
Kasus keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) kini resmi ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Badan Gizi Nasional (BGN) melaporkan, hingga 22 September 2025, tercatat 4.711 orang mengalami gangguan kesehatan setelah mengonsumsi MBG. Data ini sekaligus mengungkap ini daftar daerah terdampak keracunan massal usai ikut MBG yang tersebar di tiga wilayah berbeda.
Dilansir dari kompas.com, Kepala BGN, Dadan Hindayana, menyampaikan bahwa kasus ini harus menjadi evaluasi besar. Menurutnya, sebagian besar insiden dipicu oleh lemahnya pengawasan dapur umum dan kesalahan teknis dalam pengolahan makanan berskala besar.
“Total catatan kami ada 4.711 porsi makan yang menimbulkan gangguan kesehatan. Padahal, BGN sudah mendistribusikan hingga 1 miliar porsi MBG,” ujar Dadan dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (22/9/2025).
Penyebab Utama Keracunan MBG
BGN menyoroti sejumlah faktor yang memicu keracunan massal dalam program MBG, di antaranya:
- SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) masih baru sehingga belum terbiasa memasak dalam jumlah besar.
- Pergantian supplier bahan baku yang tidak sesuai standar.
- Kurangnya pengawasan kualitas makanan sebelum didistribusikan ke sekolah-sekolah.
Contoh kasus terjadi di Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, di mana dapur umum membeli ikan cakalang dari pemasok baru. Akibatnya, 339 orang mengalami diare dan muntah-muntah setelah menyantap hidangan tersebut.
Daerah Terdampak Keracunan MBG Wilayah I
Wilayah I mencatat 1.281 kasus dengan sebaran di Sumatera Selatan, Riau, Lampung, dan Bengkulu. Berikut detailnya:
- 18 Februari 2025 – Empat Lawang, Sumatera Selatan (8 orang).
- 5 Mei 2025 – PALI, Sumatera Selatan (172 orang).
- 22 Agustus 2025 – Indragiri Hilir, Riau (28 orang).
- 26 Agustus 2025 – Tulung Pasukan, Lampung (27 orang).
- 27 Agustus 2025 – Bengkulu Lebong Sakti (467 orang).
- 29 Agustus 2025 – Sukabumi, Lampung (503 orang).
- 2 September 2025 – Pedamaran, Sumatera Selatan (76 orang).
Total korban di wilayah ini menembus ribuan hanya dalam kurun waktu beberapa bulan.
Daerah Terdampak Keracunan MBG Wilayah II
Wilayah II menjadi penyumbang kasus terbanyak Keracunan Massal MBG, yakni 2.606 orang. Kasus-kasus banyak ditemukan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, hingga Banten. Beberapa kasus menonjol antara lain:
- 19 Februari 2025 – Pandeglang, Banten (480 orang).
- 21 April 2025 – Cianjur, Jawa Barat (254 orang).
- 30 April 2025 – Bandung, Jawa Barat (320 orang).
- 31 Juli 2025 – Kulon Progo, Yogyakarta (305 orang).
- 12 Agustus 2025 – Sragen, Jawa Tengah (196 orang).
- 13 Agustus 2025 – Sleman, Yogyakarta (157 orang).
- 11 September 2025 – Wonogiri, Jawa Tengah (131 orang).
Selain itu, tercatat puluhan kasus dengan jumlah korban lebih kecil, seperti di Indramayu, Sukoharjo, Karanganyar, hingga Koja Jakarta.
Daerah Terdampak Keracunan MBG Wilayah III
Wilayah III meliputi Indonesia Timur dengan 824 kasus. Data menunjukkan, insiden keracunan banyak terjadi di Nusa Tenggara, Sulawesi, hingga Papua Barat.
- 13 Januari 2025 – Nunukan Selatan, Kalimantan Utara (90 orang).
- 22 Juli 2025 – Kupang, NTT (140 orang).
- 23 Juli 2025 – Sumba Barat Daya, NTT (65 orang).
- 28 Agustus 2025 – Palu, Sulawesi Tengah (20 orang).
- 3 September 2025 – Lombok Tengah, NTB (9 orang).
- 17 September 2025 – Sumbawa, NTB (106 orang).
- 17 September 2025 – Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah (339 orang).
Kasus terbesar di wilayah ini terjadi di Banggai Kepulauan dengan ratusan korban dalam satu kejadian.
Tanggapan dan Evaluasi dari BGN
Dadan Hindayana menekankan perlunya prosedur standar bagi dapur umum MBG agar kasus serupa tidak terulang. Ia menyarankan agar SPPG baru tidak langsung memasak untuk ribuan orang.
“Kalau ada daftar 3.500 penerima MBG, mulailah dengan dua sekolah dulu. Setelah terbiasa, baru melayani seluruhnya,” jelas Dadan.
Ia juga menegaskan bahwa pengawasan supplier bahan baku akan diperketat dan evaluasi menyeluruh dilakukan bersama pemerintah daerah.
Dampak Sosial dari Keracunan Massal MBG
Peristiwa keracunan massal MBG ini menimbulkan kekhawatiran masyarakat, terutama orang tua yang anaknya menjadi penerima program. Beberapa dampak nyata di lapangan antara lain:
- Gangguan kesehatan massal: Ribuan siswa mengalami diare, muntah, dan demam.
- Kegiatan belajar terganggu: Banyak sekolah terpaksa meliburkan kelas.
- Keresahan publik: Orang tua mempertanyakan standar keamanan makanan.
- Kerugian ekonomi: Pemerintah harus menyalurkan bantuan medis tambahan dan melakukan investigasi besar-besaran.
Kasus ini daftar daerah terdampak keracunan massal usai ikut MBG menjadi peringatan penting bagi pelaksana program pemerintah. Meski niatannya mulia untuk meningkatkan gizi anak bangsa, lemahnya pengawasan bisa berakibat fatal.
Dengan 4.711 korban di 3 wilayah, pemerintah dituntut lebih serius dalam memastikan standar higienitas, kualitas bahan baku, dan kesiapan SPPG di setiap daerah. Program MBG hanya akan bermanfaat jika aspek keamanan pangan benar-benar dijaga ketat.

