
Banjir bandang mengguncang Bali! Ada korban jiwa dan warga hilang terseret arus! Peristiwa ini terjadi setelah hujan deras mengguyur wilayah Denpasar dan sekitarnya sejak Selasa malam, 9 September 2025. Air yang terus turun tanpa henti menyebabkan Sungai Tukad Badung meluap, menenggelamkan jalan raya, rumah warga, bahkan merobohkan sebuah bangunan bertingkat.
Kawasan Padangsambian, Denpasar Barat, menjadi salah satu titik terdampak terparah. Genangan mulai masuk ke permukiman dan kos-kosan sekitar pukul 03.00 WITA. Warga terbangun dalam keadaan panik ketika air setinggi lutut hingga dada merangsek masuk ke rumah mereka.
Rumah Terendam dan Bangunan Ambruk
Laporan warga menunjukkan bahwa di beberapa lokasi, ketinggian air mencapai 1,5 meter. Sebuah bangunan tiga lantai di kawasan Jalan Sulawesi ambruk karena derasnya arus air. Sementara itu, sebuah mobil bak terbuka terlihat hampir tenggelam hingga separuh bodinya.
Di Jalan Maruti, Kampung Wanasari (Kampung Jawa), air sungai naik drastis hingga nyaris menutup jembatan. Rumah-rumah di bantaran sungai sebagian besar terendam, hanya menyisakan atap.
Banjir tidak hanya menghantam permukiman warga, tetapi juga melumpuhkan pusat kota Denpasar. Jalan Gajah Mada dan Jalan Hasanudin yang menjadi pusat perekonomian ikut tergenang. Aktivitas perdagangan berhenti total, membuat kerugian ekonomi tak terelakkan.
Korban Jiwa dan Warga Hilang
Menurut keterangan awal Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), banjir bandang mengguncang Bali! Ada korban jiwa dan warga hilang terseret arus saat berusaha menyelamatkan diri. Seorang warga dilaporkan hanyut, meski berhasil ditemukan dalam keadaan selamat berkat bantuan warga lain. Namun, ada laporan lain mengenai penghuni kos yang sempat hilang kontak ketika air mendadak masuk ke kamarnya.
Dilansir dari tribunnews.com, Sejumlah penghuni kos di kawasan Kampung Jawa berhasil dievakuasi setelah terjebak air setinggi pinggang. Beruntung, sebagian besar berhasil diselamatkan oleh warga melalui upaya gotong royong sebelum tim resmi datang.
Faktor Penyebab: Cuaca Ekstrem dan Sampah
BMKG Wilayah Denpasar menjelaskan, curah hujan ekstrem dipicu oleh fenomena gelombang ekuatorial Rossby yang meningkatkan pertumbuhan awan konvektif di Bali. Fenomena ini diperkirakan masih berlangsung hingga 10 September 2025.
Selain faktor cuaca, banjir bandang juga diperparah oleh:
- Drainase yang buruk – saluran air di kawasan perkotaan tidak mampu menampung debit besar.
- Sampah menumpuk – jembatan tersumbat oleh plastik, kayu, dan puing, sehingga aliran sungai meluap.
- Pemukiman padat di bantaran sungai – membuat risiko banjir semakin besar ketika sungai meluap.
Kesaksian Warga: Panik Tengah Malam
Beberapa warga mengaku trauma dengan kejadian ini.
- Fatahillah, warga Denpasar, menuturkan bahwa air naik sangat cepat sekitar pukul 02.00 WITA. “Kami semua panik. Hanya sempat menyelamatkan dokumen penting dan beberapa barang sebelum rumah terendam.”
- Sanusi, seorang penghuni kos, bahkan membangunkan tiga temannya saat air menerobos masuk ke kamar. “Kami tidak sempat menyelamatkan barang, yang penting nyawa dulu,” katanya.
Kesaksian ini menunjukkan betapa banjir datang mendadak tanpa memberi waktu cukup bagi warga untuk bersiap.
Penanganan Darurat
Hingga pagi hari, warga masih berupaya mengevakuasi korban dengan peralatan seadanya. Banyak yang menggunakan perahu karet darurat dari ban truk atau papan kayu.
Langkah penanganan yang sudah dilakukan antara lain:
- Gotong royong membersihkan jembatan dari sampah agar aliran air kembali lancar.
- Evakuasi mandiri penghuni kos dan warga yang terjebak di rumah-rumah rendah.
- Distribusi bantuan darurat berupa makanan instan dan selimut dari aparat setempat.
- BPBD menurunkan tim SAR untuk menyisir daerah rawan warga hilang.
Meski demikian, laporan resmi menyebutkan bahwa hingga berita ini ditulis, korban jiwa masih terhitung minim berkat respons cepat warga.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Bencana ini menimbulkan kerugian besar, baik secara sosial maupun ekonomi:
- Ratusan rumah rusak ringan hingga berat.
- Aktivitas sekolah dan perkantoran lumpuh di beberapa kecamatan.
- Pusat perdagangan terhenti, terutama di Jalan Gajah Mada dan Hasanudin.
- Kerugian material ditaksir miliaran rupiah.
Lebih dari sekadar kerugian fisik, banjir ini juga meninggalkan trauma bagi warga yang harus kehilangan tempat tinggal sementara.
Peringatan BMKG dan Potensi Susulan
BMKG mengingatkan bahwa curah hujan tinggi kemungkinan masih akan berlanjut dalam beberapa hari ke depan. Warga, khususnya yang tinggal di bantaran sungai, diminta meningkatkan kewaspadaan.
“Bali saat ini sedang memasuki masa peralihan dari kemarau ke musim hujan. Potensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang masih tinggi,” demikian pernyataan resmi BMKG.
Perlu Mitigasi Jangka Panjang
Tragedi banjir bandang mengguncang Bali! Ada korban jiwa dan warga hilang terseret arus ini seakan menjadi alarm bagi pemerintah daerah dan masyarakat. Tanpa langkah mitigasi yang serius, bencana serupa bisa kembali terjadi.
Beberapa langkah strategis yang perlu dilakukan antara lain:
- Normalisasi sungai agar aliran air lancar.
- Peningkatan kualitas drainase di perkotaan.
- Edukasi warga untuk tidak membuang sampah ke sungai.
- Relokasi pemukiman padat dari bantaran sungai yang rawan banjir.
Kesimpulan
Banjir bandang yang melanda Denpasar dan sekitarnya pada 9–10 September 2025 menunjukkan betapa rentannya Bali terhadap bencana hidrometeorologi. Banjir bandang mengguncang Bali! Ada korban jiwa dan warga hilang terseret arus! menjadi bukti bahwa cuaca ekstrem dan buruknya manajemen lingkungan bisa memicu bencana besar dalam waktu singkat.
Warga berhasil selamat berkat gotong royong dan evakuasi cepat, namun kerugian material dan trauma tetap membekas. Pemerintah kini ditantang untuk tidak hanya memberi respons darurat, tetapi juga memastikan langkah pencegahan agar bencana serupa tidak berulang.

