
Kontroversi politikus sekaligus pengusaha otomotif Ahmad Sahroni kembali menjadi perbincangan hangat. Setelah sempat menghilang usai pernyataannya yang menyebut “rakyat tolol” memicu amarah publik, kini beredar video yang memperlihatkan ia bergaya koboi muncul di Munas IMI.
Dilansir dari tribunnews.com, Dalam video yang tersebar di media sosial pada Minggu (21/9/2025), Sahroni tampak mengenakan topi koboi putih saat menyampaikan pidato daring dalam Musyawarah Nasional IMI X 2025 yang digelar di Royal Ambarrukmo, Yogyakarta.
Kehadirannya itu sontak menimbulkan pertanyaan besar di tengah masyarakat. Pasalnya, sejak rumahnya dijarah massa pada akhir Agustus 2025, Sahroni tak pernah terlihat di publik dan bahkan diisukan kabur ke luar negeri.
Pidato Daring Sahroni di Munas IMI
Dalam pidato yang diputar secara daring, Sahroni meminta maaf kepada para anggota IMI karena tidak bisa hadir secara langsung di lokasi.
“Mohon maaf jika ada kekurangan yang saya perbuat, baik secara langsung maupun tidak langsung pada semua pihak,” ujar Sahroni dalam pidatonya.
Meski menyampaikan permintaan maaf, tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai keberadaannya pasca-insiden penjarahan rumah maupun pernyataannya yang kontroversial.
Kontroversi Ucapan “Rakyat Tolol”
Sebelumnya, Ahmad Sahroni menuai gelombang kritik keras setelah menyebut masyarakat dengan istilah “rakyat tolol” dalam salah satu pernyataannya. Ucapan ini dianggap merendahkan dan memicu emosi publik.
Akibatnya, unjuk rasa besar-besaran pecah di berbagai daerah pada Agustus 2025. Aksi massa bahkan berujung pada penjarahan rumah pribadinya di kawasan Tanjung Priok. Setelah kejadian itu, keberadaan Sahroni seolah hilang dari sorotan publik.
Reaksi Netizen: Dari Sindiran hingga Kemarahan
Munculnya kembali Wakil Ketua Komisi III DPR RI dalam forum resmi otomotif justru memperkeruh suasana. Banyak netizen merasa keberaniannya tampil, apalagi dengan gaya koboi, menunjukkan sikap tak tahu malu.
Beberapa komentar warganet yang viral antara lain:
- “Dia ini urat malunya sudah putus, masih sempat pidato segala.”
- “Bisa-bisanya masih didengar orang.”
- “Sepenting apa sih Sahroni sampai semua orang mau dengar pidatonya?”
Banyak pula yang mempertanyakan sikap panitia Munas IMI yang tetap memberikan ruang kepada Sahroni untuk berbicara, meskipun reputasinya tengah jatuh di mata publik.
Dampak Politik: Dari DPR Hingga Citra Publik
Kontroversi ini juga berdampak serius pada karier politik Sahroni. Akibat ucapan kasarnya, ia dinonaktifkan dari jabatannya sebagai anggota DPR RI. Langkah ini diambil partai sebagai bentuk meredam kemarahan publik.
Namun, fakta bahwa ia tetap mendapat kesempatan tampil di forum otomotif bergengsi seperti Munas IMI menimbulkan kesan kontradiktif. Publik menilai, masih ada pihak yang memberi ruang pada sosok kontroversial meski tengah tersandung masalah serius.
Jejak di Dunia Otomotif
Selain dikenal sebagai politisi Partai NasDem, ia juga lekat dengan dunia otomotif. Ia menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) dan kerap disebut sebagai “crazy rich Tanjung Priok” karena hobi koleksi mobil mewah.
Tak heran jika dalam Munas IMI, namanya masih memiliki pengaruh. Meski begitu, cara kemunculannya yang unik dengan gaya koboi justru memperburuk citra dirinya di mata masyarakat.
Publik Masih Menunggu Klarifikasi
Hingga kini, keberadaan Sahroni masih menjadi misteri. Publik menantikan penjelasan resmi mengenai:
- Lokasi Sahroni saat ini. Benarkah ia kabur ke luar negeri setelah rumahnya dijarah massa?
- Tanggung jawab atas ucapannya. Apakah akan ada pernyataan resmi yang benar-benar ditujukan kepada rakyat, bukan hanya komunitas tertentu?
- Langkah hukum. Apakah kasus penjarahan rumahnya akan dilanjutkan ke proses hukum atau dibiarkan meredup seiring waktu?
Kasus Ahmad Sahroni menunjukkan bagaimana satu ucapan kontroversial bisa berdampak besar pada reputasi politik dan sosial seseorang. Sahroni bergaya koboi muncul di Munas IMI menjadi sorotan karena publik menilai dirinya belum sepenuhnya mempertanggungjawabkan pernyataan yang melukai hati masyarakat.
Kini, warganet dan masyarakat luas masih menunggu kejelasan: apakah dia akan kembali tampil ke publik secara terbuka dan meminta maaf dengan sungguh-sungguh, atau terus memilih bersembunyi di balik layar daring?
Satu hal yang pasti, kasus ini menjadi pengingat bagi para pejabat dan tokoh publik bahwa ucapan tidak bisa dianggap sepele, apalagi jika menyangkut harga diri rakyat.

