
Kontroversi besar melanda dunia pendidikan di Kota Prabumulih, Sumatera Selatan. Roni Ardiansyah, Kepala SMPN 1 Prabumulih, mendadak dicopot dari jabatannya setelah menegur seorang siswa yang membawa mobil ke sekolah. Belakangan diketahui, siswa tersebut ternyata anak dari Wali Kota Prabumulih, H Arlan.
Tidak hanya Roni yang terkena imbas, seorang satpam sekolah juga ikut dipindahkan dari tugasnya. Informasi pencopotan itu cepat menyebar, menimbulkan spekulasi bahwa keputusan mutasi berkaitan dengan keberanian Roni menegur anak pejabat.
Dilansir dari kompas.com, Kepala Dinas Pendidikan Prabumulih, A Darmadi, sempat membantah isu tersebut. Ia menyebut rotasi jabatan hanyalah bagian dari penyegaran organisasi. “Kepala sekolah SMPN 1 Prabumulih sudah lebih dari 10 tahun menjabat di dua sekolah berbeda, jadi mutasi ini bagian dari penyegaran,” ujarnya. Namun, publik telanjur curiga ada faktor lain di balik keputusan tersebut.
Tangis Siswa yang Membuat Isu Ini Viral

Situasi makin panas ketika beredar video puluhan siswa SMPN 1 Prabumulih menangis melepas kepergian Roni. Video itu viral di media sosial, memperlihatkan betapa kuatnya ikatan emosional antara kepala sekolah dan muridnya.
Bagi publik, momen itu seolah menjadi simbol ketidakadilan. Banyak netizen menilai pencopotan Roni tidak wajar, bahkan menuding adanya intervensi kekuasaan. Tagar terkait SMPN 1 Prabumulih pun sempat ramai di berbagai platform digital.
Di tengah derasnya komentar netizen, simpati publik mengalir deras untuk Roni. Orang tua siswa, alumni, hingga masyarakat luas ikut menyuarakan protes. Kasus ini pun meluas menjadi isu nasional, bukan lagi sekadar masalah internal sekolah.
Pencopotan Dicabut, Kepala Sekolah Kembali Bertugas

Tekanan publik yang terus membesar akhirnya membuat keputusan dicabut. Rizky Irmansyah, ajudan Presiden Prabowo Subianto, mengumumkan kabar tersebut melalui akun Instagram pribadinya.
“Sudah selesai ya, Kepala Sekolahnya akan kembali bertugas ke sekolah asal, dan satpamnya juga kembali bertugas,” tulis Rizky pada Selasa malam (16/9/2025).
Pengumuman itu disambut lega banyak pihak. Siswa dan orang tua murid yang sebelumnya sedih kini merasa keadilan telah ditegakkan. Kembalinya Roni sebagai kepala sekolah SMPN 1 Prabumulih dianggap sebagai bukti nyata bahwa suara masyarakat bisa mengubah keputusan.
Wali Kota Prabumulih Buka Suara dan Minta Maaf
Menyadari sorotan publik semakin besar, Wali Kota Prabumulih H Arlan akhirnya menggelar konferensi pers. Ia menyampaikan permintaan maaf kepada Roni dan masyarakat atas kisruh yang terjadi.
“Saya selaku wali kota menyampaikan permohonan maaf kepada Pak Roni dan seluruh masyarakat,” ungkap Arlan.
Ia juga meluruskan kabar yang beredar soal anaknya. Menurutnya, anaknya tidak mengemudi sendiri, melainkan hanya diantar menggunakan mobil ke sekolah. “Faktanya, anak saya diantar ke sekolah, bukan membawa mobil sendiri,” tegasnya.
Pernyataan ini sekaligus menjadi klarifikasi resmi agar publik tidak lagi terjebak dalam isu yang berkembang liar di media sosial.
Klarifikasi dari Kepala Sekolah Roni Ardiansyah

Kepala sekolah SMPN 1 Prabumulih, Roni Ardiansyah sendiri bersikap tenang menghadapi situasi ini. Ia menjelaskan bahwa video viral yang merekam tangis siswa bukanlah acara perpisahan resmi, melainkan momen spontan.
“Itu bukan acara perpisahan, mungkin anak-anak sudah mendengar isu saya dicopot. Guru saya yang merekam spontan,” katanya.
Roni juga menegaskan bahwa dirinya ikhlas dengan segala keputusan pimpinan. “Saya hormati keputusan. Kalau akhirnya saya kembali bertugas, saya jalani dengan penuh tanggung jawab,” ucapnya.
Sikap rendah hati ini mendapat apresiasi luas, karena menunjukkan dedikasi seorang pendidik sejati.
Sorotan Publik: Ketika Media Sosial Jadi Penentu
Kasus Kepala SMPN 1 Prabumulih menegaskan betapa kuatnya pengaruh media sosial dalam mengawal isu publik. Tanpa video viral tangis siswa, mungkin cerita ini tidak akan sampai ke telinga masyarakat luas.
Ada beberapa poin penting yang bisa dicatat dari kasus ini:
- Peran media sosial: Viral di TikTok, Instagram, dan platform lain membuat kasus cepat mendapat perhatian nasional.
- Kekuatan solidaritas siswa: Dukungan emosional dari murid membuktikan hubungan yang erat antara guru dan peserta didik.
- Kritik pada birokrasi: Publik menilai mutasi mendadak tanpa alasan jelas bisa menurunkan kepercayaan masyarakat pada lembaga pendidikan.
- Transparansi pejabat publik: Klarifikasi dan permintaan maaf Wali Kota menunjukkan pentingnya keterbukaan dalam menyikapi isu sensitif.
Pelajaran Berharga untuk Dunia Pendidikan
Kasus ini menjadi refleksi penting bagi dunia pendidikan di Indonesia. Ada beberapa pelajaran berharga yang bisa diambil:
- Pendidik Harus Dilindungi
Guru dan kepala sekolah seharusnya diberi ruang untuk mendidik tanpa rasa takut. Menegur siswa adalah bagian dari tugas mendidik, bukan alasan untuk dihukum. - Pentingnya Komunikasi Transparan
Setiap kebijakan mutasi atau rotasi jabatan perlu dijelaskan secara terbuka agar tidak menimbulkan kecurigaan publik. - Pengaruh Publik Tidak Bisa Diabaikan
Suara masyarakat, terutama ketika viral di media sosial, kini memiliki kekuatan besar dalam memengaruhi kebijakan pemerintah. - Menghargai Dedikasi Tenaga Pendidik
Kisah Roni membuktikan bahwa penghargaan terbesar bagi seorang guru adalah cinta dan dukungan siswanya.
Drama pencopotan dan pengembalian Kepala SMPN 1 Prabumulih bukan sekadar kisah pergantian jabatan. Ini adalah cerita tentang keadilan, solidaritas, dan pengaruh besar media sosial dalam dunia pendidikan modern.
Masyarakat kini berharap, kasus ini menjadi titik balik agar tenaga pendidik di Indonesia lebih dihargai. Kepala sekolah, guru, dan staf sekolah adalah garda terdepan dalam mencetak generasi penerus bangsa. Mereka pantas mendapat perlindungan, bukan justru dikorbankan karena dinamika politik atau status sosial.

