.webp)
Gen Z Nepal lakukan bersih-bersih usai kerusuhan yang mengguncang ibu kota Kathmandu. Pada Rabu (10/9) pagi, puluhan anak muda turun ke jalan di kawasan Kirtipur, hanya beberapa jam sebelum Angkatan Darat Nepal mengumumkan karantina wilayah.
Aksi bersih-bersih ini diinisiasi melalui platform daring. Generasi Z, yang dikenal sebagai pengguna aktif media sosial, memanfaatkan kanal digital untuk menyerukan solidaritas. Organisasi lingkungan seperti Eco Sathi ikut turun tangan, menyusun pedoman, dan mengoordinasikan aksi di lapangan.
Kampanye kebersihan ini dimulai tepat setelah jam malam dicabut. Para pemuda membawa peralatan sederhana seperti sapu, kantong sampah, dan masker untuk mengembalikan wajah kota yang rusak akibat kerusuhan.
Kerusuhan Terburuk dalam Beberapa Dekade
Nepal baru saja mengalami salah satu kerusuhan paling parah dalam beberapa dekade terakhir. Aksi protes yang awalnya damai berubah menjadi tragedi setelah disusupi kelompok perusuh.
- Lebih dari 20 orang tewas, termasuk dua polisi.
- Gedung pemerintahan, rumah politisi, dan parlemen dibakar.
- Penjarahan meluas hingga ke supermarket besar di Maharajgunj.
Kekacauan ini memaksa Perdana Menteri KP Sharma Oli mengundurkan diri pada Selasa (9/9) untuk meredam amarah publik. Meski begitu, kepercayaan rakyat terhadap elit politik tetap merosot tajam.
Dari Protes Damai ke Aksi Anarkis
Dilansir dari detik.com, Pada awalnya, protes yang dipimpin mahasiswa dan anak muda Gen Z digelar dengan damai. Mereka menuntut transparansi, akuntabilitas, serta penghentian praktik nepotisme dalam pemerintahan.
Namun, suasana berubah mencekam ketika massa infiltrator masuk ke barisan. Kerusuhan pun pecah. Fasilitas umum dirusak, gedung dibakar, dan bentrokan dengan aparat tidak terelakkan.
Meski begitu, perwakilan Gen Z menegaskan bahwa gerakan mereka bukanlah aksi kekerasan, melainkan gerakan moral yang ingin membawa perubahan nyata.
Jam Malam dan Patroli Tentara
Untuk meredakan situasi, pemerintah memberlakukan curfew nasional hingga Kamis pagi. Tentara Nepal dan pasukan keamanan dikerahkan ke berbagai titik rawan di Kathmandu.
Beberapa langkah pengamanan yang dilakukan antara lain:
- Patroli militer di jalan-jalan utama ibu kota.
- Pos pemeriksaan didirikan untuk mengendalikan pergerakan massa.
- 27 orang ditangkap karena diduga terlibat kerusuhan.
- 31 senjata api disita dari pelaku penjarahan.
- Bandara sempat ditutup, namun dibuka kembali meski asap kebakaran masih menyelimuti kota.
Situasi baru relatif terkendali pada Rabu, setelah tentara mengambil alih keamanan dari kepolisian.
Akar Masalah: Korupsi dan Larangan Media Sosial
Mengapa kerusuhan bisa sebesar ini? Salah satu pemicunya adalah larangan 26 platform media sosial yang sempat diberlakukan pemerintah, termasuk Facebook, Instagram, dan WhatsApp.
Walau aturan ini akhirnya dicabut, publik sudah telanjur geram. Gen Z menilai larangan tersebut sebagai bentuk pembungkaman kebebasan berekspresi. Ditambah lagi, gaya hidup mewah keluarga pejabat dan isu korupsi membuat rakyat semakin kehilangan kepercayaan.
Dengan latar belakang inilah, protes kecil berkembang menjadi gelombang kemarahan nasional.
Gen Z Nepal Lakukan Bersih-Bersih Usai Kerusuhan: Gerakan Moral yang Menginspirasi
Di tengah huru-hara, aksi bersih-bersih yang dilakukan Generasi Z menjadi cahaya di tengah kegelapan. Mereka membuktikan bahwa anak muda tidak hanya bisa mengkritik, tetapi juga berkontribusi nyata.
Pesan yang mereka sampaikan jelas:
- Perubahan harus dibangun, bukan dihancurkan.
- Gerakan sosial tidak boleh identik dengan kekerasan.
- Solidaritas antar generasi bisa memulihkan harapan rakyat.
Kegiatan ini juga berhasil mematahkan stigma bahwa para demonstran hanya membawa kerusakan. Justru, mereka ingin memperlihatkan bahwa ada sisi damai dan konstruktif dari perjuangan mereka.
Suara Harapan dari Relawan Muda
Seorang relawan Gen Z yang ikut membersihkan jalan berkata, “Kami tidak ingin dicap perusuh. Kami ingin membangun kembali kota kami, bukan menghancurkannya.”
Pernyataan ini mencerminkan semangat baru yang dibawa generasi muda Nepal. Mereka tidak hanya menolak praktik korupsi, tetapi juga menuntut lahirnya pemimpin independen yang bersih dan transparan.
Banyak pihak menilai bahwa gerakan bersih-bersih ini bisa menjadi simbol perlawanan non-kekerasan. Di mata masyarakat internasional, aksi Gen Z Nepal lakukan bersih-bersih usai kerusuhan menjadi bukti bahwa generasi muda adalah agen perubahan sejati.
Masa Depan Nepal Masih di Persimpangan
Pengunduran diri Perdana Menteri Oli membuka babak baru dalam politik Nepal. Namun, jalan menuju pemerintahan yang stabil masih panjang.
Kini rakyat menunggu terbentuknya kepemimpinan baru yang:
- Transparan dalam pengelolaan negara.
- Bebas dari praktik korupsi.
- Mampu merangkul aspirasi generasi muda.
Di sinilah tantangan sekaligus kesempatan bagi Gen Z untuk terus mengawal perubahan.
Kesimpulan
Aksi Gen Z Nepal lakukan bersih-bersih usai kerusuhan bukan sekadar membersihkan jalanan, melainkan membersihkan luka sosial dan politik. Mereka mengubah citra gerakan dari kekerasan menuju harapan.
Nepal mungkin sedang berada dalam krisis, tetapi generasi mudanya sudah menunjukkan arah baru: perlawanan damai, kepedulian sosial, dan mimpi akan masa depan yang lebih jujur serta adil.

