.webp)
Beberapa hari terakhir publik digegerkan oleh kabar penjarahan massal yang menyasar rumah para pejabat negara. Peristiwa ini menimbulkan pertanyaan besar: ada kejanggalan di balik penjarahan massal rumah pejabat?! Apakah sekadar aksi spontan massa yang terbawa emosi, atau justru ada pola yang terencana?
Sejumlah rumah tokoh publik seperti anggota DPR Ahmad Sahroni, Eko Patrio, hingga artis Uya Kuya, tak luput dari serbuan massa. Bahkan, kediaman Menteri Keuangan Sri Mulyani di Bintaro, Tangerang Selatan, juga menjadi target. Dari berbagai kesaksian warga sekitar, muncul banyak hal janggal yang menambah tanda tanya.
Penjarahan Massal di Rumah Sri Mulyani
.webp)
Menurut staf keamanan, penjarahan rumah Sri Mulyani terjadi dalam dua gelombang: pertama sekitar pukul 01.00 WIB, lalu disusul gelombang kedua sekitar pukul 03.00 WIB.
Joko Sutrisno, salah satu pengamanan rumah, mengungkap bahwa saat kejadian, Sri Mulyani tidak berada di tempat. Hanya ada dirinya dan satu keluarga kerabat yang kemudian diamankan ke rumah tetangga.
Yang mengejutkan, warga menyebut penjarah datang dalam jumlah besar, bahkan mendekati seribuan orang. Mereka bergerak seperti sudah diatur, berkumpul lebih dulu di depan komplek, lalu masuk bersama-sama. Ada kejanggalan di balik penjarahan massal rumah pejabat ini bagaimana mungkin ratusan orang bisa berkumpul di malam buta tanpa ada tanda-tanda sebelumnya?
Penjarahan Massal Didominasi Anak Muda

Kesaksian warga sekitar makin menegaskan kejanggalan tersebut. Menurut Ali dan Jayadi, satpam komplek, penjarah rata-rata masih muda, berusia belasan hingga 25 tahun.
“Bukan warga sini. Saya sudah tanya. Anak-anak muda, sebagian besar tidak dikenal,” ujar Olaf, saksi lain.
Hal ini menimbulkan spekulasi: apakah para penjarah memang sengaja didatangkan dari luar? Jika benar demikian, sulit membayangkan aksi sebesar itu dilakukan tanpa ada koordinator.
Penjarah Membawa Drone dan Senjata Tajam
Hal janggal lain yang mencuat adalah adanya penjarah yang menggunakan drone saat beraksi. Beberapa saksi, termasuk Joko dan Renzi, menyebut drone terbang di atas rumah Sri Mulyani ketika massa masuk.
Selain itu, beberapa penjarah juga terlihat membawa senjata tajam. Kondisi ini membuat warga semakin takut dan memilih hanya berjaga-jaga agar situasi tidak bertambah parah, misalnya sampai rumah dibakar.
“Jumlah mereka banyak sekali, bahkan ada yang bernyanyi-nyanyi di tengah malam,” kata Renzi.
Jika benar ada drone, maka ada kejanggalan di balik penjarahan massal rumah pejabat—ini bukan sekadar aksi spontan, melainkan seperti terkoordinasi dengan peralatan modern.
Penjarahan Massal memiliki Dua Gelombang
Tidak hanya Sri Mulyani, rumah anggota DPR Eko Patrio di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, juga jadi sasaran. Rumah megah itu rusak berat, dipenuhi coretan cat semprot, kaca pecah, dan barang-barang berantakan.
Nuryandi, petugas keamanan, mengaku massa yang datang mencapai 200–300 orang. Anehnya, penjarahan terjadi dalam dua gelombang berbeda: pertama sekitar pukul 20.00 WIB, lalu gelombang kedua sekitar 23.00 WIB.
Hal ini memperkuat dugaan bahwa aksi penjarahan bukanlah peristiwa acak, melainkan dilakukan dengan pola tertentu.
Penjarahan Rumah yang Dikira Milik Nafa Urbach

Dilansir dari suara.com, Kejadian janggal juga terjadi di Bintaro, saat massa menyerbu rumah yang dikira milik artis Nafa Urbach. Syamsul, satpam setempat, mengatakan ada sosok yang bertindak sebagai koordinator, mengarahkan massa untuk tidak terlalu merusak, namun tetap menjarah.
Awalnya hanya beberapa orang yang datang. Namun begitu lokasi rumah diketahui, ratusan orang langsung menyerbu. Barang-barang seperti lemari, kulkas, hingga treadmill diangkut begitu saja.
Di depan rumah bahkan ada tulisan provokatif: “Rumah ini sudah dijarah.” Hal ini membuat warga curiga, seolah-olah ada yang sengaja menandai rumah-rumah tertentu.
Pola yang Terlihat: Ada yang Mengatur?
Dari berbagai kesaksian, muncul benang merah bahwa penjarahan:
- Terjadi dalam dua gelombang pada waktu berbeda.
- Pelaku bukan warga sekitar, melainkan orang luar.
- Didominasi anak muda, usia belasan hingga 30-an.
- Ada indikasi koordinator yang menggerakkan massa.
- Beberapa penjarah membawa drone dan senjata tajam.
Fakta-fakta ini membuat publik kian bertanya: ada kejanggalan di balik penjarahan massal rumah pejabat?!
Apakah ini sekadar kerusuhan massa yang tidak terkendali, atau justru ada kepentingan tersembunyi di baliknya?
Reaksi Publik dan Tindakan Aparat
Setelah kabar penjarahan mencuat, TNI dan Polri langsung memperketat penjagaan di rumah-rumah pejabat. Namun pertanyaan masyarakat tetap menggantung: mengapa aksi sebesar ini bisa lolos tanpa terdeteksi sejak awal?
Beberapa analis menilai, bila benar ada pola, maka aparat intelijen harus turun tangan mengungkap siapa dalang di balik mobilisasi massa. Tanpa langkah serius, dikhawatirkan kejadian serupa bisa terulang, bahkan semakin meluas.
Misteri yang Harus Diungkap
Serangkaian penjarahan rumah pejabat ini jelas meninggalkan banyak kejanggalan. Mulai dari jumlah massa yang besar, pola serangan bergelombang, pelaku muda yang bukan warga sekitar, hingga penggunaan drone. Semua itu sulit dianggap sebagai kebetulan.
Masyarakat wajar curiga dan bertanya-tanya: ada kejanggalan di balik penjarahan massal rumah pejabat?! Pertanyaan ini kini menjadi PR besar bagi negara untuk diungkap, agar kejadian serupa tidak kembali mengancam rasa aman publik.

