.webp)
Peristiwa tragis kembali mewarnai dunia pendidikan Indonesia. Tragedi Andika, siswa SMK meninggal usai demo di DPR, menyita perhatian publik setelah remaja berusia 16 tahun itu mengembuskan napas terakhir pada Senin, 1 September 2025.
Andika Lutfi Falah, pelajar kelas 11 SMKN 14 Kabupaten Tangerang, semula hanya mengikuti ajakan teman untuk hadir dalam aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR/MPR RI pada Kamis, 28 Agustus 2025. Namun, siapa sangka, keputusannya itu berujung maut.
Andika sempat dirawat intensif di Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Mintohardjo, Jakarta Pusat, selama dua hari dalam kondisi kritis akibat retak pada bagian belakang kepala. Sayangnya, nyawanya tak tertolong meski sudah masuk ICU.
Fakta-Fakta Tragedi Andika di DPR

Untuk memahami kronologi secara lebih jelas, berikut beberapa fakta penting terkait Tragedi Andika, siswa SMK meninggal usai demo di DPR.
1. Ikut Demo Tanpa Tujuan Jelas
Menurut keterangan warga setempat, Andika sebenarnya tidak tahu pasti apa tujuan demonstrasi yang digelar di DPR. Ia hanya ikut karena diajak teman sebaya. Aksi tersebut berlangsung di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, dan diikuti ribuan massa dari berbagai elemen.
2. Izin Pulang Cepat dari Sekolah
Ketua RT setempat, Sugiono, menyampaikan bahwa Andika sempat berpamitan pada guru dengan alasan mengantar ibunya berobat. Padahal, faktanya, ia justru meluncur ke lokasi demo. Hal ini membuat pihak keluarga tidak menyangka bahwa Andika terlibat dalam kericuhan tersebut.
3. Dikabarkan Menghilang
Setelah meninggalkan sekolah, Andika tidak kunjung pulang. Keluarga kebingungan karena ia tidak membawa telepon genggam maupun identitas diri. Barulah pada Sabtu sore, keluarga mendapat informasi dari media sosial bahwa Andika dalam kondisi koma di RSAL Mintohardjo.
4. Tempurung Kepala Retak
Tim medis RSAL Mintohardjo menyatakan Andika mengalami benturan keras di bagian belakang kepala hingga menyebabkan retak pada tempurungnya. Luka itu membuat Andika tidak sadarkan diri sejak Jumat, 29 Agustus 2025. Dugaan sementara, ia terkena hantaman benda tumpul, meski detail kronologinya belum sepenuhnya jelas.
5. Sempat Dirawat Intensif, Lalu Meninggal
Andika sempat menjalani perawatan intensif di ruang ICU hampir satu hari satu malam. Namun, kondisinya terus menurun hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia pada Senin, 1 September 2025.
6. Keluarga Ikhlas, Tidak Akan Menuntut
Meski kehilangan sang putra, keluarga memilih mengikhlaskan kepergian Andika. Ibunya yang hadir di rumah duka menyebut hal ini sebagai takdir. Sugiono, Ketua RT, juga menegaskan keluarga tidak berniat melanjutkan kasus ini ke jalur hukum. Mereka ingin peristiwa ini menjadi pelajaran bersama agar tak terulang.
Suasana Rumah Duka

Kesedihan mendalam menyelimuti kediaman keluarga Andika di Perumahan Puri Bidara, Tigaraksa, Kabupaten Tangerang. Senin malam, rumah sederhana itu dipenuhi warga dan kerabat yang datang untuk menggelar doa bersama.
Jenazahnya telah dimakamkan pada hari yang sama pukul 14.00 WIB di Tempat Pemakaman Umum Puri. Sejumlah pejabat daerah, termasuk Ketua DPRD Kabupaten Tangerang, turut hadir memberikan penghormatan terakhir.
Latar Belakang Keluarga Andika
Andika dikenal sebagai anak dari keluarga sederhana. Sang ayah bekerja sebagai penjual kopi keliling, sementara ibunya adalah ibu rumah tangga. Warga sekitar menilai ia sebagai sosok ramah dan bertanggung jawab. Tragedi ini tentu menjadi pukulan berat bagi keluarga yang sehari-hari hidup dengan penuh kesederhanaan.
Korban Lain di Tengah Gelombang Aksi
Selain Tragedi tersebut, gelombang unjuk rasa besar-besaran yang terjadi pada 28 Agustus 2025 di beberapa daerah juga menelan korban lain.
Di Makassar, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat empat orang tewas, tiga di antaranya akibat kebakaran di Gedung DPRD Kota Makassar, sementara satu mahasiswa bernama Rusdamdiansyah meninggal setelah dikeroyok massa.
Kejadian ini menunjukkan betapa berbahayanya aksi massa yang tidak terkendali, apalagi jika melibatkan pelajar yang seharusnya masih fokus pada pendidikan.
Pesan Moral dari Tragedi Andika

Tragedi Siswa SMK Meninggal Usai Demo di DPR menjadi alarm keras bagi semua pihak—sekolah, orang tua, dan pemerintah. Ada beberapa hal penting yang bisa dipetik dari kasus ini:
- Pentingnya pengawasan orang tua – Anak usia remaja mudah terpengaruh ajakan teman. Orang tua perlu lebih peka terhadap aktivitas anak.
- Peran sekolah – Guru dan pihak sekolah harus memastikan izin siswa tidak disalahgunakan.
- Keamanan aksi massa – Demonstrasi seharusnya dilindungi haknya, tetapi pengamanan dan batasan usia peserta perlu diperhatikan.
- Pembelajaran bagi generasi muda – Unjuk rasa bukan sekadar ikut-ikutan, melainkan harus dilandasi pemahaman dan tujuan yang jelas.
Tragedi tersebut, menyisakan luka mendalam sekaligus pelajaran berharga bagi masyarakat. Seorang remaja yang awalnya hanya ikut ajakan teman berakhir kehilangan nyawa karena benturan keras di kepala.
Meski keluarga telah mengikhlaskan, publik tetap perlu menjadikan peristiwa ini sebagai refleksi bersama. Agar generasi muda tidak lagi menjadi korban dalam situasi politik atau aksi massa yang berpotensi menimbulkan bahaya.

