.webp)
Aksi demonstrasi besar di Jakarta pada Jumat (29/8) malam hingga Sabtu (30/8) dini hari meninggalkan jejak kerusakan serius pada sejumlah fasilitas umum. Salah satu yang menjadi sorotan adalah Halte Kramat Kwitang terbakar saat demo, yang mengakibatkan layanan transportasi TransJakarta lumpuh di beberapa jalur.
Menurut laporan resmi PT TransJakarta, setidaknya tujuh halte menjadi sasaran aksi pembakaran oleh oknum tidak bertanggung jawab, termasuk Halte Bundaran Senayan, Halte Pemuda Pramuka, Halte Senen, dan Halte Kramat Kwitang. Tidak hanya terbakar, beberapa fasilitas TransJakarta juga mengalami vandalisme hingga tidak bisa berfungsi.
TransJakarta Hentikan Sementara Layanan

PT Transportasi Jakarta mengumumkan penghentian seluruh layanan TransJakarta untuk sementara waktu. Melalui akun media sosial resminya, pihak manajemen menyebut kondisi tidak kondusif membuat operasional bus tidak mungkin berjalan dengan aman.
“Mengingat situasi yang tidak kondusif, seluruh layanan TransJakarta hingga saat ini masih tidak dapat melayani pelanggan,” tulis PT TransJakarta.
Warga yang biasa mengandalkan layanan busway terpaksa mencari moda transportasi alternatif. Bagi sebagian pekerja harian, kondisi ini tentu menambah beban karena biaya perjalanan menjadi lebih mahal dan waktu tempuh semakin panjang.
Kerusakan Parah di Halte-Halte Utama

Sejumlah halte ikonik seperti Halte Polda Metro Jaya dan Halte Senayan juga hangus terbakar. Pada kasus Halte Kramat Kwitang terbakar saat demo, api melahap mesin tap in/tap out dan atap halte, menyisakan puing-puing hitam. Hanya pondasi jembatan penyeberangan yang masih berdiri dan bisa dilalui pejalan kaki.
Kerusakan ini tidak hanya berdampak pada fasilitas transportasi, tetapi juga pada citra kota Jakarta sebagai ibu kota negara. Setiap kerusakan halte berarti tambahan biaya perbaikan yang harus ditanggung oleh pemerintah daerah, sementara masyarakat menjadi pihak yang paling dirugikan karena kehilangan akses transportasi publik.
Situasi Terkini di Sekitar Kwitang
Sabtu pagi (30/8), kawasan Kramat Kwitang masih ditutup total. Arus lalu lintas dari arah Salemba menuju Monas dialihkan ke flyover Atrium Senen. Di sepanjang jalan, terlihat bebatuan, puing separator busway, hingga sisa-sisa pembakaran yang menghitamkan aspal.
BrimobDi ujung jalan, barisan Brimob berjaga dengan tameng. Kehadiran aparat membuat suasana tetap tegang, meskipun sebagian warga terlihat berkerumun untuk menyaksikan langsung kondisi pasca-demo.
Pemandangan ini menyebabkan lalu lintas di jalan layang Senen tersendat, karena banyak warga yang berhenti hanya untuk mengabadikan kondisi halte yang terbakar.
Faktor Pemicu Demonstrasi

Dilansir dari merdeka.com, Aksi massa yang berujung ricuh dan menyebabkan Halte Kramat Kwitang terbakar saat demo berawal dari kemarahan masyarakat atas tewasnya seorang pengemudi ojek online (ojol) bernama Affan Kurniawan. Pemuda berusia 21 tahun itu dilaporkan meninggal setelah terlindas kendaraan taktis milik aparat di kawasan Pejompongan, Jakarta Pusat.
Kematian Affan memicu solidaritas dari sesama pengemudi ojol serta warga yang menuntut keadilan. Ribuan orang berkumpul di sekitar Mako Brimob Kwitang, menuntut pertanggungjawaban pihak berwenang. Namun, aksi yang awalnya berlangsung damai berubah menjadi ricuh menjelang malam hari.
Daftar Halte TransJakarta yang Rusak
Berdasarkan data PT TransJakarta, berikut adalah halte yang mengalami kerusakan akibat demonstrasi:
- Halte Bundaran Senayan
- Halte Pemuda Pramuka
- Halte Polda Metro Jaya
- Halte Senen Toyota Rangga
- Halte Sentral Senen
- Halte Senayan
- Halte Kramat Kwitang
Selain terbakar, beberapa halte juga mengalami vandalisme, seperti coretan dinding, kaca pecah, hingga peralatan yang hilang.
Reaksi Publik dan Kecaman
Peristiwa Halte Kramat Kwitang terbakar saat demo memicu reaksi keras dari masyarakat. Banyak netizen mengecam tindakan anarkis yang justru merusak fasilitas umum dan merugikan warga sipil.
Banyak komentar di media sosial menilai bahwa kerusakan halte TransJakarta tidak ada hubungannya dengan tuntutan demonstrasi. Alih-alih memperkuat suara massa, tindakan merusak fasilitas justru membuat simpati publik berkurang.
“Aksi merusak halte bukan solusi. Fasilitas ini untuk masyarakat, bukan milik aparat yang sedang ditentang,” tulis salah satu warganet di platform X.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Kerusakan halte TransJakarta tidak bisa dipandang ringan. Selain biaya perbaikan yang diperkirakan mencapai miliaran rupiah, masyarakat harus menanggung kerugian berupa waktu perjalanan lebih lama, biaya transportasi yang membengkak, hingga risiko kecelakaan karena naik kendaraan alternatif yang tidak selalu aman.
Bagi pekerja harian dan pelajar, hilangnya akses halte busway menjadi hambatan serius. Hal ini menunjukkan bahwa kerusakan fasilitas publik dalam aksi demonstrasi selalu berujung pada kerugian masyarakat kecil.
Kasus Halte Kramat Kwitang terbakar saat demo menjadi pelajaran penting bagi semua pihak. Kebebasan menyampaikan pendapat adalah hak konstitusional, namun harus dilakukan dengan damai tanpa merusak fasilitas umum.
Kejadian ini diharapkan dapat menjadi evaluasi baik bagi aparat keamanan maupun peserta aksi agar demonstrasi ke depan tetap kondusif. Sementara itu, masyarakat berharap pemerintah segera memperbaiki halte-halte yang rusak agar transportasi publik kembali normal dan warga bisa beraktivitas tanpa hambatan.

