
Kasus menggemparkan terjadi di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Sepasang suami istri, MR (37) dan NAT (34), ditemukan tewas setelah mengikuti ritual penggandaan uang yang dipimpin seorang dukun bernama Mbah Iskandar. Pria berusia 63 tahun itu dikenal warga sebagai “orang pintar” dengan kemampuan menggandakan uang.
Namun, di balik jubah spiritual yang ia kenakan, tersimpan tipu daya mematikan. Modusnya sederhana namun berbahaya: menjanjikan pelunasan utang korban melalui ritual gaib, lalu meracuni mereka dengan minuman kopi yang dicampur potas. Sebelumnya ada Korban selamat berinisial A.E
Dilansir dari Tribunnews.com AE berhasil selamat dari upaya pembunuhan dukun pengganda uang Ibin (63) di Kecamatan Warungpring, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. AE selamat karena menolak meminum kopi yang ditawarkan Ibin. Kopi tersebut telah dicampur dengan potas. Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasatreskrim) Polres Pemalang AKP Johan Widodo, mengatakan bahwa kejadian yang menimpa korban berinisial AE terjadi setahun lalu.
“Ini sudah setahun lalu,” kata Johan saat ditemui di Mapolda Jawa Tengah, Rabu (20/8/2025).
Peristiwa itu bermula saat tersangka mengajak korban bertemu di sebuah tempat.
Kemudian, korban diberikan kopi yang dicampur racun potas.
“Dia menolak kopi dari tersangka saat ritual,” ujarnya.
Modus Ritual Kopi Beracun

Menurut keterangan polisi, awalnya Iskandar berjanji membantu korban melunasi utang hingga Rp150 juta. Korban kemudian diminta menyediakan biaya ritual sebesar Rp2,5 juta. Meski sudah beberapa kali dilakukan, janji itu tak kunjung terbukti.
Saat korban mulai mendesak, Iskandar mencari cara untuk mengakhiri tekanan. Ia lalu mengatur pertemuan di Tegal dan memberikan bungkusan kopi yang disebut sebagai bagian dari “ritual terakhir”.
“Kopi itu harus diminum tengah malam di tempat sepi, sebelum Subuh,” ungkap Kombes Dwi Subagio, Dirreskrimum Polda Jateng.
Korban yang patuh pada instruksi akhirnya meneguk kopi tersebut di sebuah lokasi pemecahan batu. Tak lama kemudian, keduanya ambruk dengan gejala keracunan. Dari hidung dan mulut keluar buih putih, tanda klasik akibat zat kimia berbahaya.
Polisi kemudian mengungkap, kopi itu telah dicampur racun potas yang dibeli pelaku seharga Rp20 ribu.
Residivis Kasus Serupa di Tegal

Kasus ini bukan kali pertama. Mbah Iskandar, dukun pengganda uang yang tega bunuh pasutri di Pemalang, ternyata seorang residivis. Dua dekade sebelumnya, tepatnya tahun 2004, ia sudah terjerat kasus pembunuhan massal dengan modus serupa di Kabupaten Tegal.
Saat itu, sembilan orang menjadi korban. Semua tewas setelah menjalani ritual penggandaan uang palsu. Iskandar dijatuhi hukuman 20 tahun penjara di Lapas Nusakambangan, namun bebas lebih cepat pada 2019 setelah menjalani 15 tahun hukuman.
Sayangnya, kebebasan itu tidak membuatnya jera. Setelah kembali ke desanya, Iskandar diam-diam membuka praktik lama sebagai “dukun sakti”.
Jejak Kelam di Balik Janji Kaya Raya

Pada kasus Tegal tahun 2004, warga mendadak gempar ketika lima orang tewas hanya dalam satu malam. Modusnya sama: ritual air sesaji yang diam-diam sudah dicampur racun berbahaya.
Iskandar memanfaatkan kepercayaan warga desa yang terjerat masalah finansial. Dengan iming-iming uang gaib hingga miliaran rupiah, ia berhasil menjaring korban yang rela membayar mahar jutaan rupiah.
Namun, di balik “kesaktian” itu, polisi menemukan bukti bahwa semua hanyalah ilusi. Karung berisi klobot yang diklaim bisa berubah menjadi uang hanyalah trik murahan. Racun yang dicampur dalam air ritual menjadi senjata pamungkas untuk membungkam para korban.
Kesaksian Warga dan Fakta Sosial
Tetangga mengaku sudah lama curiga dengan aktivitas Iskandar. Meski tampak sederhana, ia sering berurusan dengan warga yang datang untuk “ritual penggandaan uang”.
“Tetangga sudah tidak respect. Tapi dia tetap membuka praktik,” kata Kasat Reskrim Polres Pemalang, AKP Johan Widodo.
Kecurigaan itu terbukti benar. Kepercayaan buta pada janji kaya instan membuat korban terjebak dalam lingkaran maut.
Pelajaran dari Kasus Iskandar
Kisah Mbah Iskandar, dukun pengganda uang yang tega bunuh pasutri di Pemalang, bukan hanya tentang kriminalitas. Lebih jauh, ini menjadi alarm bagi masyarakat:
- Tidak ada jalan pintas menuju kekayaan. Uang gaib hanyalah mitos.
- Waspada terhadap modus dukun pengganda uang. Banyak kasus berakhir dengan penipuan atau bahkan kematian.
- Percaya pada kerja keras. Kesuksesan hanya lahir dari usaha nyata, bukan ritual penuh tipu daya.
Kasus ini juga mengingatkan bahwa residivis berbahaya bisa kembali mengulangi aksinya bila pengawasan sosial longgar.
Penutup
Kini, Iskandar kembali mendekam di balik jeruji besi, Iskandar dibekuk pada Sabtu (16/8) lalu. Atas perbuatan kejinya iskandar dijerat pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman mati atau seumur hidup. Kisah ini menjadi cermin pahit: bahwa janji kekayaan instan sering kali hanyalah pintu menuju tragedi. Mbah Iskandar, dukun pengganda uang yang tega bunuh pasutri di Pemalang, adalah bukti nyata bahwa keserakahan bisa menelan nyawa.

