serius.
- Puluhan demonstran diamankan karena diduga provokator.
Warga Sekitar Ikut Resah
Bentrok di Karawang tidak hanya melibatkan mahasiswa dan aparat, tetapi juga berdampak pada warga sekitar. Banyak masyarakat yang berada di area sekitar Mapolres mengaku ketakutan melihat lemparan batu dan suara petasan.
“Kami hanya pedagang kecil di sekitar sini. Kalau ada lemparan dan kejar-kejaran, tentu kami takut,” ungkap salah satu warga Karawang.
Situasi baru bisa dikendalikan setelah aparat menurunkan pasukan tambahan untuk menjaga keamanan. Hingga malam hari, kawasan Mapolres masih dipantau ketat untuk mencegah bentrokan lanjutan.
Aksi Mahasiswa dan Masa Depan Demokrasi

Rangkaian kejadian di Bogor dan Karawang memperlihatkan betapa rapuhnya ruang demokrasi. Insiden kaki demonstran tertabrak mobil polisi menjadi simbol bahwa kebebasan menyampaikan pendapat masih rawan dihadapkan pada kekerasan.
Beberapa pengamat menilai, jika aparat tidak segera memperbaiki pola pengamanan, maka kepercayaan publik terhadap institusi negara akan semakin menurun. Sebaliknya, gerakan mahasiswa justru mendapat simpati luas karena dianggap mewakili suara rakyat kecil yang ingin keadilan ditegakkan.
Kejadian kaki demonstran tertabrak mobil polisi dalam aksi Bogor, serta kericuhan di Mapolres Karawang, menjadi pengingat bahwa demokrasi bukan sekadar jargon. Demokrasi harus diwujudkan dalam ruang nyata, di mana rakyat bebas bersuara tanpa takut diintimidasi.
Mahasiswa Bogor dan Karawang menunjukkan bahwa generasi muda tidak tinggal diam ketika keadilan dan hak sipil terancam. Mereka berkomitmen melanjutkan perjuangan, meski risiko luka, bahkan ancaman kriminalisasi, menghantui setiap langkah.
Pada akhirnya, pertanyaan besar yang muncul adalah: Apakah negara benar-benar melindungi warganya, atau justru menjadi penghalang suara rakyat?

