
Perayaan HUT ke-80 RI di Blora, Jawa Tengah, berubah menjadi duka mendalam. Kebakaran Sumur Minyak di Blora yang terjadi pada Minggu (17/8/2025) di Desa Gandu, Kecamatan Bogorejo, menelan korban jiwa dan memaksa puluhan keluarga mengungsi.
Peristiwa nahas itu berlangsung sekitar pukul 11.30 WIB, saat ledakan besar terdengar dari lokasi pengeboran. Api kemudian menjalar cepat, membakar area sumur minyak hingga menyelimuti pemukiman dengan asap hitam pekat.
Kronologi Kebakaran Sumur Minyak di Blora
Menurut keterangan saksi mata yang dihimpun polisi, ledakan awal terdengar dari arah selokan dekat titik pengeboran. Percikan api yang muncul seketika menyambar minyak mentah yang mengalir, memicu kobaran api besar.
AKP Gembong Widodo, Kasi Humas Polres Blora, menjelaskan:
“Kronologinya, saksi mendengar letusan dari arah belakang rumah. Api muncul dari selokan, lalu menjalar ke titik pengeboran sumur minyak.”
Aparat kepolisian langsung memasang garis polisi dan mengimbau warga untuk menjauh demi menghindari korban tambahan. Hingga kini, lokasi kejadian masih dijaga ketat.
Korban Jiwa dan Dampak bagi Warga

Tragedi Kebakaran Sumur Minyak di Blora menewaskan sedikitnya tiga orang yang mengalami luka bakar serius sebelum akhirnya meninggal. Selain itu, beberapa korban luka termasuk seorang balita masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Dampak kebakaran juga sangat luas:
- 50 kepala keluarga (KK) harus mengungsi ke rumah kerabat.
- Enam ekor sapi dan tiga ekor kambing milik warga turut dievakuasi.
- Satu rumah rusak berat dan lima rumah rusak sedang akibat terjilat api.
Menurut anggota Tim Reaksi Cepat BPBD Blora, Agung Triyono, “Korban meninggal tiga orang, sedangkan puluhan warga lainnya harus meninggalkan rumah mereka untuk keselamatan.”
Upaya Pemadaman dan Kendala di Lapangan
Dilansir dari kompas.com Hingga Senin (18/8/2025), api masih belum berhasil dipadamkan. Tim gabungan yang terdiri dari BPBD, pemadam kebakaran, polisi, dan Pertamina bekerja keras melakukan pendinginan.
Sebanyak lima unit mobil damkar dikerahkan, namun kobaran api sulit dikendalikan karena minyak mentah yang keluar terus mengalir layaknya keran terbuka.
Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kemenkumham, Mashudi, menambahkan bahwa sifat minyak yang mudah terbakar membuat proses pemadaman memerlukan metode khusus, termasuk pendinginan dan penutupan aliran minyak.
Penyebab Kebakaran: Gas Beracun dan Aktivitas Warga

Kepala Pelaksana BPBD Blora, Mulyowati, mengungkapkan dugaan awal penyebab kebakaran adalah adanya gas beracun yang muncul saat pengeboran. Gas ini memicu ledakan dan percikan api yang langsung menyambar minyak mentah.
Lebih miris lagi, beberapa warga sempat mengambil minyak mentah yang mengalir tanpa menyadari bahaya. Aktivitas itu diduga ikut memperparah dampak ledakan.
“Ada sekitar enam orang yang sempat mengambil minyak. Mereka tidak sadar kalau sangat berbahaya hingga akhirnya terjadi ledakan susulan,” jelas Mulyowati.
Identitas Korban
BPBD Blora melaporkan bahwa dua dari korban tewas adalah Tanek (60), seorang petani, serta Sureni (52), warga Dukuh Gendono. Keduanya mengalami luka bakar serius dan tidak tertolong.
Selain itu, seorang anak berusia 1 tahun 9 bulan masih kritis dan dirujuk ke RSUD dr. Sardjito Yogyakarta. Sementara beberapa korban lain menjalani perawatan di RSUD dr. R. Soetijono Blora dengan luka bakar 70–90 persen.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Kebakaran Sumur Minyak di Blora ini bukan hanya tragedi kemanusiaan, tetapi juga menimbulkan dampak sosial-ekonomi:
- Pengungsian massal: 50 KK kehilangan tempat tinggal sementara.
- Kerugian material: rumah rusak, ternak terpaksa diungsikan.
- Trauma psikologis: anak-anak dan keluarga korban menghadapi tekanan mental akibat kejadian mendadak.
- Gangguan aktivitas lokal: masyarakat sekitar tidak bisa beraktivitas normal karena lokasi masih ditutup garis polisi.
Investigasi Polisi: Dugaan Sumur Minyak Ilegal
Polisi masih menyelidiki status sumur minyak yang terbakar. Dari informasi awal, sumur tersebut adalah sumur minyak rakyat atau ilegal yang dikelola secara tradisional di area pemukiman padat penduduk.
Aparat menegaskan akan menelusuri pihak-pihak yang bertanggung jawab, termasuk pemilik sumur, untuk mencegah kejadian serupa terulang.
Pemerintah Daerah dan Tindakan Lanjutan
Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) Blora turun langsung memantau lokasi. Pemerintah daerah menyiapkan bantuan logistik bagi para pengungsi, sementara BPBD mendirikan posko darurat.
Selain itu, pemerintah juga berencana melakukan pendataan ulang terhadap sumur minyak rakyat di Blora yang jumlahnya cukup banyak, agar bisa diawasi lebih ketat.
Catatan Akhir: Pelajaran dari Kebakaran Sumur Minyak di Blora
Tragedi Kebakaran Sumur Minyak di Blora menjadi pengingat keras tentang bahaya aktivitas pengeboran minyak ilegal yang berada dekat dengan pemukiman. Selain mengancam keselamatan jiwa, praktik ini juga menimbulkan risiko besar bagi lingkungan dan perekonomian lokal.
Masyarakat berharap kejadian Kebakaran Sumur Minyak di Blora ini menjadi momentum pemerintah untuk memperketat pengawasan serta memberi solusi alternatif bagi warga yang menggantungkan hidup dari aktivitas sumur minyak tradisional.
Peristiwa ini juga menunjukkan pentingnya edukasi bahaya migas kepada masyarakat agar insiden serupa tidak kembali terulang.

