
Kornet.co.id – Pergantian pucuk pimpinan dalam sebuah lembaga strategis negara selalu menarik perhatian publik. Keputusan Presiden Prabowo Subianto mencopot Arief Prasetyo Adi dari jabatannya sebagai Kepala Bapanas (Badan Pangan Nasional) menjadi salah satu langkah politik dan administratif yang menimbulkan banyak pertanyaan. Di balik keputusan itu, tersimpan pertimbangan yang tidak semata-mata bersifat personal, melainkan berhubungan dengan arah baru kebijakan pangan nasional.
Pergantian yang Mengejutkan
Arief Prasetyo Adi, yang telah menjabat sebagai Kepala Bapanas sejak masa pemerintahan sebelumnya, dikenal sebagai figur yang berpengalaman di bidang logistik dan pangan. Ia terlibat aktif dalam berbagai program stabilisasi harga serta menjaga ketersediaan bahan pokok di tengah fluktuasi ekonomi global. Namun, pada awal Oktober 2025, Presiden Prabowo secara resmi mencopotnya dari jabatan tersebut.
Keputusan ini sontak mengejutkan banyak pihak. Pasalnya, tidak ada tanda-tanda sebelumnya yang menunjukkan adanya konflik atau kinerja buruk. Arief bahkan sempat menghadiri rapat koordinasi pangan nasional beberapa hari sebelum surat keputusan itu keluar.
Namun, Presiden Prabowo, melalui juru bicara kepresidenan, menegaskan bahwa pergantian ini dilakukan demi penyelarasan kebijakan dan efisiensi struktur kerja lembaga pangan. Sebuah pernyataan singkat, tetapi penuh makna.
Efisiensi dan Penataan Kelembagaan
Dilansir dari Liputan.com Langkah Presiden Prabowo mencopot Arief tidak bisa dilepaskan dari rencana besar pemerintah untuk menata ulang lembaga-lembaga strategis. Dalam visi kabinetnya, Presiden ingin agar rantai koordinasi antar kementerian dan lembaga menjadi lebih ringkas dan efektif.
Selama ini, Bapanas berperan sebagai lembaga yang mengoordinasikan kebijakan pangan lintas sektor, mulai dari produksi, distribusi, hingga cadangan logistik. Namun, fungsi tersebut kerap tumpang tindih dengan peran Kementerian Pertanian, terutama dalam pengawasan pasokan dan stabilitas harga bahan pokok.
Dengan menempatkan Menteri Pertanian Amran Sulaiman sebagai pelaksana sementara Kepala Bapanas, pemerintah ingin menciptakan satu garis komando yang lebih tegas. Tujuannya: menghindari duplikasi kerja dan mempercepat pengambilan keputusan dalam isu-isu pangan yang bersifat darurat.
Prabowo dikenal sebagai pemimpin yang menekankan disiplin birokrasi. Dalam beberapa pidatonya, ia menegaskan pentingnya “struktur ramping, fungsi maksimal.” Maka, tidak mengherankan jika perubahan di tubuh Bapanas ini dianggap sebagai bagian dari strategi besar untuk menyederhanakan mekanisme birokrasi pangan nasional.
Nasib Arief Prasetyo dan Penugasan Baru
Meski dicopot dari jabatan Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi tidak serta-merta tersingkir dari pemerintahan. Menurut beberapa laporan, Arief akan segera mendapat penugasan baru yang masih berhubungan dengan urusan pangan dan logistik nasional.
Arief dikenal memiliki kemampuan teknokratis yang kuat, terutama dalam perencanaan distribusi dan pengendalian harga. Selama menjabat, ia berhasil menjaga harga beras relatif stabil di tengah gejolak harga global. Karena itu, keputusan Presiden untuk “memindahkannya” ke posisi lain lebih mencerminkan rotasi strategis, bukan hukuman atau pemberhentian permanen.
Pergeseran ini juga mencerminkan gaya kepemimpinan Prabowo yang pragmatis—menempatkan seseorang bukan hanya berdasarkan jabatan formal, tetapi pada kecocokan peran dan kebutuhan situasional. Dalam konteks ini, Arief tampaknya masih dianggap penting dalam kerangka besar kebijakan pangan nasional.
Arah Baru Kebijakan Pangan di Era Prabowo
Dengan perubahan di tubuh Bapanas, publik menantikan seperti apa arah baru kebijakan pangan yang akan dijalankan oleh pemerintahan Prabowo. Selama kampanye, Prabowo sering menekankan pentingnya kedaulatan pangan, yakni kemampuan Indonesia untuk memenuhi kebutuhan bahan pokoknya tanpa ketergantungan pada impor.
Penunjukan Amran Sulaiman sebagai pengganti sementara mengindikasikan pendekatan yang lebih terintegrasi antara produksi pertanian dan manajemen pangan. Amran dikenal sebagai sosok yang tegas dan berpengalaman di bidang pertanian. Ia diperkirakan akan memperkuat sinergi antara Bapanas dan Kementerian Pertanian, terutama dalam tiga hal utama:
- Peningkatan produksi dalam negeri — mengurangi ketergantungan impor bahan pokok strategis.
- Penyederhanaan rantai pasok pangan — memastikan distribusi berjalan efisien dari petani ke pasar.
- Digitalisasi data pangan nasional — menciptakan sistem informasi terpadu yang memantau stok dan harga secara real-time.
Langkah-langkah ini diharapkan mampu menjawab tantangan utama sektor pangan: ketimpangan harga antar daerah, fluktuasi stok, serta inefisiensi distribusi yang sering menyebabkan kerugian besar bagi petani maupun konsumen.
Tantangan ke Depan
Perubahan pimpinan di Bapanas bukan tanpa risiko. Setiap restrukturisasi membawa masa transisi yang dapat menimbulkan ketidakpastian, terutama dalam lembaga yang memegang peran penting seperti ini. Pasar sering kali bereaksi terhadap perubahan kebijakan, dan koordinasi lintas sektor dapat terganggu sementara waktu.
Selain itu, publik menanti bagaimana pemerintahan baru akan memastikan bahwa kebijakan pangan tetap berpihak pada petani kecil dan masyarakat berpenghasilan rendah. Sebab, Bapanas tidak hanya mengurusi logistik, tetapi juga menjaga keadilan harga dan akses pangan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Namun, jika transisi ini berjalan dengan baik, langkah Prabowo bisa menjadi titik balik menuju sistem pangan nasional yang lebih tangguh. Dengan sinergi antara Bapanas, Kementerian Pertanian, dan lembaga lain seperti Bulog, Indonesia berpotensi mencapai stabilitas pangan yang berkelanjutan.
Penutup
Pencopotan Arief Prasetyo dari kursi Kepala Bapanas mencerminkan dinamika politik dan manajerial yang kompleks di tubuh pemerintahan. Keputusan ini bukan sekadar pergantian individu, melainkan bagian dari restrukturisasi besar untuk memperkuat tata kelola pangan nasional.
Presiden Prabowo tampaknya ingin memastikan bahwa kebijakan pangan berjalan di bawah satu visi yang jelas — efisien, terkoordinasi, dan berorientasi pada hasil nyata. Di tengah tantangan global seperti perubahan iklim dan volatilitas pasar, langkah ini mungkin menjadi awal dari era baru manajemen pangan Indonesia yang lebih tegas dan adaptif.
Kini, semua mata tertuju pada bagaimana Bapanas bertransformasi di bawah kepemimpinan baru. Apakah perubahan ini akan membawa stabilitas dan kedaulatan pangan yang dijanjikan? Waktu akan menjadi saksi — dan rakyat menunggu hasilnya.

