
Kasus pembunuhan satu keluarga di Indramayu, Jawa Barat, masih menyisakan duka dan pertanyaan besar di tengah masyarakat. Motif kasus keluarga di Indramayu ini ternyata bermula dari persoalan uang sewa mobil senilai Rp750 ribu. Angka yang kecil, namun berujung pada hilangnya lima nyawa sekaligus.
Pelaku utama, Ririn Rifanto (35), bersama rekannya Prio Bagus Setiawan (29), tega menghabisi nyawa satu keluarga hanya karena amarah akibat uang yang tak kembali. Polisi menyebut Ririn sakit hati terhadap salah satu korban, Budi Awaludin (45), yang menyewakan mobil Avanza kepadanya.
Kronologi Motif Kasus Keluarga di Indramayu
Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol Hendra Rochmawan, menjelaskan duduk perkara ini bermula pada 25 Agustus 2025, ketika Ririn menyerahkan uang Rp750 ribu kepada Budi untuk menyewa mobil. Namun, saat hendak mengambil kendaraan pada 27 Agustus, mobil dalam keadaan mogok.
Dilansir dari detik.com, Ririn meminta kembali uangnya, tetapi Budi menjawab dana tersebut sudah dipakai untuk membeli sembako. Permintaan tenggat waktu yang diajukan Budi tidak diterima Ririn, sehingga amarahnya memuncak.
“R merasa ditipu dan marah. Dari situlah muncul rencana pembunuhan,” jelas Hendra.
Eksekusi Kejam: Rencana Jadi Nyata
Pada 29 Agustus 2025, Ririn dan Prio mendatangi rumah korban dengan membawa pipa besi dan cangkul. Awalnya, Budi diajak keluar rumah dengan alasan urusan bisnis BBM. Namun, tiba-tiba Ririn menghantam kepalanya hingga tersungkur.
- Korban pertama: Budi Awaludin (45)
- Korban lain: ayah Budi, Sachroni (78); istri Budi, Euis Juwita Sari (43); anak berusia 7 tahun (RK); serta bayi berusia 8 bulan (B).
Prio berjaga di pintu agar tak ada yang melarikan diri. Ketika Budi tewas, Ririn masuk ke rumah dan menyerang anggota keluarga lain. Bahkan, bayi 8 bulan tak luput dari kebrutalan mereka, dibunuh dengan cara dibenamkan ke bak mandi.
Penguburan Jasad di Belakang Rumah
Setelah memastikan semua korban meninggal, kedua pelaku sempat membawa kabur mobil milik Budi. Namun, pada 30–31 Agustus, mereka kembali ke lokasi untuk menutupi jejak.
Jasad para korban dikumpulkan lalu dikubur di belakang rumah. Bau busuk yang menyengat akhirnya membongkar perbuatan mereka.
Pada 1 September 2025, saudara korban, Nikko, yang curiga karena Euis tidak bisa dihubungi, mendobrak pintu rumah. Dari situlah ditemukan tumpukan tanah mencurigakan di halaman belakang, yang setelah digali memperlihatkan lima jasad dalam satu lubang.
Penangkapan Pelaku
Kedua pelaku sempat melarikan diri hingga ke Jawa Tengah. Namun, polisi berhasil meringkus mereka di wilayah Kedokan Bunder, Indramayu, pada 8 September 2025, sekitar pukul 03.00 WIB.
Saat penangkapan, keduanya melawan sehingga polisi melepaskan tembakan. Ririn dan Prio pun ditangkap dalam kondisi luka tembak di kaki. Dalam konferensi pers di Mapolda Jabar, keduanya tampak mengenakan baju tahanan biru dan duduk di kursi roda dengan wajah tertunduk.
Fakta Menarik Terkait Kasus
Beberapa fakta yang menambah sorotan publik terhadap motif kasus keluarga di Indramayu ini, antara lain:
- Motif ekonomi kecil, dampak besar
Hanya karena uang Rp750 ribu, lima nyawa melayang. Kasus ini menjadi contoh nyata bagaimana masalah kecil bisa berujung pada tragedi besar ketika emosi tidak terkendali. - Residivis
Ririn diketahui merupakan residivis, sehingga aksinya kali ini bukan pelanggaran hukum pertama yang dilakukan. - Peran berbeda antara pelaku
Ririn bertindak sebagai eksekutor utama, sementara Prio berperan mengawasi situasi sekaligus memastikan tidak ada korban yang selamat. - Penghilangan jejak
Pelaku sempat membersihkan lokasi, mengubur jasad, dan kabur ke luar kota sebelum akhirnya ditangkap.
Dampak Sosial Kasus Indramayu
Motif kasus keluarga di Indramayu membuat masyarakat terhenyak. Banyak yang tidak percaya bahwa nominal kecil bisa menjadi pemicu tragedi sebesar ini. Dari sisi sosial, kasus ini menimbulkan beberapa dampak:
- Trauma warga sekitar: Lingkungan tempat korban tinggal menjadi saksi bisu pembunuhan sadis yang jarang terjadi di daerah tersebut.
- Kekhawatiran meningkat: Masyarakat semakin waspada dalam berhubungan sosial, khususnya dalam urusan utang piutang atau sewa-menyewa.
- Desakan keadilan: Publik menuntut proses hukum yang tegas agar keluarga korban mendapatkan keadilan.
Kasus ini menjadi pengingat bahwa persoalan sepele bisa berubah menjadi bencana bila diselesaikan dengan cara salah. Motif kasus keluarga di Indramayu, yang hanya dipicu uang Rp750 ribu, kini tercatat sebagai salah satu tragedi paling keji di Jawa Barat.
Masyarakat diharapkan bisa belajar dari peristiwa ini: mengendalikan emosi, menyelesaikan konflik dengan cara damai, serta menghargai nyawa manusia yang jauh lebih berharga daripada materi.

